Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325283743

Dinamika Konflik Pembangunan Pabrik PT. Semen Indonesia ( Studi Kasus di


Rembang, Jawa Tengah )

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 2,126

1 author:

Rendy Rily Juniarto


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tugas paper Ekologi Pemerintahan View project

All content following this page was uploaded by Rendy Rily Juniarto on 22 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dinamika Konflik Pembangunan Pabrik PT. Semen Indonesia
( Studi Kasus di Rembang, Jawa Tengah )
Rendy Rily Juniarto

Government Affairs and Administration

Jusuf Kalla School of Government

rendyrily97@gmail.com

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Rembang ialah salah satu kabupaten di wilayah Jawa Tengah yang me-
manfaatkan berbagai potensi yang ada di wilayahnya untuk meningkatkan
perekonomian daerah. Sektor pertanian Kabupaten Rembang merupakan mata
pencaharian utama bagi masyarakat. Keberlangsungan sektor pertanian di Kabupaten
Rembang kini memiliki ancaman dengan hadirnya beberapa usaha tambang yang
memanfaatkan kars. Keberadaan kars yang terdapat di Rembang merupakan batuan
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Salah satu daerah
Kabupaten Rembang yang memiliki potensi tambang kars adalah kawasan Watuputih
yang berada di Kecamatan Gunem.
Besarnya permintaan pasar terhadap semen setiap tahunnya membuat PT.
Semen Indonesia memiliki keinginan untuk melakukan penambangan bahan baku
semen di kawasan Watuputih di Rembang. Selain itu yang juga menjadi obyek
tambang yang dilakukan Semen Indonesia di Kabupaten Gunem adalah batu gamping
dan juga tanah liat. Masuknya PT. Semen Indonesia tidak lepas dari peran pemerintah
sebagai pembuat kebijakan terkait tata kelola pemanfaatan lahan serta pemberian izin
lingkungan kegiatan penambangan kepada PT. Semen Indonesia. Dengan
diterbitkannya surat keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/17 tahun 2012
mengenai izin kegiatan penambangan oleh PT. Semen Indonesia menjadi pijakan
melakukan kegiatan penambangan di kawasan Pegunungan Kendeng, khususnya
kawasan cekungan Watu Putih yang masuk wilayah Kecamatan Gunem Kabupaten
Rembang. Dengan adanya pendirian tersebut, masyarakat khawatir dengan dampak
lingkungan yang akan muncul. Sumber daya berupa air tanah tersebut telah digunakan
masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga menurut warga
dengan adanya pembangunan pabrik semen, air tanah tersebut akan
tereksploitasi.(Hidayatullah 2016)
Berbagai tanggapan muncul di tengah masyarakat terkait dengan pembangunan
PT. Semen Indonesia di Kecamatan Gunem. Tanggapan yang munculpun beragam,
mulai dari mendukung maupun menolak pembangunan pabrik. Pihak yang kontra
dengan pembangunan pabrik melakukan serangkaian penolakan termasuk dengan
menggugat Gubernur Jawa Tengah dan PT. Semen Indonesia ke Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Semarang. Masing-masing pihak memiliki pendapat yang
berbeda dalam menyikapi pembangunan pabrik tersebut, sehingga menyebabkan
munculnya konflik yang berkepanjangan.

1.2 Tujuan Penulisan Artikel

Artikel ini mendiskusikan tentang bagaimana dinamika konflik yang terjadi


dalam pembangunan pabrik Semen Indonesia di Kecamatan Gunem Kabupaten
Rembang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan keriteria yang dikembangkan
oleh Kristovandy tentang Sustainable Development.

1.3 Kriteria

a. Sustainable Development

Pembangunan berkelanjutan atau sering disebut sustainable development ialah


upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Sustainable Development mempunyai tiga pilar utama yaitu sosial,
lingkungan, dan ekonomi.(Kristovandy 2015)

