Anda di halaman 1dari 7

Permasalahan Etika Bisnis PT Semen Indonesia yang melanggar peraturan dan berpotensi

merusak lingkungan

PT Semen Indonesia mengubah rancangan wilayah pembangunan pabrik semen ke


daerah Rembang, Kecamatan Gunem, Pegunungan Kendeng Jawa Tengah pada 2010
setelah gagal melakukan pembukaan pabrik di Sukolilo, Pati Utara, Jawa Tengah karena
di tolak oleh masyarakat sekitar pada 2009.

Pada tanggal 4 Oktober 2010, Pemda rembang telah memberikan ijin pembangunan
pabrik semen mengenai Wilayah Izin Usaha dan Pemberian izin lokasi eksplorasi untuk
pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung lainnya.

Pada tahun 2014 proyek pembangunan pabrik telah berjalan dan selesai namun
warga kendeng melakukan protes terhadap PT Semen Indonesia karena mereka merasa
tidak diberi pemberitahuan mengenai pembangunan pabrik semen di wilayah mereka
yang mereka rasa hal itu adalah keputusan sepihak karena sosialisasi hanya di berikan
pada kepala daerah terkait serta dokumen AMDAL tidak di sampaikan pada warga.
Sehingga dampak yang di timbulkan dari pembangunan pabrik semen tersebut tentu tidak
akan diketahui oleh masyarakat.

Pembangunan pabrik semen ini juga dirasa telah menyalahgunai peraturan yang telah
ada karena pembangunan nya berada pada cekungan air tanah watuputih sebagai area
yang akan di tambangan untuk mendapat batuan kapur sebagai bahan baku semen, yang
sebenarnya daerah itu merupakan daerah lindung geologi.

Selain itu penebangan kawasan hutan untuk pendirian pabrik dan akses jalan ke
daerah lokasi tambang melebihi batasan yaitu sampai ke kecamatan bulu yang dimana
sesuai perda daerah tersebut tidak boleh di jadikan kawasan industri besar.
Jika di lakukan analisis lebih mendalam mengenai dampak yang di timbulkan, PT
Semen Indonesia akan menambang batuan kapur pada zona karst yang dimana zona ini
adalah cekungan air tanah yang merupakan daerah resapan air, pelepasan air tanah dan
aliran air tanah yang merupakan sumber penyimpanan air tanah penyuplai serta cadangan
air yang menjaga pasokan air di wilayah utara Jawa Tengah. Sehingga akan dikawatirkan
masyarakan akan kehilangan sumber terbesar mereka.

Namun menurut PT Semen Indonesia sendiri mereka yakin bahawa kegiatan operasi
mereka tidak akan merusak lingkungan karena mereka beranggapan telah berpengalaman
dalam menambang batu kapur di sejumlah daerah, seperti Gresik dan Tuban.
perusahaannya juga menjamin bahwa kehadiran pabrik semen itu tidak akan merusak
mata air di gunung Kendeng maupun menghilangkan mata pencaharian warga sekitar.
Malahan kehadiran pabrik Semen Indonesia di Rembang akan membantu warga dalam
mengoptimalkan lahan pertanian karena perusahaan mengalokasikan 25% dari
keseluruhan lahan pabriknya yang berada di Rembang untuk memperbaiki lahan
pertanian di sana serta menyediakan saluran irigasi dan memperluas kawasan mata air di
tempat tersebut.

Namun dalam hal itu juga terlihat ada kejanggalan yang terjadi mengenai perizinan
dan AMDAL yang dimana masyarakat tidak diberi sosialisasi, dan beberapa kebijakan
perizinan yang melanggar peraturan daerah yang sudah ada.
Fakta relevant

1. Perusahaan tidak melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana


pembangunan pabrik dan kegiatan tambang di daerah tersebut

2. Pemberian izin usaha dan pembangunan pabrik dan izin usaha oleh Pemda setempat
tanpa persetujuan dan diskusi dengan masyarakat

3. Dokumen AMDAL tidak diberikan dan disosialisasikan pada masyarakat

4. Pembangunan pabrik semen telah menyalahi aturan yang telah ada

Etika Issu

1. Apa dampak yang mungkin di timbulkan?

2. Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan?

3. Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah?

4. Berapa besar kerugian yang di dapat PT semen Indonesia?

Stakeholder

1. Masyarakat daerah rembang

2. PT Semen Indonesia
3. Pemerintah Daerah

4. Investor PT Semen Indonesia

Alternative

1. PT Semen Indonesia harus mengurungkan kegiatan opersai di rembang walau pabrik


sebenar nya sudah berdiri namun tidak bisa melakukan kegiatan penambangan

2. PT Semen Indonesia harus meneruskan pembangunan pabrik dengan syarat tertentu


yang menguntungkan masyarakat

3. PT Semen Indonesia perlu melakukan sosialisasi ulang dan meyakinkan masyarakat


bahwa kegiatan mereka tidak merusak lingkungan sehingga Pabrik yang sudah di
buat dapat di gunakan untuk beroperasi

