Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI ALKALOID

DOSEN PEMBIMBING :
HAYATI

DISUSUN OLEH :
Muhammad alkhalidi
1404015413
KELAS : A2

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. HAMKA
JAKARTA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Definisi Alkaloida

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N ( Nitrogen ) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis , dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan .
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang mengandung unsur nitrogen
(N), yang biasanya pada cincin heterosiklik dan bersifat basa. Senyawa alkaloid
kebanyakan berbentuk padatan dan berwarna putih, tetapi ada juga yang berupa cairan
seperti nikotin (Hanani 2015)

B. Sifat Alkaloid

Banyak alkaloid memang bersifat alkali (basa) karena memiliki gugus


fungsional amin primer, sekunder dan tersier. Sifat inilah yang membantu ekstraksi
dan pemurnian dari alkaloid itu sendiri. Beberapa alkaloid memiliki bentuk garam
amin kuartener sehingga menjadikan kelompok ini lebih bersifat netral (tidak basa
maupun asam) (Heinrich et al. 2009).

Sifat Fisika dan Kimia

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan


titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi (Solomon,1983). Sedikit
alkaloid berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan koiinin berupa cairan
(Cordell,1981). Kebanyakan alkaloid tidak berwama, tetapi beberapa senyawa
yang kompleks, spesies aromatis berwarna contoh berberin berwarna kuning dan
betanin merah. Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut
organik, meskipun pseudo dan protoalkaloid larut dalam air. Kebanyakan alkaloid
bersifat basa. Sifat tersebut tergantung dari adanya pasangan elektron pada
nitrogen. (Harjono,1996).
SIFAT FISIKA ALKALOID

a. Umumnya berbentuk padat dan kristal.


 Ada yang menguap, misal nikotin dan coniin.
 Juga yang tidak menguap, misalnya pillokarpin dan hyosin.
 Selain itu juga bersifat cair, misalnya : coniine (Hemlock) dan nicotine (tembakau)
b. Umumnya tidak bewarna.
 Colchinin dan berberine :kuning
 sanguinarine : merah tembaga
 canadine : orange
c. kelarutan
Kelarutannya sangat bervariasi tergantung struktur
 Dalam bentuk basa bebas, sedikit larut dalam air, larut dalam pelarut organic
 Dalam bentuk garam larut dalam pelarut organic
Misal : Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.
Perkecualian :
-          Caffeine basa, terekstraksi oleh air
-          Colchicine larut dalam air,dalam suasana asam, netral dan basa
-          Quinine Sulfat kelarutan 1 bagian dalam 1000 bagian air
-          Quinine HCl kelarutan 1 bagian dalam < 1 bagian air
d. Optik aktif

SIFAT KIMIA ALKALOID


a. Kebanyakan mengandung atom O, kecuali coniine (Hemlock) dan nicotine
(tembakau) cair
b. Adanya kemampuan untuk membentuk garam
c. Stabililitas
Cahaya, oksigen, asam dan alkali mempengaruhi alkaloid. Alkaloid kurang stabil dalam
bentuk basah.

PENENTU SIFAT KEBASAAN ALKALOID


Kebasaan alkaloid tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.
Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,
sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan
senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional
yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid
dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung
gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

C. Klasifikasi
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer Dimana
alkaloida dikelompokkan atas :
a. Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa kecuali bersifat basa.
Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari
asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin
dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin
heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada
bersifat basa. Contoh: Atrophine, Nicotine, Morphine
b. Protoalkaloida
Merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh
berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian
amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh: Ephedrine,
mescaline, adrenaline
c. Pseudoalkaloida
Alkaloid jenis ini mengandung cincin heterosiklik yang
mengandung atom nitrogen, namun bukan merupakan turunan dari asam
amino. Tidak diturunkan dari precursor asam amino, Senyawa ini biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini
yaitu alkaloida steroidal dan purin. Contoh: Caffeine, theobromine,
theophylline
Penggolongan alkaloid :
1) Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
Nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal
tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
a. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N. Contohnya
Lunpinus luteus (Fam. Leguminoceae)
b. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka
steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Contohnya Zigadenus
venenosus (Fam. Solananceae)
c. Golongan Piridina
Pyridine adalah turunan dari aromatik heterocyclic, senyawa
organik dengan rumus kimi C5H5N digunakan sebagai pelopor ke
Agrokimia dan obat - obatan, dan juga penting sebagai larutan dan reagen.
Hal ini terkait dengan struktur benzena dimana CH diganti dengan atom
nitrogen. Contohnya: Piperine, conine, trigonelline, arccolinc, arecaidinc,
guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.

