Anda di halaman 1dari 40

1

ANALISA KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)PADA


LIMBAH CAIR DOMESTIK SECARA TITRIMETRI DI PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM

TUGAS AKHIR

INDAH V.O SILALAHI

162401046

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
2

ANALISA KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA


LIMBAH CAIR DOMESTIK SECARA TITRIMETRI DI PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM

TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH AHLI MADYA

INDAH V.O SILALAHI

162401046

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
i

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISA KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA


LIMBAH CAIR DOMESTIK SECARA TITRIMETRI DI
PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 28 Mei 2019

Indah V.O. Silalahi


162401046
ii
iii

ANALISA KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA


LIMBAH CAIR DOMESTIK SECARA TITRIMETRI DI PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM

ABSTRAK

Analisa Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah cair domestik
secara titrimetri di PT. SHAFERO ENVIRO LABORATORIUM. Dari hasil analisa
diperoleh kadar COD pada sampel limbah dengan kode sampel I-043 sebesar 38,55
mg/l; pada sampel dengan kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; dan
pada sampel dengan kode sampel I-045mg/l kadar COD sebesar 134,93 mg/l. Sampel
dengan kode I-043 dan I-044 telah memenuhi standart baku mutu sedangkan sampel
dengan kode I-045 kadar COD nya melampai batas maksimal baku mutu.

Kata kunci : Chemical Oxygen Demand (COD), titrimetri


iv

ANALYSIS OF COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND) LEVELS


IN DOMESTIC WASTEWATER BY TITRIMETRY AT PT.
SHEFERA ENVIRO LABORATORIUM.

ABSTRACT

Analysis of Chemical Oxygen Demand (COD) levels in domestic wastewater samples


by titrimetry at PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM. From the results of the
analysis obtained cod levels in the waste samples with sample’s code I-043 is 38,55
mg/l ; at sample with sample’s code I-044 COD levels is 15,42 mg/l; and at sample
with sample’s code I-045 the levels of COD is 134,93 mg/l. The sample with the code
1-043 and I-044 has met the quality standard while the sample with code I-045 the
COD levels have exceeded the quality standard.

Keyword : Chemical Oxygen Demand (COD), titrimetry.


v

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul Analisa kadar COD
( Chemical Oxygen Demand ) pada limbah cair domestik di PT.SHAFERA ENVIRO
LABORATORIUM.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang takterhingga


kepada Bapak Dr. Minto Supeno MS, selaku Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA
USU. Terimakasih kepada Bapak Dr. Nimpan Bangun M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan laporan tugas
akhir ini. Terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, kakak dan adik yang terus
memotivasi dan memberikan semangat serta nasehat kepada penulis agar dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.Terimkasih kepada keluarga besar Silalahi dan
Nababan yang selalu mendukung dan memberisemangat kepada penulis untuk
menyelesaikantugas akhir ini. Terimkasih kepada Abangda Roy Tarigan yang selalu
memberikan semangat, dukungan, memberikan saran yang baik kepada penulis,
kepada Sahabat Miftah, Nuriyana dan Irene yang memotivasi agar dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dan Terimakasih juga kepada seluruh teman-teman
stambuk 2016 yang sama – sama berjuang dari awal semester. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa akan membalasnya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat diharapkan.
Akhir kata semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 28 Mei 2019

Indah V.O Silalahi


vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS i
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
1.4 Manfaat Percobaan 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah 4
2.1.1 Pengertian Limbah 4
2.1.2 Klasifikasi Limbah 4
2.1.3 Tujuan Pengolahan Limbah 5
2.1.4 Parameter Limbah 6
2.2 Limbah Cair Domestik
2.2.1 Pengertian Limbah Cair Domestik 6
2.2.2 Karakteristik Limbah Cair Domestik 6
2.2.3 Sumber Limbah Cair Domestik 9
2.2.4 Jenis Pengolahan Limbah Cair Domestik 10
2.2.5 Dampak Limbah Cair Domestik 12
2.3 COD ( Chemical Oxygen Demand ) 13
2.4 Titrimetri 15

