Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS

Pencemaran Tanah

Kelompok :
Andiko issiii nomer nrp
Andrea Prasetyo Nugroho 25-2019-016
Dhafin isi nomer nrp
Haris isi no nrp

Kalo ada ide bikin cover yg bagus aja fin


Pengantar Teknik Lingkungan
2019
Bandung
KUTUKAN INDUSTRI TAPIOKA

Pabrik-pabrik tapioka di Lampung terus menunjukkan kutukannya. Sekarang, di


Gunungsugih, Lampung Tengah, banyak warga tidak bisa meminum air sumur karena
tercemar. Mereka menuding PT Budi Sakura Starch dan Budi Acid Jaya sebagai biang keladi.
Dua perusahaan pengolah singkong ini membuang limbah di kolam penampungan yang
kemudian merembes ke sumur-sumur warga. Setelah 10 tahun diam saja, kini warga mulai
marah. Mereka menutup akses jalan sehingga dua perusahaan itu terpaksa stop beroperasi.
Warga menuntut perusahaan bertanggung-jawab atas pencemaran itu. Di antaranya dengan
mendesak bak pembuangan limbah dekat permukiman warga, supaya diperbaiki.
Mereka juga meminta perusahaan membuat dua sumur bor untuk memasok air bersih
bagi 21 kepala keluarga. Warga Kampung Buyutilir, Gunungsugih itu juga meminta
perusahaan membayar Rp337 juta. Uang itu sebagai ganti kerugian karena selama 10 tahun
mereka terpaksa membeli air bersih oleh sebab sumur tak bisa dikonsumsi. Tuntutan terakhir,
warga meminta perusahaan memperbaiki jalan kampung yang rusak akibat aktivitas
kendaraan perusahaan.
Sungguh, kita memang risau atas beroperasinya banyak pabrik tapioka di daerah ini.
Dari berbagai studi, manfaat ekonomi dari industri berbahan baku singkong itu tidak
sebanding dengan dampak kerusakan yang dihadirkannya. Selalu, bisnis ini hanya membikin
makmur para pengusaha. Belum ada rakyat sejahtera dari usaha ini karena diganjal kartel
yang dibangun pengusaha besar. Pemerintah daerah juga tidak memperoleh pendapatan
signifikan dari sektor ini. Yang terjadi justru kerugian teramat besar harus diderita daerah dan
masyarakat. Sebab, lingkungan hidup rusak berat akibat pola monokultur ubi kayu yang haus
lahan. Kita tahu, singkong menyedot dengan sangat rakus unsur hara. Akibatnya tanah
menjadi kurus, tandus, dan berujung pada erosi.
Iming-iming keuntungan materi, memaksa sebagian masyarakat mengonversi
ladangladang mereka menjadi kebun singkong. Sebagian lagi menjarah hutan secara
besarbesaran. Membabati pepohonan dan mulai menanam ubi kayu. Akibatnya, kawasan
yang dulunya hutan berubah menjadi titik rawan longsor yang melenyapkan sumbersumber
air. Berkurangnya hutan kemudian segera menyebabkan sungai-sungai menjadi dangkal.
Arusnya melemah akibat dibendung lumpur dan kekurangan pasokan air menyusul
menyusutnya mata-mata air. Sungai kekeringan pada musim kemarau. Sebaliknya menjadi
sumber bencana banjir bandang pada musim penghujan. Jalan-jalan provinsi, kabupaten, dan
desa juga rusak berat dilindas truk-truk pengangkut singkong. Maklum, jalan yang dibikin
hanya kuat menahan beban maksimal delapan ton, tetapi dipaksa menyangga mobil
bermuatan 25 ton. Dan, perbaikan jalan rusak itu anggarannya dari dana publik. Bukan dari
para pengusaha yang justru biang perusaknya.
Kita hampir tidak pernah mencium udara segar ketika melintas di Lampung Tengah,
Lampung Utara, Lampung Timur, dan Tulangbawang. Aroma busuk dari limbah tapioka
sudah begitu mencemari udara. Tetapi, sesungguhnya, bau busuk dari bahan buangan pabrik
tapioka, bukanlah yang paling berbahaya. Masalah besar bersumber dari sianida yang terlarut
dalam air sungai dan menguap ke udara. Sianida, kita tahu, adalah zat berbahaya. Bahan
kimia ini yang dulu dipakai Hitler untuk membunuh secara massal kaum Yahudi di Jerman.
Limbah cair mengandung sianida itu dihasilkan dari proses pembuatan tapioka, mulai dari
pencucian bahan baku sampai proses pengendapan pati.
Kecuali limbah cair, industri tapioka juga memproduksi sampah padat. Yakni,
singkong yang tak terparut, kanji berkualitas jelek, dan onggok. Semuanya mengandung
bahan yang mengancam itu: sianida. Penanganan yang sembrono selama ini, telah
menyebabkan kotoran cair dan padat itu mencemari sumur, sungai dan udara. Merosotnya
kualitas sungai-sungai di Lampung, dapat dijelaskan dari sudut pandang ini. Sungai yang
dulunya besar dan berair bersih, sekarang banyak yang menciut dan kotor. Mereka sedang
meratap karena pabrik-pabrik yang berdiri di dekatnya seenaknya menggelontorkan limbah
dan mencemari air. Sungguh, sebuah kerugian amat besar bagi rakyat dan daerah ini. Atas
nama manfaat ekonomi jangka pendek, kita harus kehilangan manfaat jangka panjang. Sungai
tidak lagi bisa dikonsumsi, bahkan untuk sekadar mandi, cuci, dan kakus. Padahal, secara
tradisional, masyarakat memanfaatkan sungai bagi berbagai keperluan. Seperti untuk air
minum, mandi, cuci dan kakus, irigasi sawah dan kebun, rekreasi, dan mencari ikan.
Kegunaan tadi lenyap seiring tercemarnya sungai. Ikan, udang, dan keong mati dan punah
karena tempat hidup mereka sudah mengandung racun. Warga pun tidak bisa lagi