d. Golongan Purin
Purin adalah inti heterosiklik yang mengandung 6 cincin pirimidin
yang bergabung dengan 5 cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam,
tetapi derivatnya signifikan secara biologis. Alkaloid purin merupakan
turunan dari metabolit sekunder dan turunannya berupa santin.
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Alkaloid purin ini
memiliki susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang
tergabung dengan imidazole.Tiga contoh yang paling dikenal antara lain
kafein (1,3,7-trimetilsantin), teofilin (1,3- dimetilasantin) dan teobromin
(3,7-dimetilsantin).

e. Golongan Pyrrolidine
Pyrrolidine, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N. Merupakan senyawa amina
siklik dengan cincin beranggora lima yang terdiri dari empat atom karbon
dan satu atom nitrogen. Berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap
seperti amonia. Pyrrolidine ditemukan secara alami pada daun tembakau
dan wortel. Struktur cincin pyrolidina dapat ditemukan pada banyak
alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Dapat ditemukan pada banyak
obat - obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Juga menjadi dasar
senyawa rasetam (misalnya pirasctam dan anirasetam). Contohnya:
Hygrine, cuscohygrine nikotina.
f. Golongan Isokuinalina
Contohnya: Alkaloid Opium (papaverine, narcotine, narceine),
sanguinarine, hydrastinc, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.

g. Golongan Kuinolina
Contohnya: Kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,
strychnine, br Licine, veralrinc, cevadine.

h. Golongan Tropane
Contohnya: atropine, kokaina, ccgonine, scopolamine, catuabine.
i. Golongan Indola
 Tryptamines: serotonin, DMT, 5-Me-DMT, bufotenine, psilocybin
 Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot): ergine, ergotamine,
lysergic acid
 Beta-carboline: harmine, harmalinc, letrahydroharminc.
 Yohimbans: reserpine, yohimbine.
 Alkaloid Vinca: vinblastinc, vincristine.
 Alkaloid Kratom (Mitragynuspeciosa): mitragynine,
7hydroxymitragynine.
 Alkaloid Tahernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine.
 Alkaloid Strychnos mex-vomica: strychnine, brucine
2) Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan
Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau. alkaloida
amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu: beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat
mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3) Berdasarkan asal - usul biogenetic


Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai
alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik.
Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari
beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida
dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu:
a) Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin
b) Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin
dan 3,4-dihidrofenilalanin.
c) Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

4) Farmakologi dari alkaloid (Siratit 2007):


a. Analgetik dan narkotik, contoh: morfin dan kodein
b. Stimulan Sistem Saraf Pusat (SSP), contoh: kafein dan strychnin
c. Midriatik, contoh: atropin dan physostigmin
d. Anti-asthmatik (bronkospasmolitik), contoh: efedrin,teofilin
e. Anti-hipertensi, contoh: reserpin
f. Relaksan otot polos, contoh: atropin dan papaverin
g. Paralisis otot skeleton, contoh: d-tubocurarin

D. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami sifat-sifat umum alkaloid dan mengetahui beberapa cara
penyariannya.
b. Mengidentifikasi bahan-bahan alam nabati yang mengandung alkaloid.

BAB II

PROSEDUR IDENTIFIKASI ALKALOID

A. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Apenjepit tabung reaksi
 Penangas air
 Pembakar spritus
 Tabung sublimasi.

B. Bahan
 Bahan simplisia (teh, kopi, lada, tembakau)
 Reagen Dragendorf
 Reagen Meyer
 Hager
 Bouchardat
 HCl 2N
 Eter P
 Asam pikrat
 Raksa (II) klorida

