“ALKALOID”
DI SUSUN OLEH :
Pengertian senyawa alkaloid adalah senyawa yang dianggap bersifat basa dan
pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich. Alkaloid ditemukan dalam bentuk garam
yang larut dalam air seperti sitrat, malat, mekonat, tartrat, isobutirat, benzoat, atau
lainnya.
Penggolongan alkaloid meliputi alkaloid non-heterosiklik (seperti ephedrine,
taxol, cochicine, dan pachysandrine A) dan alkaloid heterosiklik (seperti pirol,
pirolidin, pirrolizin, dan purin).
1. Sifat fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N.
Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang
semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur
molekul dan gugus fungsionalnya) (Mukhriani, 2014). Kebanyakan alkaloid
yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas
alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo
alkaloid dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat
larut dalam air (Anonim, 2018).
2. Sifat kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh;
gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih
bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa
dietilamin lebih basa
daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan 54
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan
pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat
bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh; senyawa yang mengandung
gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat
mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan
adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi
alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan
jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida
atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya (Mukhriani,2014)
a. Aktivitas Farmakologis:
Efek Analgesik: Beberapa alkaloid memiliki sifat analgesik atau penghilang rasa sakit.
Contohnya termasuk morfin dan kodein dari tanaman opium (Papaver somniferum).
Efek Antispasmodik: Beberapa alkaloid dapat meredakan kejang otot dan digunakan
sebagai antispasmodik. Contohnya adalah atropin dari tanaman belladonna (Atropa
belladonna).
b. Aktivitas Psikotropika:
Efek Psikotropika: Beberapa alkaloid memiliki efek psikotropika atau psikoaktif, seperti
yang terdapat pada tanaman ganja (Cannabis sativa) yang mengandung
tetrahydrocannabinol (THC).
c. Aktivitas Antimikroba:
Efek Antibakteri dan Antivirus: Beberapa alkaloid memiliki aktivitas antimikroba,
seperti yang ditemukan pada alkaloid kinina yang memiliki sifat antibakteri dan
antimalaria.
Efek Antivirus: Beberapa alkaloid telah menunjukkan aktivitas antivirus, meskipun
penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme kerjanya
dengan lebih baik.
d. Aktivitas Antitumor:
Beberapa alkaloid telah menunjukkan potensi sebagai agen antitumor atau antikanker.
Misalnya, vinblastin dan vincristin dari tanaman kembang sepatu (Catharanthus roseus)
digunakan dalam pengobatan kanker.
e. Aktivitas Pada Sistem Saraf Pusat:
Efek Stimulan atau Depresan pada Sistem Saraf Pusat: Beberapa alkaloid dapat memiliki
efek stimulan pada sistem saraf pusat, seperti kafein dari kopi dan teobromin dari cokelat.
Sebaliknya, alkaloid seperti morfin dapat memiliki efek depresan pada sistem saraf pusat.
f. Aktivitas Antioksidan:
Beberapa alkaloid memiliki sifat antioksidan, yang dapat membantu melawan
kerusakan oksidatif dalam tubuh.
g. Aktivitas Vasodilator dan Vasoconstrictor:
Berikut ini adalah gambaran umum mengenai metabolisme dan biosintesis alkaloid:
d. Modifikasi Struktural:
Struktur dasar yang dihasilkan kemudian dapat mengalami berbagai modifikasi struktural,
seperti hidroksilasi, metilasi, atau glikosilasi. Modifikasi ini dapat meningkatkan kompleksitas
struktural dan aktivitas biologis alkaloid.
e. Akumulasi Alkaloid:
Setelah biosintesis, alkaloid dapat terakumulasi di bagian tertentu tanaman atau organisme.
Akumulasi ini dapat terjadi di daun, batang, buah, atau akar, tergantung pada jenis alkaloid dan
spesies tanaman.
f. Regulasi Genetik:
Ekspresi gen-gen terlibat dalam biosintesis alkaloid dapat diatur oleh faktor-faktor
lingkungan dan sinyal-sinyal internal, termasuk perlindungan tanaman terhadap serangan hama
atau patogen.
g. Fungsi Alkaloid:
Alkaloid umumnya berfungsi sebagai senyawa pertahanan dalam tanaman, melindungi
mereka dari serangan herbivora atau mikroorganisme patogen. Beberapa alkaloid juga memiliki
efek farmakologis pada hewan yang mengonsumsinya.
Dengan demikian, biosintesis alkaloid adalah proses kompleks yang melibatkan beberapa jalur
metabolik dan reaksi enzimatik. Peran utama alkaloid dalam tanaman umumnya terkait dengan
pertahanan dan interaksi ekologis dengan lingkungannya.