mengonsumsi sumber gizi yang sebelumnya gampang diperoleh itu.
Sungai juga sudah tidak boleh lagi untuk mandi, mengairi sawah dan kebun, juga diminum
ternak. Air limbah yang masuk tambak akan membunuh ikan piaraan. Masalah belum
lengkap karena masih banyak muncul problem lain harus dihadapi warga. Nyamuk penyebar
penyakit menular, seperti malaria, demam berdarah, dan chikungunya, populasinya meledak.
Sebab, serangga ini sudah kehilangan predator, yakni satwa-satwa penghuni air. Berbagai
penyakit juga bermunculan, misalnya gatalgatal.
Banyak orang memang cenderung menganggap sepele berbagai dampak buruk
lingkungan hidup menyusul semberononya pengelolaan pabrik-pabrik. Kita baru geger ketika
melihat ribuan ikan mati mengambang di sungai. Lalu, ribut menuntut perusahaan
bertanggungjawab membersihkan kembali sungai. Padahal, itu barangkali hanya sejumput
masalah dari kerusakan dahsyat sumber daya alam akibat dikelola serampangan. Memang,
dampak kerusakan itu selalu lambat disadari. Butuh waktu beberapa tahun sampai sebuah
pabrik diketahui telah mencemari lingkungan. Akibatnya, banyak pihak tidak awas sejak
awal. Reaksi baru bermunculan setelah dampak buruknya kasat mata. Tetapi kadang-kadang
semua sudah terlambat. Lingkungan yang rusak tidak bisa dipulihkan lagi atau perlu waktu
sangat lama dan mahal. Gejala penyakit akibat keracunan sianida, misalnya, tidak terlalu
khas. Sehingga orang sering menyepelekannya. Seperti, sakit kepala, sesak nafas, tubuh
lemah, buang air kecil tidak lancar. Penderitanya menyangka kena sakit biasa. Mereka tidak
menyadari telah teracuni bahan kimia berbahaya. Dan, itu bersumber dari pabrik-pabrik yang
berdiri gagah di dekat permukiman warga.
Sunggguh, kita tidak memerlukan kaca pembesar untuk mengetahui betapa
pabrikpabrik telah mencemari lingkung hidup. Pembangunan yang mementingkan
pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan faktor lingkungan, dipercaya menjadi biang keladi
kerusakan itu. Padahal, lingkungan hidup yang sehat dan bersih adalah hak asasi manusia.
Tanpa kecuali. Akan tetapi, yang terjadi justru kualitas lingkungan hidup terus merosot. Itu
sebabnya, limbah industri wajib ditangani dengan baik dan serius. Pemerintah mesti berperan
sebagai pengawas yang tak kalah serius. Sementara pengusaha wajib menjamin tidak ada
pencemaran itu. Di antaranya dengan melakukan daur-ulang limbah dan memasang alat
pencegah pencemaran. Sayangnya, semua itu belum pernah dilakukan. Sehingga, semua
industri dengan gampang bisa seenaknya merusak lingkungan hidup. Pada masa depan,
persoalan limbah industri ini akan semakin besar dan rumit. Manakala pemerintah masih
bertekuk lutut di depan pengusaha, kelangsungan lingkungan hidup tidak akan bisa terjamin.
Apalagi, industri sedang berkutat dengan persoalan penghematan. Mereka sibuk menekan
biaya produksi, belanja pegawai, dan ongkos energi yang terus melambung. Akibatnya,
pengelolaan limbah yang juga membutuhkan biaya, menjadi tidak dilakukan.
Kita selalu saja gemas dan marah oleh sebab terus merosotnya kualitas lingkungan
hidup oleh sebab pencemaran industri ini. Sebab, pemerintah tampaknya sama sekali tidak
memetik pelajaran apapun. Izin industri terus saja diberikan. Sementara pengawasan terhadap
sepak terjang pengusaha sama sekali tidak dilakukan. Sepertinya, sama sekali tidak ada
evaluasi terhadap dampak lingkungan. Pada era otonomi daerah, terjadi tarik menarik
kepentingan antara pemerintah provinsi dan kabupaten-kota soal perizinan industri. Tetapi
kompetisi merebut wewenang itu sekadar berkaitan soal siapa yang meraup biaya perizinan.
Jauh dari upaya menata agar pengusaha tidak semena-mena merusak alam.
Sejauh ini, penegakan hukum terhadap pencemar masih lemah, karena melulu
mempertimbangkan ekonomi dan politik. Itu sebabnya, standar pengolahan limbah industri
kerap diabaikan. Padahal, banyak aturan harus dipatuhi agar perusahaan bisa punya manfaat
ekonomi, diterima secara sosial, dan ramah lingkungan. Celakanya, peraturan yang dibuat
jarang diterapkan. Sampai hari ini, secara jujur dikatakan, aparat pemerintah memang belum
serius mengatasi pencemaran lingkungan hidup. Dalam sejarahnya, belum pernah ada
perusahaan pencemar lingkungan yang kena hukum. Sementara pemerintah daerah begitu
gampang mengeluarkan izin. Padahal, lokasi pabrik dekat dengan pemukiman penduduk.
Lalu, semua dokumen pelengkap perizinan juga seolah formalistis saja. Misalnya, buruknya
kualitas AMDAL dan sarana pengolahan limbah yang seadanya. Kita senantiasa berharap,
semua orang tidak lagi menganggap ringan dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan
industri. Oleh sebab itu, tidak ada cara lain, perusahaan yang berpotensi mencemari
lingkungan wajib diawasi sepak-terjangnya. Bagi yang tidak mematuhi ketentuan
pengelolaan limbah, sebaiknya ditutup saja. Tidak boleh lagi ada kompromi bagi perusak
lingkungan hidup.

