Anda di halaman 1dari 4

Nama : Jaya

NPM : 165030001
Tugas : Jurnalistik

TAJUK RENCANA

Perusak Lingkungan
KITA tidak bisa menutup mata terhadap kerusakan lingkungan yang terus terjadi akibat
kelemahan penegakan hukum yang seharusnyamenjadi domain pemerintah. KBU yang sejak
lama diwanti-wanti sebagai kawasan resapan air yang harus dijaga, kondisinya tidak akan
seperti sekarang andai kata aturan benar-benar ditegakkan.
Kurang lebih setahun lamanya warga Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat, berjuang melalui jalur hukum untuk menyelamatkan lingkungan di kawasan
Bandung Utara (KBU). Mereka menggugat PT Dam Utama Saktiprima karena dinilai telah
melakukan aktivitas pembangunan fisik di kawasan Punclut yang dapat menimbulkan
dampak buruk terhadap lingkungan.
Warga resah karena perusahaan tersebut akan membangun kawasan wisata terpadu di
atas lahan seluas 42 hektare. Pembangunan tersebut dinilai akan mengancam kelestarian
lingkungan dan memicu terjadinya bencana berupa banjir dan longsor. Gugatan didaftarkan
pada januari 2018. Selain menggugat pengembang, warga juga menggugat kepala desa,
camat, bupati, dan gubernur.
Setelah sidang berlangsung maraton, satu kali dalam sepekan, pada Senin (17/12/2018),
majelis hakim Pengadilan Bale Bandung akhirnya memutuskan menolak gugatan warga.
Menurut penilaian majelis hakim, berdasarkan keterangan saksi ahli yang dihadirkan di
persidangan, harus dilakukan kajian terlebih dahulu terkait dengan kekhawatiran warga
mengenai dampak pembangunan kawasan wisata itu.
Tentu saja keputusan majelis hakim itu membuat warga penggugat kecewa dan akan
bermusyawarah untuk melakukan upaya hukum selanjutnya. Kandasnya upaya hukum warga
dalam kasus lingkungan menguungatkan kita pada langkah serupa yang dilakukan Koalisi
Melawan Limbah yang menggugat Pemerintah Kabupaten Sumedang dan pihak pabrik.
Gugatan itu bermula dari keluhan masyarakat atas pencemaran Sungai Cikjing dan 752
hektare sawah produktif di empat desa Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.
Pencemaran bersumber dari limbah industri yang dibuang tiga pabrik yakni PT Kahatex II,
PT Five Star Textile Indonesia, dan PT Insan Sandang Internusa. Persoalan limbah ini telah
mengganggu warga sejak sekitar tahun 1992.
Akibat pencemaran tersebut, produksi padi menurun drastis. Para petani menderita
kerugian besar. Mereka sudah berulang kali mengadukan nasibnya ke berbagai pihak, tetapi
sejauh ini belum ada tindakan yang mampu memperbaiki keadaan. Mereka hampir putus asa,
bahkan ada yang sudah berniat untuk menjual sawahnya.
Pemerintah dari berbagai tingkatan berulang kali menjanjikan membantu penyelesaian
permasalahan tersebut. Namun, janji-janji itu tidak pernah terwujud. Pada 2014, Menteri
Lingkungan Hidup Bahthasar Kambuaya mengancam akan memberi sanksi administratif
ataupun mengajukan gugatan perdata dan pidana terhadap tiga perusahaan bersangkutan. Itu
juga tidak ada realisasinya.
Baru pada 2016 Koalisi Melawan Limbah (KML) yang merupakan gabungan dari
organisasi Paguyuban Warga Peduli Lingkungan, LBH Bandung, Walhi Jawa Barat, dan
Geenpeace bertindak lebih konkret. Koalisi ini menggugat Bupati Sumedang berkaitan
dengan kewenangan mengeluarkan izin pembangunan limbah cair (IPLC) industri
bersangkutan.
Gugatan KML menang di PTUN Bandung juga di PTUN Jakarta. Ketika para tergugat
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, lembaga tersebut pada Agustus 2017 menolaknya.
Dengan demikian, Bupati Sumedang harus segera mencabut IPLC. Namun, putusan itu malah
dijawab dengan menerbitkan limbah ke Cikjing dan 752 hektare sawah pun tidak berubah
nasibnya.
Dari dua kasus itu, kita bisa melihat benang merah tentang upaya perlawanan masyarakat
terhadap tindakan sewenang-wenang pada lingkungan. Langkah itu juga menjadi semacam
pernyataan kekecewaan mereka terhadap lembaga pemerintah yang berkaitan dengan itu.
Sebab selama itu pula mereka tidak melihat upaya maksimal pemerintah dalam penyelamatan
lingkungan ketika berhadapan dengan kerusakan.
Kita tidak bisa menutup mata terhadap kerusakan lingkungan yang terus terjadi akibat
kelemahan penegakan hukum yang seharusnya menjadi domain pemerintah. KBU yang sejak
lama diwanti-wanti sebagai kawasan resapan air yang harus dijaga, kondisinya tidak akan
seperti sekarang andai kata aturan benar-benar ditegakkan.
Tidak semua masalah bisa diselesaikan pemerintah, dan tidak semestinya masyarakat
bergantung pada pemerintah meskipun idealnya pemerintah selalu hadir setiap kali
masyarakat membutuhkan. Oleh karena itu, harus ada inisiatif yang muncul dari masyarakat
untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara-cara yang bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk mengatasi kelemahan pemerintah dalam penegakan atutan, masyarakat harus
menjadi kekuatan yang peduli pada lingkungan. Jika semua pihak sudah tidak lagi peduli,
kehancuran bumi kita akan lebih cepat terjadi.***