Etika yang muncul dari alternative

https://www.kompasiana.com/nadiaprilia14/58e5b257c223bddd33c941fb/
konflik-pembangunan-pabrik-semen-di-pegunungan-kendeng?page=all

https://nasional.tempo.co/read/701899/begini-kejanggalan-amdal-pt-
semen-indonesia-di-rembang?page_num=2
https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/pelanggaran-hukum-da
n-manipulasi-yang-dilakukan-pt-semen-indonesia-di-rembang

https://finance.detik.com/industri/d-3425974/ini-kondisi-terkini-p
abrik-pt-semen-indonesia-di-rembang

https://bisnis.tempo.co/read/686333/samin-tolak-semen-ini-strategi
-semen-indonesia

https://nasional.tempo.co/read/701841/kenapa-pabrik-semen-di-remba
ng-menuai-kontroversi

https://finance.detik.com/industri/d-3425974/ini-kondisi-terkini-p
abrik-pt-semen-indonesia-di-rembang

https://semenindonesia.com/dirut-jaga-kondusivitas-pabrik-rembang/
?lang=en

Lampiran

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan


Kendeng Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menuai pro dan kontra.
Sebagian penduduk setempat yang didukung sejumlah ahli menilai analisis
mengenai dampak lingkungan PT Semen Indonesia janggal.

“Ada banyak cacat dalam amdal PT Semen Indonesia,” kata peneliti lingkungan
dari Institut Pertanian Bogor, Soerya Adiwibowo. Soerya adalah anggota tim
Kementerian Lingkungan Hidup yang meneliti kasus tersebut. Dia juga menjadi
saksi ahli yang diajukan warga Kendeng Utara dalam perkara melawan PT Semen
Indonesia. (Baca: Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?)

Hasil kajian tim Kementerian Lingkungan Hidup yang salinannya


diperoleh Tempo menyatakan amdal PT Semen Indonesia tak memaparkan kondisi
lapangan sebenarnya. Misalnya, ada daerah resapan air—disebut ponor, mata air,
dan gua yang tidak dicantumkan di amdal PT Semen Indonesia. (Baca: Dua Surat
Mbah Rono soal Pabrik Semen di Rembang)
Penelusuran tim investigasi Majalah Tempo menunjukkan ada dua gua, empat
ponor, dan tujuh mata air—disebut “belik” dalam bahasa setempat—di kawasan
tapak Semen Indonesia. Eko Teguh Paripurno, ahli geologi asal Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta mendukung temuan Tempo. Begitu
pula anggota klub penelusuran gua Acintyacunyata Speleological Club (ASC),
Petra Sawacana. “Tak terbantahkan, ada ponor, gua, dan mata air di kawasan
penambangan,” kata Eko.

Seorang sumber yang mengetahui proses penyusunan amdal PT Semen Indonesia


mengatakan, dokumen amdal yang diserahkan ke komisi penilai amdal di tingkat
provinsi sebenarnya tak lengkap. Menurut sumber ini, tak ada surat kesesuaian tata
ruang daerah.

“Banyak kajian dalam dokumen tidak lengkap, terutama yang terkait dengan karst,”
ujar sumber ini. Karst adalah daerah resapan air yang menjaga ketersediaan
air. (Baca: Ini Alasan Semen Indonesia Ngotot Bangun Pabrik di Rembang)

Kejanggalan lain, ada narasumber dalam tim penyusun amdal yang namanya
dicatut. Dwi Sasongko, peneliti Universitas Diponegoro Semarang, mengatakan
namanya dicantumkan sebagai narasumber ahli ilmu lingkungan dalam amdal
tanpa pemberitahuan. “Saya tak ikut menyusun dokumen itu karena merupakan
anggota komisi penilai dari provinsi,” ujar Dwi Sasongko.

Sejumlah pihak juga menilai pembangunan pabrik semen tak sesuai dengan
Peraturan Daerah Rembang No 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031. Sebabnya, kawasan yang bakal
ditambang termasuk kawasan lindung geologi sehingga tak boleh dirusak.

Berikutnya, PT Semen Indonesia membantah

Direktur Utama Kuala Biru Utama Baru, Husaini Rahman, konsultan


amdal PT Semen Indonesia, mengaku tak ingat soal kelengkapan
dokumen dan tim penyusun amdal. “Sudah lama. Saya pelajari dulu.
Seharusnya semua dokumen ada karena amdal sudah selesai,” ujar
Husaini.

Sedangkan Agung Wiharto, General Manager of Corporate Secretary PT Semen


Indonesia, membantah berbagai temuan Tempo. Dalam suratnya kepada Majalah
Tempo, Agung menyatakan tim dari PT Semen Indonesia tak menemukan gua yang
disebut telah ditelusuri tim investigasi Tempo.”Sudah kami cek dan verifikasi di
lapangan. Hasilnya, temuan Tempo tak akurat,” kata Agung.
Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni membantah pembangunan pabrik dan
penambangan tak sesuai aturan. “Kami pastikan, kami melakukan (penambangan)
di situ sesuai dengan RTRW. Alat kontrolnya ada di Badan Lingkungan Hidup
Jawa Tengah,” ujarnya. Suparni juga mengklaim amdal perusahaannya sudah
sesuai fakta di lapangan. “Hal-hal penting sudah dimasukkan. Ini adalah studi
akademik dan saintifik.”

Anda mungkin juga menyukai