Anda di halaman 1dari 5

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BOBOT JENIS, KADAR SARI LARUT

ETANOL DAN LARUT AIR, KADAR AIR DAN SUSUT PENGERINGAN

A. HASIL PENGAMATAN
1) Bobot jenis
No Penimbangan 1 2
a Piknometer kosong 13,61 13,63
b Piknometer + air 25,41 25,42
c Piknometer + ekstrak 24,17 24,16
𝑐−𝑎
Bobot jenis = 𝑏−𝑎
24,17−13,61
1. Bobot jenis = 25,41−13,61
10,56
= 11,8
= 0, 894 gram
24,16−13,63
2. Bobot jenis = 25,42−13,63
10,53
= 11,79
= 0, 893 gram
2) Kadar air
No Penimbangan Hasil
1 Bobot ekstrak kental 0,5 gram
2 Volume air yang terbaca 0,2 ml dan 0,3 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎
Kadar air = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
0,2
1. Kadar air = x 100%
0,5
= 40%
0,3
2. Kadar air = x 100%
0,5
= 60%
3) Kadar sari larut air
No Penimbangan Hasil
1 Cawan uap kosong 35,29 gram
2 Cawan uap + ekstrak 35,31 gram
1. Masa ekstrak larut air = (cawan uap + ekstrak) - (cawan uap kosong)
= 35,31 – 35,29
= 0,02 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
2. Kadar sari larut air = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
0,02
= x 100%
0,5
= 4%
4) Kadar sari larut etanol
No Penimbangan Hasil
1 Masa cawan uap kosong (A) 53,87 gram
2 Masa cawan uap + ekstrak (B) 54,03 gram
1. Masa ekstrak larut etanol = B – A
= 54,03 – 53,87
= 0,16 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
2. Kadar sari larut etanol = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑖𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
0,16
= x 100%
0,5
= 0,32%
5) Susut pengeringan
1. Botol timbang 1 + simplisia
No Penimbangan Hasil
1 Sebelum pemanasan 34,20 gram
2 Setelah pemanasan 34,18 gram
% sp = (bobot sebelum pemanasan – sesudah pemansan) x 100%
= (34,20 – 34,18) x 100%
= 0,02 x 100%
= 2%
2. Botol timbang 1 + simplisia
No Penimbangan Hasil
1 Sebelum pemanasan 40,40 gram
2 Setelah pemanasan 40,37 gram
% sp = (bobot sebelum pemanasan – sesudah pemansan) x 100%
= (40,40– 40,37) x 100%
= 0,03 x 100%
= 3%

B. PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu karakteristik pada ekstrak ubi jalar
ungu orange (ipomoea batatas) mengenai bobot jenis, kadar air, kadar sari larut
air,kadar sari larut etanol dan susut pengeringan pada ekstrak.
1. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan relatif massa jenis sebuah zat dengan massa
jenis murni. Tujuan dari penentuan parameter bobot jenis adalah untuk memberikan
batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan parameter
khusus esktrak cair dan esktrak kental yang masih dapat dituang. Nilai atau rentang
yang diperoleh terkait dengan kemurnian dan homogenitas dari suatu ekstrak.
Dalam bidang farmasi, bobot jenis suatu zat atau cairan digunakan untuk uji
identitas kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bantuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan datau daya larut suatu zat.
Pada percobaan kali ini di gunakan piknometer untuk menacari bobot jenis,
untuk melakukan percobaan piknometer dibersihkan dengan menggunakan
aquadest, kemudian di keringkan dan ditimbang pada timbangan analitik dalam
keadaan kosong, kemudian piknometer diisi mulai dari aquadest dan ekstrak agar
terdapat perbandingan, proses pemindahan piknomeetr harus dengan menggunakan
tissue, pada percobaan ini dilakukan dua kali pengulangan dan adapun hasil yang
di dapatkan untuk bobot jenis 1 = 0,894 gram dan bobot jenis 2 = 0,983 gram
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat diantaranya :
 Suhu
Pada suhu tinggi, senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap
sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya. Pada suhu yang rendah dapat
menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa akan
stabil yaitu pada suhu 250c (suhu kamar)
 Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar, maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi besar.
 Volume zat
Jika volume zat besar, maka bobot jenisnya akan berperngaruh tergantung
dari massa zat, ukuran partikel zat, bobot molekul serta kekentalan dari
suatu zat yang dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
 Kekentalan zat
Kekentalan atau viskositas zat juga dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
2. Kadar air
Penetapan kadar air dalam suatu simplisia harus di perhatikan karena
kandungan air yang tinggi akan menginisiasi pertubuhan mikroba, jamur, reaksi
pembusukan serta reaksi enzimatik yang pada akhirnya diikuti reaksi hidrolisis
terhadap senyawa kimia dalam simplisia yang kemungkinan bisa berakibat toksik.
Oleh karena itu simplisia perlu distandardisasi salah satunya dengan penetapan
kadar air yang bertujuan untuk mengukur kadar air dalam simplisia sehingga dapat
terjamin keamanan, kualitas dan khasiat simplisia yang diperoleh. selain itu
penetapan kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kadar kadar air dalam suatu
simplisia, dimana simplisia yang baik mengandung kadar air tidak lebih dari 10%,
adapun hasil pada praktikum ini dilakukan dua kali pengulangan dan untuk hasil 1
sebanyak 40% dan hasil yang kedua sebanyak 60% yang menandakan ekstrak
tersebut tidak memenuhi persyaratan, dari pengamatan tersebut dapat terjadi
beberapa kesalahan salah satunya adalah eluen yang langsung dijenuhkan dalam
labu alas bulat yang memungkinkan akan bersatu dengan air sehingga volume air
yang teratur menjadi bias dan mempengaruhi terhadap hasil perhitungan.
Metode dari percobaan ini yaitu penggabungan dua buah pelarut yang memiliki
titik didih serta kepolaran yang berbeda dengan air, dimana pada saat proses
destilasi kedua pelarut akan menguap pada suhu yang sama yaitu diatas/dibawah
titik didih kedua pelarut tersebut yang disebut titik azeatrop, oleh karena itu syarat
pelarut pada azeotrop yaitu :
 Memiliki titik didih yang berbeda dengan air
 Memiliki berat jenis yang berbeda dengan air memiliki kepolaran yang
berbeda dengan air
3. Kadar sari larut air
Untuk penetapan kadar sari larut air ekstrak dimasukan ke dalam 100ml air yang
telah dijenuhkan dengan klorofom, penjenuhan tersebut bertujuan agar pelarut tidak
menarik senyawa yang lain, ekstrak dan pelarut dikocok sekali-kali selama 6 jam
pertama, hal ini bertujuan untuk mempercepat tingkat kelarutan sehingga kadar
yang tersari dalam pelarut semakin banyak, kemudian hasil dari penyarian selama
24 jam diambil 20ml filtrat yang sebelumnya telah disaring, filtrat yang didapatkan
kemudian diuapkan dalam penangas setelah itu dilakukan pengovenan dalam suhu
105oc sampai ekstrak yang tersari kering dan ditimbang. Pada pengujian ini
dilakukan satu kali pengujian, adapun hasil yang di dapatkan adalah 0,02 gram
4. Kadar sari larut etanol
Pada penetapan kadar sari larut etanol prosedur yang dilakukan sama dengan
penetapan kadar sari larut air, namun pelarut yang digunakan adalah etanol 95%,
penjenuhan dengan klorofom tidak diperlukan karena etanol sudah merupakan
pelarut organik universal yang dapat menyari secara baik senyawa dalam ekstrak,
pada proses penyarian terdapat perbedaan signifikan antara pembentukan filtrat sari
air dan etanol, ekstrak lebih cepat terlarut dalam etanol dan filtrat lebih cepat
terbentuk, adapun hasil pada percobaan kali ini dilakukan dua hasil pengujian untuk
hasil 1 yaitu pengujian masa ekstrak larut etanol adalah 0,16 gram dan yang ke 2
pengujian kadar sari larut etanol adalah 0,32 % , berdasarkan materica medica kadar
sari larut air ekstrak standarnya tidak lebih dari 18,00 dan standar untuk kadar sari
larut etanol tidak lebih dari 6,30
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menenentukan jumlah senyawa
aktif yang terekstrasi dalam pelarut dari sejumlah simplisia, penentuan kadar sari
juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi sehingga dapat terlihat pelarut
yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu, prinsip dari ekstraksi di
dasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling campur.
5. Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang hilang pada pada saat
peroses pengeringan, pemanasan, penentuan susut pengeringan ini tidak
menggambarkan air yang hilang tetapi juga senyawa menguap lainnya, pengukuran
sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada temperature 105oc, air akan menguap
dan senyawa-senyawa yang memiliki titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut
menguap juga. Susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai persen terhadap bobot
awal, hasil percobaan ini didiapat % susut pengeringan dari dua kali percobaan,
pada percobaan 1 adalah 2% dan percobaan 2 adalah 3%, menurut standar hasil
MMI yaitu maksimal nilai persen susut pengeringan adalah kurang dari atau sama
dengan 10%
C. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ekstrak umbi jalar ungu orange pada
kadar air tidak memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 10% (50%), pada kadar sari larut
dalam air dan etanol serta susut pengeringan hasilnya memenuhi persyaratan, dan bobot
jenis hasilnya yaitu 0,894gram dan 0,893gram yang hasilnya memenuhi standar
persyaratan
D. DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, Slamet, H. Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
Syarief, R dan Halid Hariyadi. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan.

Anda mungkin juga menyukai