C. Prosedur Kerja
1) Ekstraksi alkaloid dari simplisia
a) Kurang lebih 500 mg serbuk simplisia, ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan
9 ml air, dipanaskan selama 2 menit, dinginkan disaring, pindahkan ke dalam
gelas arloji sebanyak 3 tetes dan reaksikan dengan Bouchardat LP atau Meyer
LP.
b) Jika pada percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk yang diperiksa tidak
mengandung alkaloid. Jika terjadi endapan, ada kemungkinan terdapat
alkaloid (dengan Bouchardat terjadi endapan coklat sampai hitam, dengan
Meyer LP terjadi endapan putih menggumpal yang larut dalam metanol) maka
percobaan dilanjutkan dengan mengocok sisa filtrat tersebut (di dalam corong
pisah) dengan 3 ml amonia pekat dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P
dan 1 bagian volume kloroform P (hati-hati jangan menggojok terlalu kuat,
bisa terjadi emulsi.
c) Lapisan pelarut organiknya dipisahkan (perhatikan jangan sampai keliru) dan
ditambahkan larutan natrium sulfat anhidrat saring. Filtrat diuapkan di
penangas air, sisa penguapan dilarutkan dengan sedikit asam klorida 2N. d)
Larutan percobaan diujikan dengan empat golongan reagen pengendapan.
Sampel dikatakan mengandung alkaloid, jika reaksi yang positif membentuk
endapan sekurang-kurangnya 2 reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang
dilakukan.

2) Identifikasi alkaloid dengan reaksi pengendapan


a) Golongan 1: larutan percobaan dengan alkaloid tertentu membentuk garam
yang tidak larut : 1 mL larutan percobaan ditambahkan 2-3 tetes asam
fosfomolibdat LP dan asam fosfowolframat LP.
b) Golongan 2: larutan percobaan dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa
kompleks yang bebas, kemudian membentuk endapan: 1 mL larutan
percobaan ditambahkan dengan 2-3 tetes Bouchardat LP, Wagner LP.
c) Golongan 3: larutan percobaan dengan alkaloid tertentu membentuk senyawa
adisi yang tidak larut: 1 mL larutan percobaan ditambahkan dengan 2-3 tetes
Meyer LP, Dragendorf LP, Marme LP
d) Golongan 4: larutan percobaan dengan alkaloid tertentu membentuk ikatan
asam organik: 1 mL larutan percobaan ditambahkan dengan 2-3 tetes Hager
LP.

3) Identifikasi alkaloid dengan reaksi warna


1 mL larutan percobaan ditambahkan 2-3 tetes larutan :
 Asam sulfat P : menghasilkan warna kuning atau merah
 Asam nitrat P : menghasilkan warna kuning atau merah
 Frohde LP : menghasilkan warna kuning kecoklatan
 Erdman LP. : menghasilkan warna merah muda

4) Percobaan mikrokimiawi
a) Nikotin
Serbuk daun Nicotiana tabacum di mikrosublimasi. Sublimat (hasil sublimasi)
yang berupa cairan kental ditetesi dengan asam pikrat LP dan diamati bentuk
kristalnya.
b) Piperin
Beberapa tetes sari kloroform dari serbuk Piper nigrum pada obyek glass
ditambah 1 tetes asam klorida pekat dan kristal cadmium sulfat, akan terjadi
kristal piperin cadmium sulfat.
c) Kofein
Sedikit serbuk di mikrosublimasi, hasil sublimasi dilarutkan dalam beberapa
tetes air (bila perlu dipanaskan supaya larut), kemudian ditetesi dengan larutan
HgCl2 LP, diamati bentuk kristalnya. Percobaan dilakukan terhadap daun teh
dan biji kopi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Reaksi pengendapan

Pereaksi
Sampel
Golongan 1 Golongan 2 Golongan 3 Golongan 4
Wagner LP : Meyer LP:
Endapan hitam Endapan putih Hager LP :
Daun teh -
Bouchardat: Dragendorf LP: Endapan kuning
Endapan hitam Endapan merah
Meyer LP:
Wagner LP :
Endapan putih
Endapan coklat Hager LP :
Biji kopi - kekuningan
Bouchardat: Endapan kuning
Dragendorf LP:
Endapan coklat
Endapan jingga
Wagner LP : Meyer LP:
Endapan hitam Endapan putih Hager LP :
Lada Hitam -
Bouchardat: Dragendorf LP: Endapan kuning
Endapan hitam Endapan merah
Wagner LP : Meyer LP:
Daun Endapan coklat Endapan putih Hager LP :
-
tembakau Bouchardat: Dragendorf LP: Endapan kuning
Endapan coklat Endapan merah

2. Identifikasi alkaloid dengan reaksi warna


 Lada hitam + H2SO4 (P) → (+) kuning

3. Percobaan mikrokimiawi
 Sari kloroform dari serbuk Lada hitam + asam klorida pekat dan kristal cadmium
sulfat → kristal piperin cadmium sulfat

B. Pembahasan
1) Ekstraksi alkaloid dari simplisia

Untuk membuktikan adanya kandungan senyawa alkaloid pada suatu spesies


tanaman, maka dilakukan uji identifikasi umum. Sampel yang digunakan adalah Daun
teh, Daun tembakau, biji kopi, dan lada hitam.