BAB 3 METODE PERCOBAAN


3.1 Tempat 17
3.2 Metode Percobaan berdasarkan SNI 6989.73:2009 17
3.2.1 Bahan 17
3.2.2 Cara Pembuatan Reagen 17
3.2.3 Peralatan 18
3.3 Prosedur Percobaan 19
vii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil 21
4.1.1 Hasil Analisa COD pada sampel Limbah Cair 21
Domestik secara titrimetri
4.2 Perhitungan 21
4.3 Pembahasan 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN ALAT 27
viii

DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Halaman
tabel
Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam
3.3.1 19
Digestion vessel
Hasil analisa COD pada sampel Limbah Cair Domestik
4.1.1 21
secara Titrimetri
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Judul Halaman
Lampiran

1 Lampiran Alat 28

PERMEN LH No.P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 29
2
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
3 SNI 6989.73 : 2009 30
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivias manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Limbah
mempunyai konotasi menjijikan, kotor, bau, dan sumber penyakit. Limbah
berdasarkan wujudnya dibagi menjadi tiga yaitu limbah cair, limbah padat, dan
limbah gas. Limbah cair tiap hari dihasilkan oleh manusia, sehingga manusia tak
dapat lari dari limbah. Limbah cair tidak hanya dihasilkan dari kegiatan-kegiatan
skala besar seperti oleh industri, tetapi juga oleh kegiatan sehari-hari, seperti makan,
minum, dan mencuci.( Sunarsih, L. E., 2018).

Limbah cair hasil buangan aktivitas manusia menyebabkan banyaknya bahan


organik masuk kedalam perairan sehingga berpengaruh pada kualitas perairan
disekitar pembuangan limbah. Peningkatan bahan organik menyebabkan kebutuhan
oksigen meningkat dan mempengaruhi kualitas perairan tersebut seperti perubahan
suhu air, pH, warna, bau, rasa dan lain-lain yang merupakan indikator pencemaran
air. Bahan buangan organik dapat menaikkan populasi mikroorganisme di air dan
tidak tertutup kemungkinan ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya
bagi manusia.

Bahan organik di perairan secara umum dapat ditinjau dari tingginya nilai
BOD,COD, dan TOM. TOM menggambarkan kandungan bahan organik total yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid di suatu perairan.
Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang
sukar didegradasi secara biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Berkurangnya bahan organik hasil oksidasi COD secara tidak langsung
mengindikasikan jumlah atau kadar konsentrasi bahan organik yang terkandung
dalam perairan. (Effendi, H., 2003).
2

Dengan demikian maka perlu dilakukan suatu kajian mengenai konsentrasi COD
pada limbah cair domestik yang dihasilkan sebelum dibuang ke lingkungan agar
limbah yang dihasilkan tidak mencemari perairan, dan tidak merusak ekosistem
perairan di lingkungan tersebut.

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menentukan


kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada beberapa sampel limbah cair
domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN. Yang selanjutnya dapat diketahui apakah limbah cair domestik tersebut
telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan oleh pemerintah
berdasarkan PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 yaitu
maksimal sebesar 100 mg/l

1.2 Permasalahan

1. Berapa besar kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah cair
domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN?
2. Apakah kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah cair
domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN sudah memenuhi standart baku mutu?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah
cair domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN.
2. Untuk mengetahui kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah
cair domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN sudah memenuhi standart baku mutu atau tidak.
3. Untuk mengetahui standart baku pada limbah cair domestik yang ditetapkan
oleh Menteri Lingkungan Hidup.
3

1.4 Manfaat

Sebagai informasi bagi pembaca, agar mengetahui kadar COD yang terkandung
dari beberapa sampel limbah domestik cair yang terdapat di PT. SHAFERA
ENVIRO LABORATORIUM MEDAN, sudah memenuhi standart batu mutu atau
tidak.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

2.1.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya (Berdasarkan keputusan
Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang Prosedur Impor Limbah).