2. Penjelasan

Isu munculnya rencana pembangunan pabrik semen muncul pada tahun 2011
dan 2012. Pada tahun tersebut banyak warga yang tidak menyadari rencana
kedatangan PT Semen Indonesia. Hanya ada beberapa warga yang sadar. Kemudian
pada tahun 2014 secara tiba-tiba ada peletakkan batu pertama di kawasan yang akan
dibangun pabrik semen. Saat itulah terjadi aksi-aksi penolakan yang dilakukan warga.
Selanjutnya warga melakukan aksi dengan menempuh jalur hukum. Aksi ini
dilakukan setelah Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah mengunjungi warga
setempat. Pak Ganjar menyarankan warga untuk menempuh jalur hukum jika ada
kekeliruan dalam pembuatan AMDAL. Jalur hukum pertama dengan melakukan
banding ke PTUN Semarang, namun sayangnya, banding tersebut ditolak dengan
alasan kadaluarsa. Kemudian yang kedua warga mengajukan banding ke PT TUN
Surabaya, namun belum membuahkan hasil. Hingga akhirnya warga memutuskan
untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung, disinilah warga merasa lega karena
memenangkan banding tersebut. Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 99 PK/TUN2016. Putusan ini
menjelaskan bahwa PTUN semarang dan PT TUN Surabaya memiliki keliruan pada
saat mengelurkan putusan. Dengan adanya putusan ini Gubernur Jawa Tengah wajib
mencabut izin yang dia berikan kepada PT. Semen Indonesia.
Namun disini masyarakat belum sepenuhnya menang karena PT. Semen
Indonesia telah berhasil merevisi AMDAL mereka dan akhirnya mereka mendapatkan
izin baru. Disinilah aksi cor kaki dilakukan kembali di Jakarta dengan jumlah massa
yang lebih banyak. Klimaksnya, aksi cor kaki menelan korban jiwa, warga yang
bernama Patmi meninggal dunia dalam aksi ini.

Konflik pembangunan PT. Semen Indonesia di Kecamatan Gunem terjadi


antara masyarakat yang pro dan yang kontra. Kedua kelompok ini masing-masig
mempertahankan pandangannya dalam menyikapi pembangunan pabrik semen.
Adapun peristiwa-peristiwa yang sering terjadi meliputi, kekerasan dalam konflik, tenda
perlawanan, perubahan hubungan sosial masyarakat serta aksi unjuk rasa di berbagai
tempat. Beberapa peristiwa kekerasan dan intimidasi yang dirasakan oleh warga saat
berunjuk rasa, para aparat membubarkan secara paksa mereka saat menolak
pembangunan semen di tapak pabrik PT. Semen Indonesia. Tidak hanya TNI dan Polri
yang terlibat, bahkan sekumpulan preman juga turut melakukan intimidasi guna
membubarkan warga yang bersrikeras untuk membuat blokade terhadap truk yang
akan masuk kedalam lokasi pembangunan pabrik.
3. Analisis dan Evaluasi
a. Analisis

Dengan adanya kriteria dari sustainable development melihat dari tiga pilar
yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial. Maka dapat dianalisis bahwa pembangunan PT.
Semen indonesia di Kabupaten Rembang sangat strategis untuk dikmbangkan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam teori sustaiable development yang
dikembangkan oleh Kristovandi.

Pilar pertama menjelaskan tentang aspek lingkungan, dimana aspek


lingkungan ini menjelaskan dampak lingkungan yang terjadi ketika pembangunan itu
dilanjutkan. Melihat dari aspek ini bahwa pembangunan PT Semen Indonesia ini
memberikan dampa negatif bagi lingkungan dimana sebagai contoh Pegunungan
Kendeng memiliki kekayaan alam berupa air yang melimpah karena adanya Cekungan
Air Tanah (CAT). Sehingga hal tersebut menjadikan Pegunungan Kendeng sebagai
sumber kehidupan warga sekitar. Ketergantungan warga desa terhadap lingkungan
membuat mereka menolak dengan keras pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah, sehingga perlawanan terhadap pembangunan terus dilakukan hingga
pabrik semen benar-benar dihentikan, baik pembangunan maupun pada saat sudah
beroperasi.

Semenjak adanya pembangunan awal pabrik semen hingga sekarang


pemandangan desa sudah tidak seperti dulu. Banyak debu yang membuat warga
terganggu. Informan mengatakan bahwa sekarang tanaman–tanaman dipinggir jalan
sudah tidak hijau seperti dahulu. Debu muncul di sebabkan oleh banyaknya truk yang
simpang siur mengangkat bahan tambang menuju pabrik. Debu secara langsung juga
mempengaruhi kesehatan tanaman, tanaman jika terkena debu tidak akan tumbuh
dengan normal seperti apa yang dijelaskan salah satu warga yang berprofesi sebagai
tani. Adapun polusi suara yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan yang membuat
masyarakat sekitar terganggu.