Tahap awal dilakukan penambahan HCI 2N dan air terhadap serbuk


simplisia serta pemanasan di atas penangas air bersuhu kurang lehih 100°C, sehingga
alkaloid berada dalam hentuk garamnya. Proses menghasilkan larutan berwarna coklat
kekuningan. Larutan hasil sebanyak 3 tetes kemudian diuji menggunakan dua reagen
yaitu Bouchardat LP dan Mayer L.P. Hasil penambahan Bouchardat LP sebanyak 2
tetes memberikan sinyal positif dengan memberikan reaksi berupa endapat berwarna
coklat kehitaman. Sedangkan penambahan Mayer LP juga memberikan sinyal positif
yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih kekuningan yang menggumpal.

Larutan sisa filtrat digojok dan dilakukan penambahan 3 ml ammonia P,


menghasilkan larutan herwarna coklat kemerahan. Penambahan amonia bertujuan
melepaskan ikatan alkakoid dengan asamnya sehingga alkaloid kembali berada dalam
kondisi bebas (Yanti, 2014). Larutan kemudian ditambahkan 5 ml kloroform.
Kloroform memniliki sifat semipolar sehingga dapat dengan baik melarutkan
alkaloid. Larutan bereaksi dengan menghasilkan dua fase larutan yang berheda. Fase
atas berwarna coklat kemerahan, sedangkan fase bawah merupakan larutan yang
jernih. Larutan kembali digojog dan menghasilkan larutan berwarna coklat secara
keseluruhan.

Setelah beberapa menit, larutan terbagi menjadi dalam dua fase. Fase atas
berwarna coklat dan fase bawah berupa larutan bening bergelembung coklat. Fase
yang bening diambil sebagai fase organik. Larutan kemudian dicampur dengan
natrium sulfat anhidrat untuk mengikat air yang masih terkandung pada larutan dan
diaduk rata, Hasil akhir menghasilkan larutan berwarna bening. Selanjutnya larutan
digunakan sehagai sampel untuk reaksi pengendapan dan reaksi wama.

2) Identifikasi alkaloid dengan reaksi pengendapan


Alkaloid merupakan golongan terbesar hasil positif ditunjukkan dengan
reagen Wagner membentuk endapan coklat atau hitam, dengan reagen Mayer
membentuk endapan bewarna putih atau kuning, dengan Dragendroff akan
menunjukkan endapan merah, Hager alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu
terbentuknya endapan kuning dan dengan reagen Bouchardat membentuk endapan
coklat atau hitam. (Depkes RI 1986)
 Daun teh
Pengujian alkaloid pada daun teh hasil positif ditunjukkan dengan reagen
Wagner membentuk endapan hitam, dengan reagen Mayer membentuk endapan
bewarna putih, dengan Dragendroff akan menunjukkan endapan merah, Hager
alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu terbentuknya endapan kuning dan
dengan reagen Bouchardat membentuk endapan hitam. (Jurnal Farmasi Udayana.
Wilantri, dkk. 20l8)

 Daun Tembakau
Pengujian alkaloid pada daun tembakau hasil positif ditunjukkan dengan
reagen Wagner membentuk endapan coklat, dengan reagen Mayer membentuk
endapan bewarna putih, dengan Dragendroff akan menunjukkan endapan merah,
Hager alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu terbentuknya endapan kuning
dan dengan reagen Bouchardat membentuk endapan coklat.(Jurnal Sains, Teknologi,
Farmasi dan Kesehatan. Barus, N. S., dkk. 20l8)
 Biji kopi
Pengujian alkaloid pada daun tembakau hasil positif ditunjukkan dengan
reagen Wagner membentuk endapan coklat, dengan reagen Mayer membentuk
endapan bewarna putih, dengan Dragendroff akan menunjukkan endapan merah,
Hager alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu terbentuknya endapan kuning
dan dengan reagen Bouchardat membentuk endapan coklat. (Jurnal ilmiah Farmasi.
Evi indah Wigati,dkk. 20l8)
 Lada Hitam
Pengujian alkaloid pada daun teh hasil positif ditunjukkan dengan reagen
Wagner membentuk endapan hitam, dengan reagen Mayer membentuk endapan
bewarna putih, dengan Dragendroff akan menunjukkan endapan merah, Hager
alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu terbentuknya endapan kuning dan
dengan reagen Bouchardat membentuk endapan hitam. (Jurnal Media Farmasi. Ni
Putu Ermi, dkk. 20l6)

