Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS I

“Analisis Kualitatif Senyawa Alkaloid dan Golongan Anastetik Lokal”

Disusun Oleh :

Cindy Delfiana Tanod 31117007

JURUSAN FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
2019/2020
No. Praktikum :3

Hari / Tanggal : Senin, 23 September 2019

No. Sampel : 8 dan 302

A. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis preparasi sampel zat organik dalam sediaan farmasi
2. Menganalisis dan mengidentifikasi zat organik dalam sediaan farmasi

B. Tinjauan Pustaka

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan


di alam.Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar
luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi, meskipun demikian sekarang
telah tercatat di temukan pula di jamur(ergot alkaloid), di hewan musk deer
(muscopyridin),di bakteri p.aeruginosa dan beberapa produksintesis. Pengertian
lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa
ataualkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam
molekul senyawatersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan
dalam dosis kecil dapatmemberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Sebagai contoh, morfina
sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi se
bagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai
stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu
ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Ni
trogen)nya terdapatdi dalam rantai lurus atau alifatis.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung
atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen
dalam ilmu kimia analisis dinamakan senyawa dengan gugus C, H O dan N.
Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari
tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme
dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein.
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama,
penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek
fisiologis.

Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat dan
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai
sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf.

Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang


biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian
dari cincin heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas
perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain
yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya pirimidin dan asam
nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan sebagai alkaloid.

Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama


dinyatakan dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein,
nikotin. Sistem klasifikasi alkaloid yang banyak diterima adalah pembagian
alkaloid menjadi 3 golongan yaitu alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan
pseudoalkaloid. Suatu cara mengklasifikasikan alkaloid adalah cara yang
didasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari
struktur molekul. Jenisnya yaitu pirolidin, piperidin, kuinolin, isokuinolin, indol,
piridin dan sebagainya.

Garam alkaloid berbeda sifatnya dengan alkaloid bebas. Alkaloid bebas


biasanya tidak larut dalam air (beberapa dari golongan pseudo dan protoalkaloid
larut), tetapi mudah larut dalam pelarut organik agak polar (seperti benzena, eter,
kloroform). Dalam bentuk garamnya, alkaloid mudah larut dalam pelarut
organik polar.

Klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen


di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis)
dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan asal mulanya (biogenesis)
dan hubungannya dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

1. True alkaloid

Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan


fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin
heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk
di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada beberapa
alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan
termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari
alkaloid ini adalah koridin dan serotonin.

2. Proto alkaloid

Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang


sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam
cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam amino dan basa,
istilahbiologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari
alkaloid ini adalah meskalina dan efedrina.

3. Pseudo alkaloid

Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino
dan umumnya bersifat basa.
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk
pada golongan ini adalah :

1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk


dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.

2. Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun
sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa
belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata,
berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura
dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari
Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)

3. Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini


adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic
terhadap Plasmodium vivax

4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan


pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum,
Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid
ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid
vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang
sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan
Hodgkin‟s.

6. Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan


pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

7. Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada


Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).

8. Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae,
Zigadenus venenosus.

9. Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan


tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam
amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra
sinica(famGnetaceae)

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada


kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili
Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari
famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu
atom karbon pada rantai samping.

1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu
atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora
williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana,
Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.

2. Alkaloid Capsaicin

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum


baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.
C. Prosedur Kerja

a) Uji Pendahuluan
- Bentuk
- Rasa
- Bau
b) Reaksi Umum untuk alkaloid

+ HCl e +
Zat/Sampel reagen Mayer
Endapan Putih

+ HCl e +
Zat/Sampel reagen Endapan
Bouchardat
c) Identifikasi Alkaloid

Ungu Merah =
Reaksi Mureksid
Xantin

warna- warna =
FeCl3
Pirazolon

Gas merah-coklat =
HNO3 pekat Paracetamol
(golongan Anilin
Sampel

Hijau = Golongan
Telleokuin
Kinin

Biru kehijauan =
FeCl3 Morfin (golongan
opium)
Ungu Muda =
Atropin
KMnO4 + H2SO4
(golonganSolanace
ae
Positif = Strichnin
Nitrat
Nitrat

d) Golongan Anastetik Lokal

DAB-HCl = Kuning
Anastetin
jingga
Sampel

DAB-HCl = Jingga-
Procain HCl
kemerahan

Reaksi Carletti =
Lidocain
Ungu / merah coklat
D. Hasil Pengamatan
Sampel No. 08
No. Cara Kerja Hasil Prediksi
1. Organoleptis
Bentuk Serbuk
Warna Putih

