TUGAS AKHIR
162401046
MEDAN
2019
2
TUGAS AKHIR
162401046
MEDAN
2019
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
TUGAS AKHIR
Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
ABSTRAK
Analisa Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah cair domestik
secara titrimetri di PT. SHAFERO ENVIRO LABORATORIUM. Dari hasil analisa
diperoleh kadar COD pada sampel limbah dengan kode sampel I-043 sebesar 38,55
mg/l; pada sampel dengan kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; dan
pada sampel dengan kode sampel I-045mg/l kadar COD sebesar 134,93 mg/l. Sampel
dengan kode I-043 dan I-044 telah memenuhi standart baku mutu sedangkan sampel
dengan kode I-045 kadar COD nya melampai batas maksimal baku mutu.
ABSTRACT
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul Analisa kadar COD
( Chemical Oxygen Demand ) pada limbah cair domestik di PT.SHAFERA ENVIRO
LABORATORIUM.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS i
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
1.4 Manfaat Percobaan 3
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN ALAT 27
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman
tabel
Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam
3.3.1 19
Digestion vessel
Hasil analisa COD pada sampel Limbah Cair Domestik
4.1.1 21
secara Titrimetri
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Halaman
Lampiran
1 Lampiran Alat 28
PERMEN LH No.P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 29
2
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
3 SNI 6989.73 : 2009 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivias manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Limbah
mempunyai konotasi menjijikan, kotor, bau, dan sumber penyakit. Limbah
berdasarkan wujudnya dibagi menjadi tiga yaitu limbah cair, limbah padat, dan
limbah gas. Limbah cair tiap hari dihasilkan oleh manusia, sehingga manusia tak
dapat lari dari limbah. Limbah cair tidak hanya dihasilkan dari kegiatan-kegiatan
skala besar seperti oleh industri, tetapi juga oleh kegiatan sehari-hari, seperti makan,
minum, dan mencuci.( Sunarsih, L. E., 2018).
Bahan organik di perairan secara umum dapat ditinjau dari tingginya nilai
BOD,COD, dan TOM. TOM menggambarkan kandungan bahan organik total yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid di suatu perairan.
Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang
sukar didegradasi secara biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Berkurangnya bahan organik hasil oksidasi COD secara tidak langsung
mengindikasikan jumlah atau kadar konsentrasi bahan organik yang terkandung
dalam perairan. (Effendi, H., 2003).
2
Dengan demikian maka perlu dilakukan suatu kajian mengenai konsentrasi COD
pada limbah cair domestik yang dihasilkan sebelum dibuang ke lingkungan agar
limbah yang dihasilkan tidak mencemari perairan, dan tidak merusak ekosistem
perairan di lingkungan tersebut.
1.2 Permasalahan
1. Berapa besar kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah cair
domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN?
2. Apakah kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah cair
domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN sudah memenuhi standart baku mutu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah
cair domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN.
2. Untuk mengetahui kadar COD yang terkandung dari beberapa sampel limbah
cair domestik yang terdapat di PT. SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM
MEDAN sudah memenuhi standart baku mutu atau tidak.
3. Untuk mengetahui standart baku pada limbah cair domestik yang ditetapkan
oleh Menteri Lingkungan Hidup.
3
1.4 Manfaat
Sebagai informasi bagi pembaca, agar mengetahui kadar COD yang terkandung
dari beberapa sampel limbah domestik cair yang terdapat di PT. SHAFERA
ENVIRO LABORATORIUM MEDAN, sudah memenuhi standart batu mutu atau
tidak.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya (Berdasarkan keputusan
Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang Prosedur Impor Limbah).
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering
dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal
dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
Limbah padat dapat menimbulkan bau busuk dan menjadi wadah pertumbuhan
serangga yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
5
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu
larut dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh
limbah cair ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair industri, dan
lain-lain. Limbah cair dapat merusak ekosistem perairan dan dapat menimbukan
bakteri-bakteri pathogen .
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam
bentuk asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah
gas adalah buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri. Limbah gas
dapat mengganggu kesehatan saluran pernapasan manusia, merusak lapisan ozon.
Untuk menghindari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh limbah maka limbah
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau ke badan air .
1. Bau busuk
2. Sumber air yang berada didekat pembuangan limbah menjadi berbau busuk dan
tidak dapat difungsikan lagi karena dapat menyebabkan gatal-gatal.
3. Limbah padat, menjadi sampah yang menggunung, berbau busuk, menyebabkan
mual-mual dan mengganggu kesehatan melalui lalat atau serangga lainnya.
(Suprapti, M. L., 2005).
6
1. Parameter kimia, meliputi CO2, pH, alkalinitas fosfor, dan logam-logam berat,
COD ( Chemical Oxygen Demand ) serta minyak dan lemak.
2. Parameter biokimia, meliputi BOD ( Biochemical Oxygen Demand)
3. Parameter fisik, meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, TSS,TDS,
serta radiaktivitas
4. Parameter biologi, meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya bakteri,
virus, benthos dan plankton. (Sunarsih, L. E., 2018)
Limbah cair domestik merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan- bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan ataupun air hujan. ( Soeparman dan Suparmin, H. M., 2011).
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur,
densitas, warna, konduktivitas, dan turbudity.
7
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada
suhu 103-1050C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri,
erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh
dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses
pengolahan.
b. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah.
c. Temperatur
d. Density
e. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, wara limbah berubah dari yang abu-abu menjadi
kehitaman.
f. Kekeruhan
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu
bahan organik, anorganik, dan gas.
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N yang menjadi
karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak, dan minyak, surfaktan,
pestisida, fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri
kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air
limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat
(Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat, dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa
nitrogen (amoniak, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang ( sulfat
dan hidrogen sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3)
dan karbondioksida (Eddy., 2008)
3. Karakteristik Biologi
a. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan
jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya:
Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair, antara
lain mmencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan dan
minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet, dan
sebagainya. Semakin banyak jenis aktivitas dilakukan, semakin besar volume limbah
cair yang dihasilkan.
b. Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut air
larian. Air larian yang jumlahnya berlebih sebagai akibat dari hujan yang turun
dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat menyebabklan terjadinya
banjir. Atas dasar itu air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam
perencanaan sistem limbah cair, agar dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan
akibat air hujan, baik bagi lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat.
(Sugiharto.,1994)
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, COD, partikel
tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan
pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang
tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
11
1. Pengolahan Fisika
2. Pengolahan Kimia
Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanyan digunakan untuk netralisasi limbah
asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur asam maupun basa,
memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak,
meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan
racun.Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani
hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yan beracun atau
toksik, dan tidak tergantung pada perubahan-perubahan konsentrasi. Namun,
pengolahan kimia dapat meningktakan jumlah garam pada effluent dan
meningkatkan jumlah lumpur.
3. Pengolahan biologis
Dalam proses pengolahan air limbah secara biologi, diharapkan terjadi proses
penguraian secara alami untuk membersihkan air sebelum dibuang. Perbedaan
mendasar antara proses alami dan artifisial adalah dalam hal intesitas proses.
Dibandingkan dengan proses alami, proses biologi biasanyan berlangsung lebih cepat
dan membutuhkan tempat yang lebih sedikit. Hal ini merupakan keuntungan utama
12
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah cair domestik adalah sebagai
berikut:
Gangguan kenyamanan dan estetika berupa warna, bau, dan rasa. Kerusakan
benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut seperti korosif atau karat, air
berlumpur, menyebabkan menurunnya kualitas tempat-tempat rekreasi dan
perumahan akibat bau serta eutrofikasi ( Eddy.,2008).
13
Dalam hal ini sampel limbah akan dioksidasi oleh kalium bikromat ( K 2Cr2O7)
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan
buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini :
(1)
Sebelum oksidasi (warna kuning) Setelah oksidasi (Warna hijau)
Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat
sesuai dengan reaksi berikut ini :
(2)
(3)
14
Dengan adanyan ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil
dan tidak mengganggu oksidasi zat organik dalam tes COD. Untuk memastikan
bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam
larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai.
Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat
(FAS), dimana reaksi yang berlangsung sebagai berikut :
(4)
Indikator feroin digunakan untuk mentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna
hijau-biru berubah menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik
yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Alaerts, G., 1987).
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari
pada uji BOD. Hal ini dikarenkan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi
biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai
contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi
melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. ( Fardiaz, S.,
1992).
Warna larutan air sampel yang mengandung bahan buangan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan organik sebanding dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai
pada reaksi oksidasi. Jadi semakin banyak oksigen yang diperlukan, ini berarti
bahwa air di lingkungan tersebut makin banyak tercemar oleh bahan buangan
organik. (Wardhana, W. A., 1995).
15
2.4 Titrimetri
Untuk mengetahui kadar COD pada sampel maka akan dilakukan analisa
secara titrimetri. Titrasi adalah analisis kimia kuantitatif yang mengukur volume
yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikannya dengan suatu larutan yang
lain yang konsentrasinya telah diketahui, dapat dinyatakan dengan N (normalitas)
atau M (molaritas). Analisis titimetri ini berbasis pada pengukuran volume,
karena itu disebut juga dengan analisis volumemetri, yang merupakan jenis
analisis kuantitatif. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti
disebut larutan standart atau larutan baku atau titer, sedangkan volume larutan
yanga akan diukur disebut titran. Menentukan jumlah yang pasti dari suatu
larutan disebut menstandarkan larutan.
Salah satu analisis volumemetri adalah asidimetri dan alkalimetri yang berbasis
pada reaksi netralisasi. Dalam asidimetri yang digunakan sebagai larutan standar
adalah senyawa asam, sedangkan pada alkalimetri larutan standarnya adalah
basa.