Kutukan Industri Tapioka (Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/04/12/kutukan-


industri-tapioka116228.html); tanggal 11 April 2010.
A. SUMBER PENCEMARAN

 Limbah padat singkong


 Limbah kanji
 Onggok

B. Kandungan yang terdapat pada pencemaran

1. Bio-Puolutan
Sebut saja pulutan yang berasal dari agen agen biologi, biasanya dapat
berperan sebagai pupuk kompos bagi tanaman didalam tanah, jenis polutan ini
biasanya berasal dari eksresi manusia dan hewan lainnya.

2. Aktfitas pertanian dan perkembunan


Pertanian dan perkebunan biasanya menggunakan bahan kimia untuk
menunjaang hasil panen, bahan kimia teresebut diantaranyaa pestisida, pupuk
kimia, kompos, dan lain sebagainya.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan berpotensi mencemari tanah dan
berbahaya bagi kesehatan manusia.

3. Polutan radioaktif
Substansi radioaktif yang dihasilkan dari aktifitas manusia seperti
nitrogen, uranium, thorium, dan lain-lain. Zat radioaktif tersebut dapat
menyumbat tanah dan memberikan efek toksik bagi makhluk hidup disekitar.

4. Limbah Buangan Industri


Industri skala besar seperti pertambangan dan produksi, dapat
menyebabkan kerusakan tanah dalam jangka panjang, limbah industri skala
besar diantaranya berupa logam, seperti:

 Timbal (Pb)
Timbal terbentuk tergantung dari konsentrasi senyawa fosfor
atau nitrogen yang dapat berperan dalam eutrofikasi sehingga harus
dihindarkan dalam lingkungan.Sehingga timbal ini beracun dalam air
EC50, dapat menyebabkan muntah menurunkan tekanan darah
menghilangnya konsentrasi.
 Merkuri(Hg)
Akumulasi merkuri menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem. Logam berat ini bersifat toksik untuk makhluk hidup
sehingga dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, gagal
ginjal hingga kematian dan logam ini dapat berakumulasi pada ikan.
 Arsenik (As)
Arsenik ini berbahaya karena bersifat toksik sehingga dapat
menyebabkan ginjal,paru-paru,sistem syaraf pusat dan membran
mukosa teriritasi.
 Nikel (Ni)
Nikel memili efek menciutkan membran mukosa sehingga
timbulnya kepekaan dalam bentuk alergi jika kandungan dalam air
memili lebih dari baku mutu bersifat karsinogenik dan dapat menimbul
iritasi pada kulit dan mata.

 Sianida (Cn)
Sianida atau zat sianida adalah senyawa kimia yang
mengandung kelompok siano.sianida tergolong racun yang sangat
toksik dalam takaran 150-250 mg sudah cukup untuk menimbulkan
kematian.sianida dalam dosis kecil dapat ditemukan dialam dan juga
ada dalam setiap produk makanan yang biasa kita makan.sianida
banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam
seperti natrium,kalium atau kalium sianida.

C. Dampak dari pencemaran

1. Berakibat pada kematian makhluk hidup

Dari beragam dampak pencemaran tanah yang ada, yang paling berbahaya dan
sangat mencolok di sini tidak lain adalah adanya tingkat kematian makhluk hidup
yang tinggi. Namun kematian ini ada yang perlahan-lahan, berproses dan ada yang
langsung terlihat. Pada dasarnya, ini sangatlah berbahaya, terutama bagi tumbuhan
serta beberapa hewan yang bertempat tinggal di dalam tanah.

2. Menyebabkan polusi udara


 
Meskipun tanah yeng tercemar, namun bisa berakibat pada kerusakan
komponan lain karena di bumi berbagai komponen memang saling berhubungan.
Katakan saja saat terjadi pencemaran tanah, maka air di dalam tanah pun bisa ikut
tercemar. Nah, begitu juga dengan udara. Di sini polusi udara pun bisa terjadi sebagai
akibat terjadinya pencemaran tanah, baik secara langsung maupun tidak.

3. Kesuburan tanah berkurang

Untuk akibat yang satu ini tentu saja sudah tidak bisa di elakkan lagi. Ketika
terjadi pencemaran tanah, di mana tanah tidak lagi murni, tentu saja kesuburannya
pun akan berkurang. Nah, jika sudah begini, maka akan banyak aspek kehidupan yang
di pengaruhinya. Dalam bidang petanian, tentu saja merugikan. Selain itu, tumbuhan
pun akan terhambat perkembangannya.

4. Ekosistem ikut rusak

Di muka bumi ini ada banyak sekali ekosistem yang tersebar di berbagai
penjuru. Dalam hal ini, ekosistem sebenarnya harus di jaga dan di rawat sehingga
tetap indah. Akan tetapi, sayang sekali karena dengan adanya pencemaran tanah,
ekosistem pun bisa ikut rusak secara perlahan-lahan. Terlabih lagi untuk jenis
ekosistem darat yang tinggalnya di tanah.
5. Merusak nilai estetika alam

Tanah yang subur dan terawat tentu saja akan menghadirkan keindahan
tersendiri. Dan hal ini perlu di lestarikan dengan baik. Akan tetapi, tidak dapat di
pungkiri juga bahwasanya tanah yang tercemar akan mulai merusak nilai estetika di
berbagai belahan bumi perlahan-lahan. Oleh karena itu, untuk tetap memiliki
keindahan di muka bumi, tanah pun harus tetap di rawat.

6. Peningkatan zat padat berupa senyawa organik, sehingga timbul kenaikan limbah
padat, tersuspensi maupun terlarut.

7. Peningkatan kebutuhan oksigen bagi mikroba pembusuk senyawa organik,


dinyatakan dengan BOD.

8. Peningkatan kebutuhan oksigen untuk proses kimia dalam air yang dinyatakan
dengan COD..

D. Solusi sebelum Pencemaran

 Pemisahan Sampah

Memisahkan sampah berdasarkan jenisnya bermanfaat untuk


mengatasi pencemaran tanah. Hal tersebut juga bermanfaat untuk menghindari
pencemaran tanah. Di tempat umum, ada baiknya disediakan tempat sampah
berdasarkan jenisnya. Jenis sampah dibagi menjadi dua macam yaitu sampah
organik dan juga sampah non organik. Sampah organik itu bisa berupa daun
pembungkus makanan sedangkan sampah non organik adalah botol kaleng
minuman, plastik, sedotan dan masih banyak lagi lainnya. Di tempat umum,
banyak sekali sampah non organik yang dibuang oleh pengunjung tempat
tersebut. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya
sebaiknya mulai dibenahi. Dengan membuang sampah pada tempatnya
masyarakat bisa terhindar dari berbagai dampak buruk dari sampah tersebut
dan kebersihan pun bisa terwujud.

