Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS

KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM KASUS PT. LAPINDO

Oleh:
- Agnes Miranda Sembiring 1401164480
- Aisyah Syifaurrahmah 1401164173
- Ika Dewi Susanti 1401164112
- Isna Inayah 1401164440
- Novia Oktaviani 1401160227

A. Permasalahan

Lapindo Brantas Inc. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan.


Perusahaan ini memperoleh izin dari negara untuk melakukan penambangan minyak dan gas di
daratan (onshore) di Desa Porong Kabupaten Sidoharjo.

Pada saat melakukan pengeboran yang dikoordinasikan oleh pemenang tender yaitu PT TMMJ
(Tiga Musim Masa Jaya) di tempat tersebut terjadi keadaan yang tidak diinginkan berupa
semburan lumpur cair yang menyembur ke permukaan daratan (loss).

Berdasarkan berita dari Harian Surya edisi 30/06/2006, sehari sebelum semburan gas terjadi,
salah satu pekerja pengeboran telah melaporkan bahwa terdapat kemungkinan kebocoran lumpur
apabila pengeboran tetap dipaksakan kepada Lapindo brantas tapi hal tersebut diabaikan.

Kerugian yang diakibatkan oleh lumpur lapindo sebagaimana yang dilansir dari website Antara
News yaitu:

Direktur Regional II Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suprayoga


Hadi, menyebutkan bahwa kajian kerugian total yang ditimbulkan akibat lumpur Lapindo
mencapai Rp27,4 triliun selama sembilan bulan terakhir (29 Mei 2006 - 8 Maret 2007), yang terdiri
atas kerugian langsung sebesar Rp11,0 triliun dan kerugian tidak langsung Rp16,4 triliun.

Laporan awal penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana semburan lumpur panas di
Sidoarjo menyebutkan angka kerugian itu berpotensi meningkat menjadi Rp44,7 triliun, akibat
potensi kenaikan kerugian dampak tid\ak langsung menjadi Rp33,7 triliun, jika terus berlangsung
dalam jangka panjang.

Sedangkan, angka kerusakan langsung selama sembilan bulan sebenarnya mencapai Rp7,3
triliun, namun ada tambahan perkiraan biaya relokasi infrastruktur utama yang mencapai Rp3,7
triliun sehingga total kerusakan dan kerugian langsung menjadi Rp11,0 triliun. (Antar aNews.com)
B. Hasil Analisis

Kekuasaan yang dimiliki oleh para petinggi Lapindo Brantas juga mempengaruhi jalannya
kasus dan tuntutan yang mengarah pada kasus lumpur lapindo. Hal tersebut merupakan gambaran
kekuasaan dan politik dalam kaitannya dengan elemen lingkungan di luar organisasi. Adapun
hubungan dominant coalition dengan anggota dalam organisasi pasti sangat ditentukan oleh
direktur dan pemegang saham di Lapindo Brantas sebagai pihak yang menguasai sumber daya dari
Lapindo Brantas Inc. Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat
menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan.

Kaitan antara organisasi, politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo menunjukkan adanya
pengaruh kuat dari politik, kekuasaan dari dominant coalition di Lapindo Brantas Inc yang
menjadikan kasus dan masalah yang menghalangi Lapindo Brantas terkait lumpur lapindo dapat
diatasi

C. Solusi

Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke dalam aktivitas
kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi tertentu dan seseorang
berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya
kepemimpinannya.

Anda mungkin juga menyukai