16
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat
3.2.1 Bahan
- Keringkan Kristal K2Cr207 pada suhu 150oC selama 2 jam dalam oven
- Larutkan 4,903 g K2Cr207 yang telah dikeringkan ke dalam 500 mL air
aquadest bebas organik di dalam beaker glass
- Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO
- Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang
- Encerkan kedalam labu ukur sampai volume 1000 ml
3. Larutan indikator ferroin
- Larutkan 1,485 g 1,10-phenanthrolin monohidrat dan 695 mg
FeSO4.7H2O dalam air aquadest bebas organik kedalam beaker glass.
- Encerkan kedalam labu ukur sampai 100 mL.
3.2.3 Peralatan
1. Digestion vessel
2. Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block);
3. Mikroburet;
4. Labu ukur 100,0 mL dan 1000,0 mL;
5. Pipet volumetrik 5,0 mL; 10 mL dan 25,0 mL
6. Pipet ukur 5 mL; 10 mL dan 25 mL;
7. Erlenmeyer;
8. Gelas piala;
9. Magnetic stirrer, dan
10. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
19
1. Pipet volume contoh uji dan tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan
pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam
Tabel 3.3.1 berikut:
Tabel 3.3.1 Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam Digestion
vessel
Larutan
Digestion Total
Contoh uji pereaksi
Digestion vessel solution volume
(mL) asam sulfat
(mL) (mL)
(mL)
Tabung Kultur
16 x 100 mm 2,50 1,50 3,5 7,5
20 x 150 mm 5,00 3,00 7,0 15,0
25 x 150 mm 10,00 6,00 14,0 30,0
Standar
Ampul: 2,50 1,50 3,5 7,5
10 mL
6. Tambahkan indikator ferroin 0,05 mL atau 1-2 tetes dan aduk dengan pengaduk
magnetik sambil dititrasi dengan larutan baku FAS 0,05 m sampai terjadi
perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-kemerahan, catat
volume larutan FAS yang digunakan;
7. Lakukan langkah (1) sampai dengan (6) terhadap air bebas organik sebagai
blanko. Catat volume larutan FAS yang digunakan.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan analisa kadar CODpada sampel air limbah cair domestik secara
titrimetri yang mana sampel yang digunakan ialah sampel yang tersedia di PT.
SHAFERA ENVIRO LABORATORIUM Medan, diperoleh hasil data sebagai
berikut :
4.1.1 Hasil analisa COD pada sampel Limbah Cair Domestik secara Titrimetri
4.2 Perhitungan
Diketahui : V K2Cr2O7 = 2 ml
N K2Cr2O7 = 0,1 N
Standarisasi FAS
22
Kadar COD
Vsampel : 2,5 ml
Vsampel : 2,5 ml
23
Vsampel : 2,5 ml
24
4.3 Pembahasan
Hasil analisa kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah
cair domestik secara titrimetri diperoleh hasil yang bervariasi, yaitu pada sampel
limbah cair domestik dengan kode sampel I-043 kadar COD sebesar 38,55 mg/l;
pada kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; pada kode sampel I-045
kadar COD sebesar 134,93 mg/l.
Tinggi nya kadar COD pada limbah disebabkan banyak nya zat-zat organik
dan anorganik yang terkandung pada limbah. Dengan demikian maka dapat
dinyatakan bahwa tinggi nya kadar COD pada limbah sebanding dengan banyaknya
zat pencemar yang terdapat pada limbah tersebut.
Semakin tinggi kadar COD maka semakin besar potensi bahaya yang dapat
ditimbulkan limbah tersebut. Karena tinggi nya kadar COD pada limbah dapat
merusak ekosistem pada perairan sekitar, menimbulkan bau busuk yang menyegat,
serta dapat menghasilkan bakteri-bakteri pathogen yang dapat mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar.
25
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada sampel limbah cair
domestik secara titrimetri yang terdapat pada PT. SHAFERA ENVIRO
LABORATORIUM diperoleh hasil yang bervariasi, yaitu pada sampel limbah
cair domestik dengan kode sampel I-043 kadar COD sebesar 38,55 mg/l; pada
kode sampel I-044 kadar COD sebesar 15,42 mg/l; pada kode sampel I-045 kadar
COD sebesar 134,93 mg/l.
3. Standart Baku Mutu pada limbah cair domestik yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup adalah PERMEN LH No.
P68/MENLHK/LETJEN/KUM/B.016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, U., 2006. Kinerja sistem lumpur aktif pada pengolahan limbah
Aji, S. A., 2018. Studi Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
Eddy. 2008. Karakteristik limbah cair. Jurnal ilmiah teknik lingkungan , vol 2. No 2,
p. 20
Pranata, W., 2012. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air
Suparmin dan Soeparman, H. M., 2011. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair.
Jakarta:
Pranata, W., 2012. Bod dan Cod sebagai parameter pencemaran air dan baku mutu
air Limbah. Malang: UB press
27
Waluyo, L. 2010. Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi. Malang: UMM
Press