Analisis Tajuk Rencana


Koran Pikiran Rakyat
Judul: Perusak Lingkungan

a. Judul
Perusak Lingkungan. Judul dalam tajk rencana ini mengundang pembaca untuk membaca
isinya, karena membuat pembaca ingin mengetahui isi yang judul ini berikan. Dari isi
tersebut sudah mewakili judul ini, mengajak pembaca untuk mengetahui pelaku-pelaku
perusak lingkungan. Tetapi dari judul ini sedikit mengundang provokasi terhadap
kejadian.
b. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah sudah menggambarkan permasalahan yang ada, mulai dari pelaku
dan pengaruhnya. Latar belakangnya pun mengajak pembaca untuk meneruskan membaca.
Terlihat masalah yang dimunculkan pun menjadi hal yang dialami masyarakat.

c. Persoalan
Isu yang menjadi pengaruh kerusakan yang ada, yang mana kawasan Bandung Utara
menjadi dampak dari aktivitas pembangunan fisik di kawasan Punclut oleh PT Dam
Utama Saktiprima.

d. Opini
Dalam tajuk ini penulis mengungkapkan opini yang sudah baik, gagasan yang
dimunculkan keresahan penulis untuk mengajak masyarakat mengetahui hal itu. Tetapi
dalam opini penulis hanya ada satu pihak yang seolah mengkritik keseluruhan, sifat netral
pun hilang karena terselip nilai provokatif.

e. Saran
Dalam tajuk ini, penulis mengajak kita terus mendengungkan harapan agar semua pihak
harus diselesaikan, mengajak masyarakat untuk lebih inisiatif dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut agar bisa dengan cara dipertanggungjawabkan dan mengajak
masyarakat untuk bisa mengatasi kelemahan pemerintah dalam penegakan aturan yang
ada.

f. Kesimpulan
Dalam tajuk ini penulis menyimpulkan uasan dalam penutup yang isinya tentang apa yang
harus dilakukan masyarakat dalam hal tersebut. Untuk mengatasi kelemahan pemerintah
dalam penegakan atutan, masyarakat harus menjadi kekuatan yang peduli pada
lingkungan. Jika semua pihak sudah tidak lagi peduli, kehancuran bumi kita akan lebih
cepat terjadi.

Ciri-ciri
a. Ya, tajuk ini berupa opini yang sedang hangat-hangatnya., di mana perusak lingkungan
yang ada semakin meluas.
b. Ulasan masalah yang dippaparkan penulis cukup rinci dan panjang.
c. Tajuk rencana ini dimuat dikoran Pikiran Rakyat.
d. Tajuk ini mengajak masyarakat untuk up to date tentang berita-berita faktual terutama
tentang keadaan lingkungan.
e. Tulisan ini isinya memprovokasi masyarakat, dan lebih mengingatkan masyarakat.
f. Gaya bahasa yang digunakan formal dan banyak bahasa politik.
g. Masih ada kalimat yang rancu.
h. Tajuk ini berskala nasional dan memiliki dampak bagi masyarakat yang mau
membacanya.
i. Tajuk ini terdapat pemikiran subjektif.

Anda mungkin juga menyukai