Adanya benda buangan ini seringkali tidak diinginkan masyarakat karena


dengan konsentrasi dan kualitas tertentu limbah dapat mengakibatkan dampak
negatif bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya, oleh sebab itu diperlukan
pengelolaan limbah untuk mengatasi dampak negatif tersebut. Bahan yang sering
ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi,
senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai, logam
berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikroba pathogen, dan parasit
(Waluyo, L., 2010).

2.1.2 Klasifikasi Limbah

Klasifikasi limbah berdasarkan wujud oleh Abdurrahman,U., 2006 yaitu limbah


padat, cair, dan gas :

1. Limbah padat

Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering
dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal
dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
Limbah padat dapat menimbulkan bau busuk dan menjadi wadah pertumbuhan
serangga yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
5

2. Limbah cair

Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu
larut dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh
limbah cair ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair industri, dan
lain-lain. Limbah cair dapat merusak ekosistem perairan dan dapat menimbukan
bakteri-bakteri pathogen .

3. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam
bentuk asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah
gas adalah buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri. Limbah gas
dapat mengganggu kesehatan saluran pernapasan manusia, merusak lapisan ozon.

Untuk menghindari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh limbah maka limbah
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau ke badan air .

2.1.3 Tujuan Pengolahan Limbah

Tujuan utama pengolahan limbah adalah menghindari pencemaran terhadap


lingkungan sekitar yang dapat mengakibatkan terganggunya atau rusaknya biota air
atau tanah disekitarnya yang dapat menimbulkan dampak negatif berupa hal-hal
sebagai berikut :

1. Bau busuk
2. Sumber air yang berada didekat pembuangan limbah menjadi berbau busuk dan
tidak dapat difungsikan lagi karena dapat menyebabkan gatal-gatal.
3. Limbah padat, menjadi sampah yang menggunung, berbau busuk, menyebabkan
mual-mual dan mengganggu kesehatan melalui lalat atau serangga lainnya.
(Suprapti, M. L., 2005).
6

2.1.4 Parameter Limbah

Ada beberapa parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran yang


terdapat pada suatu daerah atau kawasan untuk mengetahui tingkat pencemarannya,
yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Parameter kimia, meliputi CO2, pH, alkalinitas fosfor, dan logam-logam berat,
COD ( Chemical Oxygen Demand ) serta minyak dan lemak.
2. Parameter biokimia, meliputi BOD ( Biochemical Oxygen Demand)
3. Parameter fisik, meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, TSS,TDS,
serta radiaktivitas
4. Parameter biologi, meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya bakteri,
virus, benthos dan plankton. (Sunarsih, L. E., 2018)

2.2 Limbah Cair Domestik

2.2.1 Pengertian Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan- bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan ataupun air hujan. ( Soeparman dan Suparmin, H. M., 2011).

2.2.2 Karakteristik Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik mempunyai beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya,


dimana karakteristik limbah cair domestik dapat digolongkan pada karakteristik fisik,
kimia, dan biologi yang diuraikan sebagai berikut :

1. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur,
densitas, warna, konduktivitas, dan turbudity.
7

a. Total Solid (TS)

Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada
suhu 103-1050C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri,
erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh
dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses
pengolahan.

b. Bau

Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah.

c. Temperatur

Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air


yang baik mempunyai temperatur normal 8 oC dari suhu kamar 27oC. Semakin tinggi
temperatur air (>27oC) maka kandungan oksigen terlarut dalam air berkurang atau
sebaliknya.

d. Density

Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan


sebagai slug/ft3 (kg/m3).

e. Warna

Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, wara limbah berubah dari yang abu-abu menjadi
kehitaman.

f. Kekeruhan

Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intesitas cahaya yang


dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi
standar pada konsentrasi yang sama ( Eddy.,2008)
8

2. Karakteristik Kimia

Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu
bahan organik, anorganik, dan gas.

a. Bahan organik

Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N yang menjadi
karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak, dan minyak, surfaktan,
pestisida, fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri
kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian.

b. Bahan anorganik

Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air
limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat
(Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat, dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa
nitrogen (amoniak, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang ( sulfat
dan hidrogen sulfida).