Pada Golongan 2, hasil analisis pada sampel yaitu:


Dengan reagen Wagner membentuk endapan hitam. Perekasi Wagner terdiri
dari kalium iodida (KI) dan iodin (I2) (iodin dalam Kalium Iodida (KI)) sehingga
ketika iodine bereaksi dengan I- dari kalium iodide menghasilkan I3- yang berwarna
cokelat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat
dengan nitrogen pada alkaloid dan membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap (Harbone, l987)
Pada uji alkaloid dengan reagen Bouchardat Hasil positif alkaloid pada uji
Bouchardat ditandai dengan terjadi endapan coklat sampai hitam. Diperkirakan
endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Bouchardat, iodin
bereaksi dengan ion I dari kalium iodida menghasilkan ion I yang berwarna coklat.
Pada uji bouchardat, ion logam K akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap .

Pada golongan 3, hasil analisis pada sampel yaitu :


Dengan reagen Mayer (kalium merkuri iodida) membentuk endapan putih.
Pada uji alkaloid dengan Mayer akan terjadi reaksi antara nitrogen dengan ion kalium
sehingga membentuk kompleks kalium yang mengendap.
Pada hasil praktikum, hasil positif alkaloid ditunjukkan dengan adanya
endapan putih pada uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer (HgCl2+KI).
Warna larutan berubah dari bening menjadi keruh dan terbentuk endapan putih.
Diperkirakan bahwa endapan putih tersebut merupakan kompleks kalium-alkaloid.
Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan mercury(II) klorida ditambah kalium iodida
akan membentuk endapan merah mercury mercury(II) iodida. Jika kalium iodida yang
ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla,
1985).
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
ion logam (Sangi dkk., 2008) . Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap
Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi pengendapan yang terjadi
karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-pereaksi. (McMurry
2004).

Selain dengan reagen Mayer, dapat juga di uji dengan pereaksi Dragendroff
(kalium bismut iodida). Alkaloid yang terbentuk karena penambahan perekasi
Dragendroff akan menunjukkan endapan merah (Depkes RI 1986). Endapan tersebut
adalah kalium alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat
dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut
mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+), Agar ion Bi3+ tetap berada dalam
larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida
membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium
iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat (Svehla,1985).
Prinsip dari metode analisis ini adalah reaksi pengendapan yang terjadi
karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
bebas pada alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi-pereaksi
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam Untuk uji
pendahuluan kandungan alkaloid dilakukan dengan penambahan HCl 2N dalam
ekstrak etanol, bertujuan untuk menarik garam alkaloid yang berada dalam ekstrak
etanol sehingga garam alkaloid yang terbentuk dapat larut dalam air.
(Marliana,S.,2005)
Hasil analisis pada sampel yaitu Pada golongan 4 :
Dengan reagen Hager (larutan asam pikrat jenuh). Pada hasil pengujian
dengan menggunakan Hager alkaloid menunjukkan adanya hasil positif yaitu
terbentuknya endapan kuning. Sampel ini direaksikan dengan pereaksi Hager yang
berisi asam pikrat jenuh. Asam pikrat jenuh mengandung gugus H + disumbangkan ke
gugus NH pada struktur asam amino membentuk ikatan asam organik sehingga
terbentuk endapan kuning. (Soebiyanto,dkk.20l9)

3) Identifikasi alkaloid dengan reaksi warna

Reaksi warna dilakukan untuk mengidentifikasi suatu kandungan senyawa


dalam simplisia dengan penambahan beberapa larutan percobaan setelah itu
diperhatikan perubahan warna yang terjadi sebelum dan sesudah penambahan larutan
percobaan seperti asam sulfat P dan asam nitrat P serta Frohde LP dan Erdman LP
yang digunakan dalam identifikasi warna dari senyawa alkaloid. Tetapi dalam
praktikum yang telah dilaksanakan hanya digunakan asam sultat P. Lada hitam
apabila diteteskan dengan asam sulfat P akan heruhah menjadi warna cokelat muda
kekuningan. Perubahan warna tersebut menandakan adanya reaksi dari senyawa
alkaloid yang bersifat hasa dengan larutan asam sulfat yang bersifat asam.