 Menerapkan Prinsip Daur Ulang

Masyarakat sebaiknya sejak saat ini mempelajari tentang prinsip daur


ulang. Prinsip itu bisa dengan mengolah limbah dan juga memanfaatkan
sampah yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih berguna. Daur ulang
yang bisa dilakukan oleh manusia adalah sebagai berikut ini :

 Sampah organik yang dibuang oleh manusia bisa dimanfaatkan


menjadi pupuk kompos, biogas dan masih banyak lagi lainnya.
 Sampah non organik yang banyak disekitar kita bisa digunakan
sebagai bahan-bahan kerajinan. Bahan kerajinan yang bisa dibuat
adalah lampu hias dari botol mineral, lampion dari botol mineral,
pembuatan tas dan dompet dari sampah bekas minuman sachet
serta masih banyak lagi lainnya. Selain menghindari pencemaran
tanah, mendaur ulang bahan-bahan tersebut bisa menghasilkan
nilai tambah dari barang-barang yang dianggap limbah dan bekas.

 Hindari Pestisida Dan Zat Kimia

Untuk mengurangi efek dari limbah pertanian, petani di Indonesia


mulai menggalakkan bertani dengan cara aman yaitu menghindari pestisida.
Pestisida dampaknya bisa berbahaya bagi tanah sebab menimbulkan
pencemaran. Oleh sebab itu petani mulai beralih ke pupuk kompos yang lebih
aman karena terbuat dari bahan-bahan organik. Sayuran, buah dan hasil
pertanian yang menggunakan pupuk kompos disebut dengan hasil pertanian
organik. Hasil tani organik jauh lebih aman dikonsumsi dibandingkan dengan
hasil tani yang menggunakan pupuk kimia dan juga pestisida.

 Pengolahan Limbah

Industri yang ada di Indonesia sebaiknya memiliki sistem pembuangan


dan pengolahan limbah yang baik. Industri besar tentu memiliki limbah yang
banyak pula. Jika setiap hari industri tersebut membuang limbah dengan skala
yang besar tanpa diikuti oleh pengolahan limbah yang benar tentu banyak
media yang bisa tercemar oleh limbahnya tersebut. Industri yang baik akan
mengolah limbahnya terlebih dahulu agar tidak berbahaya jika dibuang ke
sungai maupun ke tanah. Saat di buang ke sungai maupun tanah, limbah itu
tidak akan mempengaruhi makhluk hidup yang ada di sungai maupun tanah
tersebut.

 Plastik Organik

Saat ini banyak supermarket yang mulai memperhatikan kesehatan


lingkungan. Supermarket tersebut sadar jika plastik yang diberikan kepada
konsumennya tidak bisa diuraikan dan berdampak buruk oleh lingkungan.
Oleh sebab itu saat ini banyak supermarket yang menggunakan plastik daur
ulang atau plastik organik. Disebut plastik organik dikarenakan plastik yang
diberikan tersebut bisa terurai oleh tanah. Langkah tersebut sebaiknya ditiru
oleh semua toko yang ada di Indonesia sehingga berapapun jumlah plastik
yang dibuang oleh manusia tidak akan mencemari lingkungan dan juga tanah.

 Saluran Pembuangan Limbah

Bagi limbah domestik, ada baiknya ibu rumah tangga membuat saluran


pembuangan limbah yang baik. Misalnya saja air sisa detergent tidak langsung
dibuang ke tanah begitu saja, namun air detergent tersebut dibuang ke saluran
pembuangan limbah yang telah disediakan atau dibuat. Dengan begitu
pembuangan limbah bisa terorganisir dengan baik.
E. Solusi sesudah Pencemaran / Penanganan

1. Remidiasi
Remidiasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah yaitu: in-situ dan ex-situ.
Pembersihan in-situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ex-situ
meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa kedaerah yang
aman.

2. Bioremidiasi
Adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme. Bioremidiasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kuran beracun atau tidak beracun.
Daftar pustaka

. http://dosenbiologi.com/lingkungan/pencemaran-tanah
http://www.google.co.id/amp/s/blog.ruangguru.com/5-polutan-penyebab-pencemaran-tanah
%3fhs_amp=true
4.thegorbalsla Copyright c 2018
https://www.portonews.com/2017/oil-and-chemical-spill/mengembalikan-kesuburan-tanah-
akibat-tumpahan-minyak/
https://www.academia.edu/8801054/Pencemaran_Tanah_Akibat_Industri
MSDS
https://slideplayer.info/slide/3196186/

Anda mungkin juga menyukai