c. Gas

Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3)
dan karbondioksida (Eddy., 2008)

3. Karakteristik Biologi

Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol


timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik biologi
tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam
dekomposisi dan stabilitas senyawa organik ( Eddy., 2008)
9

2.2.3 Sumber Limbah Cair Domestik

a. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan
jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya:

1. Aktivitas Bidang Rumah Tangga

Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair, antara
lain mmencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan dan
minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet, dan
sebagainya. Semakin banyak jenis aktivitas dilakukan, semakin besar volume limbah
cair yang dihasilkan.

2. Aktivitas Bidang Perkantoran

Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan aktivitas penunjang


kegiatan pelayanan masyarakat. Beberapa contoh antara lain Kantor Pemerintah
Daerah, Kantor Skretariat DPR, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kantor PLN, Bank,
Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN), Kantor Inspeksi Pajak. Limbah cair dari
sumber itu biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan
minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastafel),
aktivitas pencucian peralatan, dan sebagainya.

3. Aktivitas Bidang Perdagangan

Aktivitas bidang perdagangan mempunyai variasi yang sangat luas.Variasi itu


ditinjau dari berbagai aspek, yaitu jenis komoditas yang diperdagangkan, lingkup
wilayah pemasaran, kemampuan permodalan, bentuk badan/organisasi, jenis
kegiatan, dan sebagainya. Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan
limbah cair yaitu pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di
restoran, penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan, dan
sebagainya.
10

4. Aktivitas Bidang Perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang


perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah/
diproses, jenis barang atau bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi,
teknik/jenis proes produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan,
serta kebijakan manajemen industri.

5. Aktivitas Bidang Pertanian

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air


untuk mengaliri lahan pertanian. Secara alami dan dalam kondisi normal, limbah cair
pertanian sebenarnya tidak menimbullkan dampak negatif pada lingkungan, namun
dengan digunakannya pestisida yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan,
sering menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem air pada badan
air penerima.

b. Aktivitas Alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut air
larian. Air larian yang jumlahnya berlebih sebagai akibat dari hujan yang turun
dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat menyebabklan terjadinya
banjir. Atas dasar itu air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam
perencanaan sistem limbah cair, agar dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan
akibat air hujan, baik bagi lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat.
(Sugiharto.,1994)

2.2.4 Jenis Pengolahan limbah cair domestik

Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, COD, partikel
tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan
pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang
tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
11

1. Pengolahan Fisika

Proses pengolahan yang termasuk pengolahan fisika antara lain pengolahan


dengan menggunakan screen, sieves, dan filter; pemisahan dengan memanfaatkan
gaya gravitasi (sedimentasi atau oil/water separator); serta flotasi adsorpsi, dan
sytripping. Prinsip pertama adalah screening, sieving, filtrasi, dan prinsip kedua
penggunaan gaya gravitasi (sedimentas, flotasi, dan setrifugasi).

2. Pengolahan Kimia

Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanyan digunakan untuk netralisasi limbah
asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur asam maupun basa,
memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak,
meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan
racun.Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani
hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yan beracun atau
toksik, dan tidak tergantung pada perubahan-perubahan konsentrasi. Namun,
pengolahan kimia dapat meningktakan jumlah garam pada effluent dan
meningkatkan jumlah lumpur.

3. Pengolahan biologis

Proses biologis adalah proses-proses prngolahan air limbah yang memanfaatkan


aktifitas kehidupan mikroorganisme untuk memindahkan polutan. Proses-proses
biokimia juga meliputi aktifitas alami dalam berbagai keadaan. Misalnya proses self
purification yang terjadi di sungai-sungai. Sebagian besar air limbah, misalnya air
limbah domestik, mengandung zat-zat organik sehingga proses biologi merupakan
tahapan yang penting.