Alkaloid dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, termasuk struktur kimia, asal usul
tumbuhan, atau efek farmakologis. Berikut adalah beberapa klasifikasi umum berdasarkan
struktur kimia:
1. Alkaloid Piridin:
Contoh alkaloid piridin meliputi nikotin dari tembakau dan nornikotin, yang juga
ditemukan dalam tembakau.
2. Alkaloid Kuinolin:
Alkaloid ini memiliki cincin kuinolin dalam strukturnya. Contohnya termasuk kinin, kuinidin,
dan hidrokuinon dari kulit pohon cinchona.
3. Alkaloid Isoquinolin:
Alkaloid ini memiliki cincin isoquinolin dalam strukturnya. Contoh alkaloid isoquinolin
termasuk morfin, kodein, dan berberin.
4. Alkaloid Piperidin:
Piperidin adalah cincin yang umum dalam beberapa alkaloid, seperti piperin dari lada hitam.
5. Alkaloid Indol:
Alkaloid ini memiliki cincin indol dalam strukturnya. Contoh termasuk seratonin, triptamin,
dan LSD (lysergic acid diethylamide).
6. Alkaloid Tropan:
Alkaloid ini memiliki struktur dasar tropan, dan biasanya ditemukan dalam tanaman
dari keluarga Solanaceae. Contoh meliputi atropin dan skopolamin.
7. Alkaloid Chinazolin:
Contohnya termasuk kafein yang ditemukan dalam kopi dan teofilin yang ditemukan dalam
teh.
8. Alkaloid Imidazol:
Contoh alkaloid imidazol meliputi histamin, yang memiliki peran penting dalam respons
alergi dan sistem kekebalan tubuh.
9. Alkaloid Purin:
Alkaloid ini termasuk kafein, teofilin, dan teobromin, yang semuanya ditemukan dalam
tanaman teh, kopi, dan kakao.
10. Alkaloid Akuamarin:
Akuamarin adalah kelompok alkaloid yang umumnya ditemukan dalam keluarga
tumbuhan Ranunculaceae.
Klasifikasi alkaloid juga dapat dilakukan berdasarkan asal usul tumbuhan atau efek farmakologisnya.
Penting untuk diingat bahwa klasifikasi ini dapat bersifat luwes, dan beberapa alkaloid dapat masuk ke
dalam lebih dari satu kategori berdasarkan karakteristik kimianya.
PROTOALKALOID
Protoalkaloid adalah prekursor atau senyawa awal yang dapat menghasilkan alkaloid
melalui serangkaian reaksi kimia atau biosintesis dalam tubuh tumbuhan atau organisme
lain. Dalam konteks alkaloid, istilah "proto" menunjukkan bahwa senyawa tersebut
adalah tahap awal dalam pembentukan alkaloid yang lebih kompleks.
Protoalkaloid umumnya mengandung beberapa elemen dasar yang akan mengalami
modifikasi, seperti penambahan atau penghapusan gugus fungsional, penggabungan
cincin kimia, atau perubahan struktur molekuler lainnya, untuk membentuk alkaloid yang
lebih kompleks.
Contoh protoalkaloid termasuk senyawa-senyawa seperti ornitin dan arginin.
Melalui jalur biosintesis yang melibatkan berbagai enzim dan reaksi kimia,
protoalkaloid ini dapat mengalami transformasi menjadi alkaloid yang lebih khas dengan
struktur dan aktivitas biologis yang unik.
Perubahan struktural dan modifikasi ini sering terjadi dalam organel sel tertentu,
seperti sitoplasma atau vakuola sel tumbuhan. Proses ini melibatkan serangkaian reaksi
kimia yang diarahkan oleh enzim dan terkadang membutuhkan faktor lingkungan
tertentu untuk memicu atau mengatur produksi alkaloid.
Contoh akhir dari jalur biosintesis ini bisa termasuk alkaloid seperti morfin, kodein,
kinin, atau berbagai alkaloid lainnya yang memiliki peran farmakologis atau biologis
tertentu. Oleh karena itu, protoalkaloid merupakan elemen kunci dalam pemahaman
pembentukan dan diversifikasi alkaloid dalam kerangka biosintesis.
STRUKTUR MESCALINA
hordenina hadir dalam butir-butir gandum ( Hordeum vulgare ).
STRUKTUR HORDENINA
yohimbine , stimulan digunakan efek afrodisiak yang berasal dari kulit pohon
yohimbe ( Pausinystalia johimbe ).
STRUKTUR YOHIMBINE