Selanjutnya pilar kedua, mengenai aspek ekonomi dimana pilar ini berdampak
positif dan negatif. Yang dimaksud positif disini adalah adanya keterlibatan masyarakat
untuk menjadikan mata pencaharian masyarakat dan terlibat lansung pada PT Semen
Indonesia. Dimana sisi negatifnya adalah lahan petani menjadi habis sehingga mata
pencaharian sebagai petani hilang maka harus ada mata pencaharian lain selain
menjadi petani maupun pegawi di PT Semen Indonesia. Dengan presentase 98%
perekonomian warga desa di dukung oleh pertanian. Profesi sebagai petani sudah
menjadi tradisi bagi warga desa. Warga khawatir jika lahan habis digunakan untuk area
penambangan, mereka tidak akan bisa mewariskan lahan mereka ke anak cucunya.
Namun berkaitan dengan masalah ini pihak PT. Semen Indonesia menawarkan solusi.
Pada amdal nya pihak pabrik semen akan merekrut warga sekitar untuk bekerja
dengannya. Padahal perekrutan hanya berjumlah ratusan dan itu pun hanya pada
masa rekonstruksi. Setelah masa rekonstruksi selesai warga dikembalikan. Hal
tersebut membuat warga dengan jelas menolak pendirian pabrik tersebut.

Dipengaruhi oleh kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pendirian pabrik


semen tingkat produksi dan kualitas tanaman menurun. Seperti yang sudah dijelaskan
diatas bahwa tanaman yang terkena debu tidak akan tumbuh dengan baik. Namun,
sebelum adanya pabrik semen warga sudah sejahtera dengan profesinya sebagai
petani. Bekerja di pabrik mungkin gajinya hanya 2 juta sampai 3 juta. Berbeda dengan
menjadi petani, Suyasir mengaku setahun bisa mendapat sampai 40an juta dalam
setahun dengan dua kali panen jagung.

Yang terakhir aspek sosial, diaman aspek ini menjelaskan tentang dampak
sosial yang ditimbulkan dari pembangunan pabrik semen Indonesia. Konflik yang
diakibatkan oleh perbedaan pendapat menyikapi pembangunan pabrik Semen
Indonesia di wilayah Kecamatan Gunem membawa efek yang besar dalam kehidupan
masyarakat setempat, khususnya masyarakat Desa Tegaldowo dan Timbrangan.
Berbagai perubahan terjadi terutama pada pola hubungan sosial antara masyarakat
pendukung dan penolak pembangunan pabrik. Salah satu bentuk nyata perubahan ini
terlihat ketika salah satu masyarakat baik pendukung maupun penolak pembangunan
pabrik menyelenggarakan acara atau yang lebih dikenal dengan sebutan hajatan.

Hajatan bagi masyarakat Jawa merupakan sebuah perayaan yang menandai


perpindahan dari satu masa ke masa yang lain. Sebelum kehadiran PT Semen
Indonesia jika ada salah satu anggota masyarakat yang menyelenggarakan hajatan
maka seluruh masyarakat yang merasa mengenalnya akan turut hadir dalam acara
tersebut. Begitupula sang penyelenggara acara akan mengundang seluruh warga
masyarakat setempat. Akan tetapi pasca kehadiran PT Semen Indonesia keadaan
menjadi berubah. Masyarakat yang mendukung pembangunan pabrik akan enggan
untuk hadir maupun mengundang dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh
kelompok yang menolak pembangunan pabrik, begitupun sebaliknya. Selain itu,
hancurnya hubungan sosial juga terlihat dari banyaknya poster yang tertempel di
rumah-rumah warga. Poster yang tertempel merupakan wujud dari penolakan maupun
dukungan terhadap keberadaan pabrik. Kendati konflik memiliki sifat yang merusak,
akan tetapi disisi lain konflik juga memiliki sifat pemersatu pada kelompok masyarakat
yang memiliki kesamaan nasib.(Satria 2017)