Dalam proses pengolahan air limbah secara biologi, diharapkan terjadi proses
penguraian secara alami untuk membersihkan air sebelum dibuang. Perbedaan
mendasar antara proses alami dan artifisial adalah dalam hal intesitas proses.
Dibandingkan dengan proses alami, proses biologi biasanyan berlangsung lebih cepat
dan membutuhkan tempat yang lebih sedikit. Hal ini merupakan keuntungan utama
12

dalam proses biologi. Namun peningkatan intensitas menyebabkan proses lebih


sensitif sehingga memerlukan proses kontrol yang intensif dan teliti. (Aji. S, A.,
2018)

2.2.5 Dampak Limbah Cair Domestik

Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah cair domestik adalah sebagai
berikut:

1. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Gangguan ini dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus, senyawa


nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai
makanan, serta beberapa kandungan logam seperti merkuri, timbal, dan kadmium.

2. Gangguan terhadap keseimbangan lingkungan

Kerusakan terhadap tanaman dan binatang yang hidup pada perairan


disebabkan oleh eutrofikasi yaitu pencemaran terhadap air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

3. Gangguan terhadap estetika dan benda

Gangguan kenyamanan dan estetika berupa warna, bau, dan rasa. Kerusakan
benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut seperti korosif atau karat, air
berlumpur, menyebabkan menurunnya kualitas tempat-tempat rekreasi dan
perumahan akibat bau serta eutrofikasi ( Eddy.,2008).
13

2.3 COD ( Chemical Oxygen Demand)

COD ( Chemical Oxygen Demand) atau KOK (Kebutuhan Oksigen Kimiawi)


adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam
1 liter air dengan menggunakan oksidator kalium dikromat selama 2 jam pada suhu
150oC. Perbedaan antara BOD dan COD adalah bahwa COD menunjukkan senyawa
organik yang tidak dapat didegradasi secara biologis ( Pranata, W., 2012).

Dalam hal ini sampel limbah akan dioksidasi oleh kalium bikromat ( K 2Cr2O7)
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan
buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini :

(1)
Sebelum oksidasi (warna kuning) Setelah oksidasi (Warna hijau)

Reaksi (1) membutuhkan pemanasan dan juga penambahan katalisator perak


sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam sampel limbah
diperkirakan ada unsur klorida yang dapat menggangu reaksi maka perlu
ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut.
( Wardhana,W. A ., 1995)

Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat
sesuai dengan reaksi berikut ini :

(2)

Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel sebelum penambahan


reagen lainnya, ion merkuri akan bergabung dengan ion klorida membentuk
merkuri klorida, sesuai reaksi dibawah ini :

(3)
14

Dengan adanyan ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil
dan tidak mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD. Untuk memastikan
bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai.
Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat
(FAS), dimana reaksi yang berlangsung sebagai berikut :

(4)

Indikator feroin digunakan untuk mentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna
hijau-biru berubah menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik
yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Alaerts, G., 1987).

Pengukuran COD didasarkan pada, bahwa hampir semua bahan organik


dapat dioksidasi menjadik karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat
(kalium bikromat/K2Cr2O7) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium
bikromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95%-100% bahan organik dapat
dioksidasi. ( Effendi, H., 2003).

Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari
pada uji BOD. Hal ini dikarenkan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi
biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai
contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi
melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. ( Fardiaz, S.,
1992).

Warna larutan air sampel yang mengandung bahan buangan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan organik sebanding dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai
pada reaksi oksidasi. Jadi semakin banyak oksigen yang diperlukan, ini berarti
bahwa air di lingkungan tersebut makin banyak tercemar oleh bahan buangan
organik. (Wardhana, W. A., 1995).
15

2.4 Titrimetri

Untuk mengetahui kadar COD pada sampel maka akan dilakukan analisa
secara titrimetri. Titrasi adalah analisis kimia kuantitatif yang mengukur volume
yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikannya dengan suatu larutan yang
lain yang konsentrasinya telah diketahui, dapat dinyatakan dengan N (normalitas)
atau M (molaritas). Analisis titimetri ini berbasis pada pengukuran volume,
karena itu disebut juga dengan analisis volumemetri, yang merupakan jenis
analisis kuantitatif. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti
disebut larutan standart atau larutan baku atau titer, sedangkan volume larutan
yanga akan diukur disebut titran. Menentukan jumlah yang pasti dari suatu
larutan disebut menstandarkan larutan.

Secara matematis ditulis :

Dimana, V1 : volume larutan standart yang terpakai selama proses titrasi


(ml)

N1 : konsentrasi larutan standart yang digunakan (N)

V2 : volume sampel yang digunakan (ml)

N2 : konsentrasi zat yang ingin diketahui (N)

Salah satu analisis volumemetri adalah asidimetri dan alkalimetri yang berbasis
pada reaksi netralisasi. Dalam asidimetri yang digunakan sebagai larutan standar
adalah senyawa asam, sedangkan pada alkalimetri larutan standarnya adalah
basa.
16

Adapun persyaratan analisis volumemetri adalah :

1) Reaksi senyawa berlangsung secara sederhana dan dapat dinyatakan dengan


persamaan reaksi.
2) Persenyawaan reaksi berjalan dengan cepat dan kontinyu.
3) Titik ekuivalen dapat dideteksi melalui perubahan fisik atau kimia, yaitu
dapat merubah warna indikator pada titik akhir titrasi

Proses dalam titrimetri, adalah sebagai berikut :

1) Suatu larutan yang ingin diketahui konsentrasinya (titran) ditempatkan di


dalam labu erlenmeyer.
2) Ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan indikator, yaitu suatu zat yang
ditambahkan untuk menunjukkan perubahan warna pada titik akhir titrasi.
Agar reaksi berjalan cepat, maka isi larutan dalam labu di lakukan
penggoyangan secara manual. Selain itu juga dapat dimasukkan stirrer
(pengaduk), suatu magnet yang dapat mengaduk larutan secara konstan
apabila terpapar aliran listrik.
3) Suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti disebut
larutan standar dimasukkan kedalam buret, yaitu suatu pipa gelas yang salah
satu ujungnya mempunyai kran dan berskalaa dari 1ml sampai sepersepuluh
ml.
4) Larutan standar diteteskan setetes demi setetes dari buret ke labu erelenmeyer
sambil mengocoknya agar homogen ( bila tidak tersedia stirrer), sampai
terjadi perubahan warna larutan yang terdapat dalam labu erlenmeyer, lalu
penetesan dihentikan ( titik akhir titrasi ) dan volume larutan standar yang
digunakan dicatat sesuai dengan skala buret.
5) Titik akhir titrasi adalah titik saat indikator mengalami perubahan warna.
Pada kondisi ini diharapkan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik
ekuivalensi.
6) Dari banyaknya volume larutan standar yang digunakan dihitung konsentrasi
tiran yang ingin diketahui. (Hartutik., 2012)
17

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat

Percobaan dilakukan pada bulan Februari 2019 di PT. Shafera Enviro


Laboratorium di Jalan Jamin Ginting No 37, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan
Medan Tuntungan, Medan.

3.2 Metode Percobaan Berdasarkan SNI 6989.73:2009

3.2.1 Bahan

1. Air aquadest bebas organik


2. Ag2SO4(s)
3. H2SO4(p) 98%
4. K2Cr207(s)
5. HgSO4(s)
6. 1,10-phenanthrolin monohidrat(s)
7. FeSO4. 7H2O(s)
8. Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O(s)

3.2.2 Cara Pembuatan Reagen

1. Larutan pereaksi asam sulfat


- Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 ml H2SO4 pekat
di dalam beaker glass.
- Diaduk hingga larut.
18

2. Larutan baku kalium dikromat (K2Cr207) 0.01667 M ( 0,1 N) (digestion


solution)

- Keringkan Kristal K2Cr207 pada suhu 150oC selama 2 jam dalam oven
- Larutkan 4,903 g K2Cr207 yang telah dikeringkan ke dalam 500 mL air
aquadest bebas organik di dalam beaker glass
- Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO
- Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang
- Encerkan kedalam labu ukur sampai volume 1000 ml
3. Larutan indikator ferroin
- Larutkan 1,485 g 1,10-phenanthrolin monohidrat dan 695 mg
FeSO4.7H2O dalam air aquadest bebas organik kedalam beaker glass.
- Encerkan kedalam labu ukur sampai 100 mL.

4. Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M


- Larutkan 19,6 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dalam 300 mL air aquadest bebas
organic kedalam beaker glass
- Tambahkan 20 mL H2SO4 pekat,
- Dinginkan
- Encerkan dengan menggunakan labu ukur sampai volume 1000 mL.

3.2.3 Peralatan

1. Digestion vessel
2. Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block);
3. Mikroburet;
4. Labu ukur 100,0 mL dan 1000,0 mL;
5. Pipet volumetrik 5,0 mL; 10 mL dan 25,0 mL
6. Pipet ukur 5 mL; 10 mL dan 25 mL;
7. Erlenmeyer;
8. Gelas piala;
9. Magnetic stirrer, dan
10. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
19

3.3 Prosedur Percobaan

1. Pipet volume contoh uji dan tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan
pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam
Tabel 3.3.1 berikut:

Tabel 3.3.1 Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam Digestion
vessel

Larutan
Digestion Total
Contoh uji pereaksi
Digestion vessel solution volume
(mL) asam sulfat
(mL) (mL)
(mL)
Tabung Kultur
16 x 100 mm 2,50 1,50 3,5 7,5
20 x 150 mm 5,00 3,00 7,0 15,0
25 x 150 mm 10,00 6,00 14,0 30,0

Standar
Ampul: 2,50 1,50 3,5 7,5
10 mL

2. Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen;


3. Letakkantabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 oC, lakukan
digestion selama 2 jam.
4. Dinginkan perlahan-lahan contoh uji yang sudah direfluks sampai suhu ruang.
Saat pendinginan sesekali tutup contoh uji dibuka untuk mencegah adanya
tekanan gas;
5. Pindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tube atau ampul ke dalam
Erlenmeyer untuk titrasi;
20

6. Tambahkan indikator ferroin 0,05 mL atau 1-2 tetes dan aduk dengan pengaduk
magnetik sambil dititrasi dengan larutan baku FAS 0,05 m sampai terjadi
perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-kemerahan, catat
volume larutan FAS yang digunakan;
7. Lakukan langkah (1) sampai dengan (6) terhadap air bebas organik sebagai
blanko. Catat volume larutan FAS yang digunakan.
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan analisa kadar CODpada sampel air limbah cair domestik secara
titrimetri yang mana sampel yang digunakan ialah sampel yang tersedia di PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM Medan, diperoleh hasil data sebagai
berikut :

4.1.1 Hasil analisa COD pada sampel Limbah Cair Domestik secara Titrimetri

Volume Rata-rata Faktor Kadar


No Kode Sampel FAS (ml) volume Pengenceran COD
V1 V2 FAS (ml) (fp) (mg/l)
1 Blanko 5,00 4,95 4,975 - 0
2 I-043 4,75 4,70 4,725 - 38,55
3 I-044 4,85 4,90 4,875 - 15,42
4 I-045 4,80 4,80 4,80 5 kali 134,93

4.2 Perhitungan

Standarisasi Ferro Ammonium Sulfat (FAS)

Diketahui : V K2Cr2O7 = 2 ml

N K2Cr2O7 = 0,1 N

V FAS standarisasi = 4,15 ml

Standarisasi FAS
22

Kadar COD

a. Kode Sampel I-043

Diketahui : VFAS sampel : 4,725 ml

VFAS Blanko : 4,975 ml

Vsampel : 2,5 ml

b. Kode Sampel I-044

Diketahui : VFAS sampel : 4,875 ml

VFAS Blanko : 4,975 ml

Vsampel : 2,5 ml
23

c. Kode Sampel I-045

Diketahui : VFAS sampel : 4,80 ml

VFAS Blanko : 4,975 ml

Vsampel : 2,5 ml
24

4.3 Pembahasan

Hasil analisa kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah
cair domestik secara titrimetri diperoleh hasil yang bervariasi, yaitu pada sampel
limbah cair domestik dengan kode sampel I-043 kadar COD sebesar 38,55 mg/l;
pada kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; pada kode sampel I-045
kadar COD sebesar 134,93 mg/l.

