DEFINISI
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon,
hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen. Senyawa alkaloid banyak
terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan.
Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuh-tumbuhan dan digunakan sebagai
cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari
serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek
fisiologis. Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiospermae, hewan, serangga,
organisme laut dan mikroorganisme. Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah
Liliaceae, solanaceae, rubiaceae, dan papaveraceae (Tobing, 1989).
B. SIFAT ALKALOID
1. Sifat-sifat fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari
1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya
tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang
telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa
seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi
beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid
hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid
larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2. Sifat-sifat kimia
KLASIFIKASI ALKALOIDA
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N)
pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap
manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu
sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).
Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida
dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua
nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida.
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur
molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa
jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida
kuinolin dan alkaloida indol.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan
untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis
tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu
alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu
tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan
hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis
cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal
dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka
alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alamin, tirosin dan
3,4-dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin
heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom
nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-N) atau gugus amida
(-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO 2) atau gugus diazo. Sedang
substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH 3)
atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-
metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida. Pada alkaloida aromatik terdapat suatu
pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan
dalam posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloida dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat
dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan
tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak
memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa
2. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan
biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering
digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu
alkaloida steroidal dan purin (Achmad S.A, 1986).
Adrenergik agen
digunakan untuk
asma dan demam
Colchicine
Meredakan encok
Eritromisin
antibiotika
Taxol
(paclitaxel)
Digunakan dalam
pengobatan
kanker ovarium,
kanker payudara
dan non-kecil sel
kanker paru-paru
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada
golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
2. Alkaloid Tropan
4. Alkaloid Isoquinolin
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine
dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan
vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada
pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin’s
6. Alkaloid Imidazol
7. Alkaloid Lupinan
8. Alkaloid Steroid
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan
tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino
fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica
(familiaGnetaceae)
Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc.
Padmawinata, K. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB
(Terjemahan dari Robinson, T. 1991. The Organic Constituens of Higher Plant, 6th ed).
Ikan, R. 1969. Natural Product A Laboratory Guide. Jerussalem: Israel Universities
Press.
Tobing, Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga kependidikan
Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka: Jakarta
Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia
Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU Repository
Portal.net. 2006.Tanaman Obat Indonesia
Setiawan, Delimarta.2002 .Atlas Tanaman Obat Indonesia. Jogjakart
Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang
Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr) (Screening and Identification of Alkaloid
Compounds in Kayu Kuning Stem (Arcangelisia Flava Merr)). Jurnal ILMU DASAR, Vol.
8 No. 1.
Hendrix, et al. 2008. Amino Acids. Redmond, WA: New York
Hutapea, Johny Ria. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1.Badan Penelitian
dan Pengembangann Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Raina MH. 2011. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Absolut : Yogyakarta
Robbers.J.E., et al. 1996. Pharmacognosy and Pharmaco-biotechnology. PNAS : New
York