b. Evaluasi

Sebagai hasil akhir dari dinamika konflik pembangunan PT Semen indonesia


bahwasanya PT Semen Indonesia tetap melanjutkan pembangunannya. Dimana PT
Semen Indonesia menjanjikan dampak positif dalam pembangunannya. Ketika melihat
dari aspek lingkungan, PT Semen Indonesia berjanji tidak akan merusak sumber air
bersih yang dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat. Bekas penggalian akan
dibuatkan embung atau waduk untuk manampung air yang nantinya akan mengairi
sawah para petani. Dari aspek sosial, PT Semen Indonesia menjanjika kesejahteraan
kepada masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan pabrik
semen. Selanjutnya dari aspek ekonomi, masyarakat mempunyai penghasilan
tambahan dengan bekerja di PT Semen Indonesia selain berprofesi seagai petani.
4. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan yaitu dalam pembangunan ekonomi


pasti memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya pasti untuk
memajukan perekonomian dan negatifnya pasti merusak lingkungan. Disini
masing-masing pihak memiliki pendapat yang berbeda dalam pembangunan pabrik
PT. Semen Indonesia, ada yang pro dan ada juga yang kontra. Konflik ini
dilatarbelakangi oleh kepentingan masing-masing pihak untuk mempertahankan
dimensi ekonominya.
Dalam pembangunan pabrik semen di Rembang masyarakat menolak
pembangunan pabrik semen tersebut karena memiliki dampak negatif yang
ditimbulkan. Pertama, dari segi lingkungan Kawasan Pegunungan Kendeng
mempunyai Cekungan Air Tanah (CAT), sehingga hal terebut menjadikan
Pegunungan Kendeng sebagai sumber kehidupan bagi warga sekitar. Dengan
kehadiran PT Semen Indonesia, dikhawatirkan akan mengeruk habis air yang ada
akibat dari penambangan yang dilakukan. Selain itu penambangan dapat
mengakibatkan polusi suara maupun udara. Udara yang mengandung debu
mengakibatkan penyakit baik manusia maupun tumbuhan. Kedua, dari segi
Ekonomi, mayoritas pekerja warga yang tinggal disekitar Pegunungan Kendeng
adalah petani, sehingga air merupakan hal yang sangat penting. Selain itu
penambangan yang dilakukan akan membutuhkan penggunaan lahan yang
banyak, sehingga lahan pertanian warga nantinya akan sebagain tergerus proyek
penambangan. Ketiga, adanya perubahan pola hubungan antara masyarakat yang
pro dan yang kontra, yang menyebabkan renggangnya hubungan kekeluargaan
antar masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hikam, Muhammad AS. 1996. Social demokrasi dan Civil Society. Jakarta. Pustakan
LP3ES
J.Kurniawan, Luthfi.2012. Negara, Civil Society & Social actkratisasi. Malang. Intrans
Publishing
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Robert Misel. 2004. Teori Pergerakan Sosial. Yogyakarta; Resist Book. Hal 6-7 David
Meyer dan Sidney Tarrow. 1998. The Social Movement Society.
Ma’arif, M Ridho dan Ali Imron. 2014. Gerakan Perlawanan LSM Cagar Tuban
terhadap Pembangunan PT. Holcim Indonesia. Dalam Paradigma. Vol.2. No. 1
Marx, Karl dan Engels F. 2015. Manifesto Partai Komunis. Bandung: Ultimus
Mulyanto, Dede. 2011. Antropologi Marx. Bandung: Ultimus
Muryanti, dkk. 2013. Teori Konflik & Konflik Agraria di Pedesaan. Bantul: Kreasi
Wacana.
Hidayatullah, Dkk. 2016. “ANALISIS PETA KONFLIK PEMBANGUNAN PABRIK PT.
SEMEN INDONESIA DI KECAMATAN GUNEM KABUPATEN REMBANG.”
Soldarity 5: 2.
Kristovandy, Randy. 2015. “ANALISIS KONSEP GREEN ROADS YANG
BERKELANJUTAN TERHADAP PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN
DALAM PENERAPAN MANAJEMEN LIMBAH PADA PROYEK
INFRASTRUKTUR JALAN.” Universitas Atmajaya. http://e-
journal.uajy.ac.id/8578/1/TS002160.pdf.
Pamudji, S. 1985. Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah : Suatu
Tinjauan Dari Segi Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.
Satria, Galih. 2017. “Gerakan Perlawanan Masyarakat Pegunungan Rembang
Terhadap Pembangunan Pabrik Semen Indonesia Pada Tahun 2014-2017.”

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai