Dosen Pengampu:
apt. Ani Haerani, S.Farm., M.Farm
Disusun oleh :
Fatimah A. Zahra 7119020
2
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa
atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Alkaloid biasanya diturunkan dari asam amino serta
banyak alkaloid yang bersifat racun. Alkaloid juga banyak ditemukan untuk
pengobatan. Hampir semua alkaloid memiliki rasa yang pahit. Sebagian besar
alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan terutama angiosperm, lebih dari
20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008)
2. Klasifikasi Alkaloid
3
Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline,
arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine,
sparteine, pelletierine.
Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium(papaverine,
narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine,
berbamine, oxyacanthine.
Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina,
dihidrokuinidina, strychnine, brucine, veratrine, cevadine.
2) Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.
3) Berdasarkan asal-usul biogenetic.
Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama
yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4 –dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
4) Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer,
dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a. Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa
tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa
kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap
aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat
bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener
yang bersifat agak asam dari pada bersifat basa.
4
b. Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana
nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik.
Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk
kelompok ini.
c. Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa
ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam
kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.
3. Sifat-sifat Alkaloid
Beberapa sifat umum dari alkaloid yaitu :
1) Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino dan
golongan heterogen.
2) Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf
3) Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4) Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau
dalam bentuk garamnya.
5) Umumnya mempunyai rasa yang pahit, sering beracun.
6) Bersifat optis aktif dan berupa sistim siklik
7) Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative nonpolar.
8) Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air
A. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom
N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang
semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur
5
molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah
diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu
atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk
amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang
kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna
kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas
alkaloid hanya larut dalam pelarut organik,meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan
alkaloid quartener sangat larut dalam air.
B. Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai
contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada
dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik
elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat
netralatau bahkan sedikit asam.
Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid
menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid
selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan
jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan
garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam
6
hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya
dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
4. Identifikasi Alkaloid
1) Berdasarkan sifat spesifik.Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi
Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan yang larut dalam alkohol
berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam
dalam alcohol berlebih.
2) Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / PengocokanAlkaloid sebagai
basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air.
Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter
dan kloroform. Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14. Sebelum
pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan natrium
hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium karbonat dan
kalsium hidroksida.
3) Reaksi Gugus Fungsionila.
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan
na.nitroprussida = biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin. Hasil
lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin
dan Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi
formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
7
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam
HCl pekat, dipanaskan diatas tangas air =merah-ungu.
Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin,
Dionin, dan Parakonidin.
d. Gugus Formilen
Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1%
dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan = merah.
Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat,
dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.
Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,
Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau
ester.
Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain,
Beta eukain, dan lain-lain.
4) Pereaksi untuk analisa lainnya
a. Iodium-asam hidroklorida
Merupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan
untuk pereaksi penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi
Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan noda ungu-
biru sampai coklat merah.
b. Iodoplatinat
Pereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot
pada lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai
noda ungu sampai biru-kelabu.
c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)
Merupakan pereaksi pengendap untuk alkaloid.
8
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Riska Aksara, Weny J.A. Musa, La Alio. 2012. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari
Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L). Universitas
Negeri Gorontalo : Gorontalo
Simbala, Herny E.I.2009. Analisis Senyawa Alkaloid beberapa Jenis Tumbuhan Obat
sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka.http://moko31.files.word
press.com/2011/05/gandarusa-22.pdf.
Anonym, http://www.membuatblog.web.id/2010/03/senyawa-alkaloid.html
Ratna Susilaningsih. Isolasi, Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa Alkaloid Fraksi
Etil Asetat Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga). Universitas
Diponegoro, Semarang
Anjelisa, Z.P., Hasibuan & Nainggolan A. (2007), Penentuan Sifat Kimia Fisika
Senyawa Alkaloids Hasil Isolasi dari Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides Linn).
10