Berdasarkan PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016


Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik kadar COD pada limbah cair domestik
maksimal sebesar 100 mg/l. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa sampel
limbah cair domestik dengan kode sampel I-043 dan I-044 telah memenuhi syarat
baku mutu yang telah ditentukan pemerintah, maka limbah cair domestik tersebut
telah aman untuk dibuang ke lingkungan atau ke badan air. Sedangkan pada sampel
dengan kode sampel I-045 kadar COD telah melampaui batas maksimal yang
ditetapkan oleh pemerintah, maka limbah cair domestik tersebut harus diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau ke badan air.

Tinggi nya kadar COD pada limbah disebabkan banyak nya zat-zat organik
dan anorganik yang terkandung pada limbah. Dengan demikian maka dapat
dinyatakan bahwa tinggi nya kadar COD pada limbah sebanding dengan banyaknya
zat pencemar yang terdapat pada limbah tersebut.

Semakin tinggi kadar COD maka semakin besar potensi bahaya yang dapat
ditimbulkan limbah tersebut. Karena tinggi nya kadar COD pada limbah dapat
merusak ekosistem pada perairan sekitar, menimbulkan bau busuk yang menyegat,
serta dapat menghasilkan bakteri-bakteri pathogen yang dapat mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar.
25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisa kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah cair
domestik secara titrimetri yang terdapat pada PT. SHAFERA ENVIRO
LABORATORIUM diperoleh hasil yang bervariasi, yaitu pada sampel limbah
cair domestik dengan kode sampel I-043 kadar COD sebesar 38,55 mg/l; pada
kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; pada kode sampel I-045 kadar
COD sebesar 134,93 mg/l.

2. Berdasarkan PERMEN LH No. P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 Tentang


Baku Mutu Air Limbah Domestik kadar COD pada limbah cair domestik
maksimal sebesar 100 mg/l. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa
sampel limbah cair domestik dengan kode sampel I-043 dan I-044 telah
memenuhi syarat baku mutu yang telah ditentukan pemerintah. Sedangkan pada
sampel dengan kode sampel I-045 kadar COD telah melampaui batas maksimal
yang ditetapkan oleh pemerintah.

3. Standart Baku Mutu pada limbah cair domestik yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup adalah PERMEN LH No.
P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk analisa kadar COD selanjutnya dapat menggunakan metode


lain dengan alat yang lebih canggih seperti menggunakan alat Spektrofotometri agar
hasil yang diperoleh lebih akurat, serta dapat membuat perbandingan dengan
menggunakan dua atau lebih sampel dengan jenis yang sama.
26

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, U., 2006. Kinerja sistem lumpur aktif pada pengolahan limbah

cair laundry. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi


Adhi Tama Surabaya.

Aji, S. A., 2018. Studi Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Magelang: UNIMMA PRESS

Alaerts, G., 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

Eddy. 2008. Karakteristik limbah cair. Jurnal ilmiah teknik lingkungan , vol 2. No 2,
p. 20

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Fardiaz, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius

Hartutik ,2012. Metode analisis mutu pakan. Malang : ub press

Pranata, W., 2012. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air

Limbah. Malang: UB Press

Sugiharto., 1987. Dasar-dasar pengolahan air limbah. Jakarta : UI press

Sunarsih, L. E., 2018. Penanggulangan Limbah. Yogyakarta: Deepublish publisher

Suparmin dan Soeparman, H. M., 2011. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair.
Jakarta:

Buku Kedokteran EGC

Suprapti, M. L., 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya.


Yogyakarta: Kanisius

Pranata, W., 2012. Bod dan Cod sebagai parameter pencemaran air dan baku mutu
air Limbah. Malang: UB press
27

Waluyo, L. 2010. Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi. Malang: UMM
Press

Wardhana, W. A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta
28
29

Anda mungkin juga menyukai