2. Identifikasi Senyawa
Alkaloid Merah Bata
HCl e + Dragendorf
3. Gol. Pirazolon
FeCl3 + sampel Biru Piramidon
4. Uji Penegasan
FeCl3 + sampel Lama lama rosa Piramidon

Sampel No. 302


No. Cara Kerja Hasil Prediksi
1. Organoleptis
Bentuk Serbuk
Warna Putih

2. Identifikasi Senyawa
Alkaloid Merah Bata
HCl + Drafendorf
3. Uji gol. Xantin Merah Ungu Aminophylin
4. Uji Penegasan
Sampel + Parry Negatif (-) Aminophylin
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini tentang analisis Kualitatif Senyawa
talkaloid dan golongan anastetik lokal. Pada percobaan pertama yaitu
dilakukan uji pendahuluan berupa organoleptis pada sampel nomor 8
berupa bentuk, warna, rasa, bau dan kelarutan. Pada sampel nomor 8
berbentuk serbuk, berwarna putih, berbau khas. Kemudian, dilakukan
identifikasi senyawa alkaloid sampel ditambahkan pereaksi mayer
menghasilkan endapan putih yang berarti sampel ini termasuk kedalam
golongan alkaloid.. Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan bereaksi
dengan pereaksi mayer karena dalam senyawa alkaloid terdapat gugus
nitrogen yang masih memiliki satu pasangan electron bebas yang
menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik. Akibatnya senyawa
alkaloid mampu mengikat ion logam berat yang bermuatan positive dan
membentuk senyawa kompleks tertentu yang berwarna. Setelah itu
dilakukan percobaan untuk menentukan apakah sampel ini termasuk
golongan xantin atau pirazolon dengan mencampurkan sampel dengan
besi (II) klorida menghasilkan warna biru dugaan sementara yaitu sampel
nomor 8 ini merupakan piramidon, setelah itu dilakukan uji penegasan
dengan menambahkan lagi besi (III) klorida menghasilkan warna lama
kelamaan merah rosa.

. Pada sampel nomor 302 dilakukan uji pendahuluan berupa uji

organoleptik berupa bentuk, warna, rasa, bau dan kelarutan. Setelah itu
dilakukan uji identifikasi senyawa alkaloid ditambahkan pereaksi mayer
menghasilkan endapan putih yang berarti sampel ini termasuk kedalam
golongan alkaloid.. Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan bereaksi
dengan pereaksi mayer karena dalam senyawa alkaloid terdapat gugus
nitrogen yang masih memiliki satu pasangan electron bebas yang
menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik. Akibatnya senyawa
alkaloid mampu mengikat ion logam berat yang bermuatan positive dan
membentuk senyawa kompleks tertentu yang berwarna. Lalu dilakikan
identifikasi apakah sampel mengandung golongan xantin atau pirazolon
dengan cara diesktraksi. Setelah itu sampel ditambahkan dengan reaksi
mureksid menghasilkan warna merah ungu yang menandakan sampel
mengandung golongan xantin diduga sampel mengandung coffein,
teobromin, aminofilin atau diuretin. Lalu, dilakukan uji penegasan pada
sampel ditambahkan pereaksi parry yang menghasilkan negatif (-) yang
diduga merupakan aminofilin.

F. Kesimpulan
Sampel 8 diduga adalah piramidon yang seharusnya merupakan
antalgin. Sampel 302 diduga adalah aminofilin yang seharusnya
merupakan fenilbutazon.

G. Daftar Pustaka

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia


Organik. Jakarta: Bina Aksara.

Ghalib, Ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai