Anda di halaman 1dari 3

PESERTA AKSI TOLAK KENDENG MENINGGAL

KHURUIN SAIDAH
21040116130050

Konflik pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, bermula


dari rencana pembangunan pabrik semen dari PT Semen Indonesia (Persero) di Sukolilo, Pati
Utara, Jawa Tengah. Warga Desa Sukolilo merasa dengan adanya pembangunan pabrik
semen akan merusak lingkungan sekitar. Maka dari itu, masyarakat Desa Sukolilo menggelar
aksi demonstrasi dan menggugat PT Semen Indonesia (Persero) tentang menolak
pembangunan pabrik semen. Pada tahun 2009, warga Desa Sukolilo memenangkan gugatan
di Mahkamah Agung (MA) dan PT Semen Indonesia (Persero) angkat kaki dari wilayah
tersebut.

Pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah


menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Di satu sisi, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar
Pranowo memberikan izin pembangunan pabrik semen yang sudah diputuskan untuk
dibatalkan. Hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Di satu sisi, ada
masyarakat yang merasa dirugikan dari keputusan Gubernur Jawa Tengah karena tidak
memperhatikan kebutuhan dan kesengsaraan rakyat. Penebangan hutan secara besar-besaran,
pencemaran air, dan tidak ada imirasi merupakan permasalahan yang timbul karena
keputusan tersebut. Tetapi di satu sisi lain, masyarakat merasa perlu terciptanya ekonomi
yang stabil di wilayahnya dengan ladang pencarian pekerjaan yang luas. Dengan adanya
pembangunan pabrik semen, secara ekonomi, masyarakat menjadi lebih stabil dari
sebelumnya.

Pendapat dari berbagai kalangan ini seharusnya dapat dibuat ruang publik untuk
membantu penyelesaian konflik. Tidak adanya tempat diskusi yang adil membuat masing-
masing pihak bersikeras mempertahankan pendapatnya masing-masing. Bisa dilihat dalam
penjelasan latar belakang bahwa Gubernur Jawa Tengah tetap mengeluarkan keputusan
bahwa PT Semen Indonesia (Persero) bisa meneruskan pembangunan dengan cara
melengkapi ketetapan-ketetapan yang sudah ditentukan. Masyarakat Kendeng juga tetap
melakukan demonstrasi yang bisa merugikan kesehatan mereka. Demonstrasi yang mereka
lakukan dengan cara memberikan semen pada kaki mereka terlalu berbahaya. Terbukti
dengan jatuhnya korban demonstrasi tersebut.
Pemerintah pusat seharusnya memperhatikan kondisi dan fenomena yang terjadi di
tengah masyarakat. Seperti kasus Brent Spar, Shell dan Pemerintahan Inggris hanya berdiam
diri mendengarkan demonstrasi besar-besaran yang terjadi tanpa memberikan penyataan
apapun. Penyataan resmi lebih tepatnya harus dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.
Penggalakan pembuatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) harus terus dilakukan.
Dengan adanya KLHS, Presiden Joko Widodo dapat memberikan penyataan resmi terkait
kasus ini. Gubernur Jawa Tengah juga harus memberikan pernyataannya kepada masyarakat
Kendeng. Adanya sosialisasi secara menyeluruh dengan seluruh masyarakat Kendeng
diharapkan dapat membantu meredam konflik yang terjadi. PT Semen Indonesia juga harus
menyuarakan pendapatnya mengenai konflik ini. Pabrik semen tidak akan merugikan
masyarakat Kendeng jika PT Semen Indonesia melakukan sosialisasi, diskusi, dan press
releasekepada khalayak. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahpahaman antara pihak-pihak
yang berkepentingan.

Penanyangan berita di media juga tidak luput dari peran penting framing. Dengan
menonjolkan aspek-aspek tertentu pada realitas, masyarakat merasa bahwa masyarakat
Kendeng yang dirugikan atas konflik ini. Penanyangan berita mengenai demonstrasi petani
Kendeng membuat masyarakat percaya bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
pembangunan pabrik semen sangat banyak. Mayoritas pekerjaan masyarakat Kendeng adalah
petani. Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sawah.
Jika tidak ada air untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan irigasi untuk sawah maka
dampak lingkungan sudah sangat parah.

Framing yang media pilih juga menunjukkan bahwa kelompok kecil, lemah, dan
tidak memiliki tempat atau suara di media, menjadi pahlawan bagi masyarakat. Pemilihan
bingkai yaitu perjuangan masyarakat Kendeng melawan perusahaan raksasa milik negara
akhirnya membentuk persepsi masyarakat bahwa PT Semen Indonesia tidak memperhatikan
dampak lingkungan. Porsi berita mengenai konflik ini juga lebih banyak masyarakat Kendeng
daripada argumen Gubernur Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia. Media mengetahui
bahwa setelah persepsi masyarakat luas terbentuk maka permintaan akan informasi mengenai
hal yang sama akan meningkat.

Konflik pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng akan berlarut-larut jika


tidak adanya ruang publik yang dijadikan tempat diskusi dua arah mengenai masalah-masalah
lingkungan. Selain itu, penanyangan berita mengenai konflik ini berkaitan erat dengan
framing oleh media. Framing yang dipilih dan dibentuk oleh media akan menggiring persepsi
masyarakat mengenai masalah lingkungan. Dalam hal ini, framing yang dipilih oleh media
adalah perjuangan masyarakat Kendeng melawan perusahaan milik negara yaitu PT Semen
Indonesia dan pemerintahan daerah yaitu Gubernur Jawa Tengah. Hal ini membentuk
persepsi masyarakat bahwa masyarakat Kendeng yang dirugikan. Akibatnya, penanyangan
berita mengenai konflik ini semakin banyak.

Anda mungkin juga menyukai