(Depkes RI,1980)

4) Percobaan mikrokimiawi
Senyawa piperin yang terdapat pada serbuk lada hitam dimulai dengan
penyarian serbuk dengan menggunakan pelarut organik yaitu dengan kloroform.
Senyawa piperin termasuk golongan alkaloid sehingga lebih mudah larut dalam
pelarut organik, selanjutnya digojog untuk mempercepat larutnya piperin dalam zat
pelarut. Setelah penyarian selesai, hasil sari ditambahkan dengan asam sulfat P dan
kristal kadminium sulfat. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk membentuk
garam yang akan berikatan membentuk kristal kadminium sulfat dan penambahan
kristal kadminium sulfat untuk memperjelas bentuk kristal. Hasil pengamatan
diamati secara visual diperoleh kristal piperin kadminium sulfat terbentuk berwarna
putih. Jadi, pada uji piperin positif mengandung alkaloid karena membentuk kristal
piperin kadminium sulfat.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil praktikum menunjukkan bahwa Lada Hitam


mengandung alkaloid piperin. Pada Daun Teh dan Biji Kopi mengandung alkaloid
kaffein, dan pada Daun Tembakau mengandung alkaloid nikotin. Dari ketiga sampel
tersebut mengandung alkaloid dibuktikan oleh hasil Uji Pengendapan, Uji Pereaksi
Warna, dan Uji mikrokimiawi yang memberikan hasil yang positif.
Daftar pustaka

Barus, N. S., Sony,. Salman,. Mahmudi, Rita, S. 20l8. “Uji Toksisitas Subakut
Ekstrak Daun Tembakau (Nicotina Tabacum L.) Yang Difermentasi
Terhadap Gambaran Histologi Organ Vital Mencit (Mus Musculuc)”. Jurnal
Sains, Teknologi, Farmasi dan Kesehatan. Vol. 02 (2): 36-37
Cordell, A. 1981. Pengantar Alkloid Sebuah Pendekatan Biogenetik. New York: Jons
Wiley and Sons Incorporation
Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik, 2 & l0. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. jakarta: Buku Kedokteran EGC

Harborne, J.B. l987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Terj. Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Phytochemical
Methods. Bandung: ITB
Harjono, S. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Heinrich, M., et al. 2009. Farmakognosis dan Fitoterapi. Jakarta: EGC

Hikmawati, E. N. P., Hariyanti, Cahya, A. Vesya P. V. 20l6. “Kandungan Piperin


Dalam Ekstrak Buah Lada Hitam Dan Buah Lada Putih (Piper nigrum L.)
Yang Diekstraksi Dengan Variasi Konsenttrasi Etanol Menggunakan
Metode KLT-Densitometri”. Jurnal Media Farmasi. Vol. 3 (2): 174-176

Marliana, D.S., Venty S., dan Suyono. 2005. “Skrining Fitofarmaka dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule jacq. Swartz) dalam Ekstrak Etanol”. Jurnal Biofarmasi. 3(l): 29
McMurry, J. and R.C. Fay. 2004. McMurry Fay Chemistry. 4th edition. Belmont, CA.:
Pearson Education International
Sangi, M., dkk. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa
Utara. Chemistry Progress. L, 47-53
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
Soebiyanto, Dian, k., Dewi, S. 20l9. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Kelabang
(Scolopendra sp.) Terhadap Trichophyton rubrum. Jawa Tengah:
Universitas Setia Budi
Solomon. 1983. General Organic and Biological chemistry, McGraw-Hill, inc., USA
Svehla, G. 1985. Textbook Of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
Terj. Setiono L. dan Hadyana, A. Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Wigati, E. I., Esti, P., Trisni Fatwatun, N., Novi, F. U. 20l8. “Uji Karakteristik
Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Biji Kopi Robusta (Coffea canephora
Pierre) Dari Bogor, Bandung Dan Garut Dengan Metode DPPH (l,l-
diphenyl-2-picrylhydrazyl)”. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 8 (l): 6l-64
Wilantri, dkk. 20l8. “Isolasi Kafein Dengan Metode Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat
Serbuk Daun Teh Hitam (Camelia sinensis)”. Jurnal Farmasi Udayana,
Vol 7 (2), 59-60
Yanti, Mella. 2014. “Isolasi dan identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun
Sirsak Hutan (Annona glabra)”. Skripsi. Bogor: Departemen Kimia FMIPA
Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai