Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google

Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di: https://www.researchgate.net/publication/320941709

Penentuan Konsentrasi Glikosida pada Tangkai Daun Pepaya (Carica Papaya L.) dan Hubungannya dengan
Nilai pH dan Kecerahan dengan Variasi Waktu dan Suhu Pemanasan

Artikel di Jurnal Teknologi Pangan Terapan · November 2017


DOI: 10.17728/jaft.9

KUTIPAN BACA

0 194

3 penulis, termasuk:

Ahmad Nimatullah Al-Baarri Antonius Hintono

Universitas Diponegoro 20 PUBLIKASI 61 KUTIPAN


125 PUBLIKASI 393 KUTIPAN
LIHAT PROFIL

LIHAT PROFIL

Semua konten setelah halaman ini diunggah oleh Ahmad Nimatullah Al-Baarri pada 17 Maret 2019.

Pengguna telah meminta penyempurnaan file yang diunduh.


Machine Translated by Google
Jurnal Teknologi Pangan Terapan 4 (2) 27–30

Jurnal Teknologi Pangan Terapan

Halaman beranda: http://appliedfoodtechnology.org/

Penentuan Konsentrasi Glikosida pada Tangkai Daun Pepaya


(Carica papaya L.) dan Hubungannya dengan Nilai pH dan Kecerahan
dengan Variasi Waktu dan Suhu Pemanasan
Astrid Agustina Nur Amanah, Ahmad Nimatullah Al-Baarri*, Antonius Hintono

Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia 50275

*Penulis koresponden (albari@undip.ac.id)

Informasi artikel:
Abstrak
Diterima: 01 Mei 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan perlakuan panas basah pada tangkai daun pepaya Diterima:13 Juni 2017
untuk mengetahui konsentrasi glikosida dan korelasinya dengan kenampakan fisik yaitu nilai Tersedia daring:
pH dan kecerahan. Proses pemanasan basah dilakukan pada suhu berkisar antara 50 hingga 15 Juni 2017
85ÿC selama 5-15 menit. Data yang diperoleh dan korelasinya dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan panas basah menurunkan Kata kunci:
konsentrasi glikosida, nilai pH dan keringanan tangkai daun pepaya. Analisis regresi tangkai daun pepaya
menunjukkan adanya korelasi linier positif antara konsentrasi glikosida dengan nilai pH dan panas basah
kecerahan sehingga menghasilkan nilai R2 = 0,9919 dan 0,9904. Berdasarkan analisis korelasi, glikosida
konsentrasi glikosida nol dapat dicapai ketika nilai pH dan lightness masing-masing mencapai pH
6,4±0,5 dan 22,373±4,0. keringanan
analisis korelasi
Kesimpulannya, proses panas basah menyebabkan eliminasi total konsentrasi glikosida dan
konsentrasinya dapat ditentukan oleh perubahan nilai pH dan tingkat kecerahan. Hasil ini dapat © 2017
memberikan alternatif metode penentuan glikosida pada tangkai daun pepaya dengan Makanan Indonesia
menggunakan metode penentuan sederhana seperti pH dan kecerahan. Ahli teknologi
Seluruh hak cipta

Ini adalah artikel akses


terbuka
di bawah lisensi CC BY-NC-ND

doi: 10.17728/jaft.9

Perkenalan serat pangan, oleh karena itu penanganan untuk menghilangkan


Glikosida merupakan salah satu jenis senyawa beracun glikosida sangat diperlukan. Proses pemanasan basah telah banyak
yang mempunyai efek berbahaya bagi kesehatan manusia. Glikosida dikenal dalam pengolahan makanan karena proses ini dapat
adalah metabolit sekunder yang mungkin ditemukan di beberapa menghilangkan senyawa anti nutrisi termasuk glikosida (Suprayudi
tanaman. Berbagai tumbuhan diketahui mempunyai glikosida antara et al., 2012). Karena ikatan glikosida sensitif terhadap panas
lain daun tomat, biji karet, daun bakau, dan daun pepaya (Gunawan dan Mulyani, 2002), maka pengolahan panas basah
(Purnobasuki, 2004). dapat digunakan untuk menghilangkan glikosida. Namun proses
Selain daun pepaya, bunga pepaya juga diketahui mempunyai panas basah dapat menyebabkan perubahan kinerja fisik seperti pH
banyak khasiat, akar dan bijinya juga dimanfaatkan sebagai sumber dan warna (Nurdin et al., 2009).
minyak (Warisno, 2003).
Namun tangkai daun pepaya masih kurang didokumentasikan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis
Telah diketahui dengan baik bahwa tangkai daun pepaya proses panas basah pada tangkai daun pepaya terhadap konsentrasi
mengandung glikosida yang merupakan senyawa anti nutrisi yang glikosida, pH, dan kecerahan serta mengetahui hubungan antar
menunjukkan sulitnya pemanfaatan sebagai sumber makanan. parameternya. Penelitian ini mungkin dapat memberikan informasi
Dengan demikian, konsumsi tangkai daun pepaya dapat yang berguna untuk memperkirakan konsentrasi glikosida
menyebabkan keracunan makanan (Goodman dan Gilman, 2003). menggunakan nilai pH atau tingkat kecerahan tangkai daun pepaya.
Tangkai daun pepaya dapat dimanfaatkan sebagai sumber
27
Machine Translated by Google

Jurnal Teknologi Pangan Terapan 4 (2) 27–30

Bahan dan metode dengan deretan angka R, G, dan B kemudian diubah menjadi
Penelitian ini dilaksanakan di UPT Laboratorium sistem CIE L*a*b* (L*=lightness, a*=redness, dan b*=
Terpadu Universitas Diponegoro dan Laboratorium Kimia dan yellowness) menggunakan software online dari
Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas www.colormine.org. Penelitian ini hanya menggunakan nilai L*
Diponegoro selama lima bulan dimulai pada bulan Agustus atau tingkat kecerahan pada tangkai daun pepaya.
sampai dengan Desember 2016.
Analisis statistik
Bahan Data dikumpulkan dari variasi waktu yaitu 5, 10, dan 15
Penelitian ini menggunakan 21 buah tangkai daun menit, serta suhu basah-panas yaitu 50, 55, 60, 65, 70, 75,
pepaya yang diperoleh dari perkebunan pepaya di lahan 80, dan 85ÿC. Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan
kampus, etanol (Onemed, Jakarta), asam sulfat (Onemed, analisis regresi korelasi untuk mengetahui perubahan dan
Jakarta), Miconazole® (PT. Kimia Farma, Jakarta, indeks korelasi masing-masing parameter. Jika nilai R2 mendekati 1
kemurnian alkaloid: 99,99%), dan reagen Molisch. Waterbath maka dapat dijelaskan bahwa terdapat korelasi positif antara
(Memmert, Jerman) dengan kisaran suhu hingga 100°C konsentrasi glikosida dengan nilai pH dan warna.
digunakan untuk memanaskan tangkai daun pepaya, Digital
Color TES-135, tabung centrifuge (Biologix, Changzou), dan
pH meter (Hanna, USA). Hasil dan Diskusi
Konsentrasi Glikosida
Metode Konsentrasi glikosida pada tangkai daun pepaya yang
Panas Basah dan Ekstraksi Tangkai Daun Pepaya dipanaskan basah disajikan pada Gambar 1. Proses panas basah
Tangkai daun pepaya segar dicuci dan dipotong-potong pada suhu 50ÿC selama 5 menit tetap mempertahankan konsentrasi
berukuran sekitar 10 cm (7,2 g ±0,55 g untuk setiap potongan). glikosida tertinggi pada tangkai daun pepaya yaitu sebesar 20.000
Tangkai daun yang sudah bersih dimasukkan ke dalam plastik ppm, selanjutnya proses panas basah pada suhu 85ÿC selama 5 menit
bening. Plastik yang telah berisi tangkai daun pepaya dimasukkan menunjukkan kehilangan total konsentrasi glikosida. Selain itu
ke dalam air yang telah dipanaskan dengan suhu 50-85°C selama 5-15terjadi
menit. penurunan konsentrasi glikosida seiring dengan waktu
Metode ini diadopsi dari peneliti sebelumnya (Madalena et al., dan suhu proses pengeringan. Hilangnya glikosida mungkin
2007). Setelah diolah, tangkai daun pepaya dimaserasi dengan disebabkan oleh fakta bahwa glikosida sensitif terhadap panas
lesung. Tangkai daun pepaya yang telah dimaserasi direndam (Astawan dan Febrinda, 2010; Naufalin et al., 2006). Ikatan
selama 30 menit dalam 5 ml larutan 70%. Larutan disaring glikosidik dapat dengan mudah terputus pada suhu tinggi
dengan menggunakan kain saring, kemudian diambil 2 ml sehingga terjadi denaturasi glikosida (Jubahar et al., 2010).
larutan yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam tabung
centrifuge.
Auria dkk. (1996) menyatakan bahwa konsentrasi
Penentuan Konsentrasi Glikosida glikosida yang diperbolehkan dalam makanan harus sama
Penentuan konsentrasi glikosida pada tangkai daun dengan atau kurang dari 0,2 ppm. Pada grafik terlihat bahwa
ekstrak pepaya menggunakan prosedur pereaksi Molisch yang perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan konsentrasi
telah dilakukan sebelumnya oleh Al-kayyis dan Susanti (2016). glikosida pada tangkai daun pepaya adalah pada perlakuan
Tangkai daun ekstrak pepaya dimasukkan ke dalam tabung suhu 85°C selama 5 menit. Dalam pengobatan, konsentrasi
centrifuge sebanyak 2 mililiter, kemudian ditambahkan 5 tetes Kadar glikosida pada tangkai daun pepaya telah mencapai 0
molisch dan 10 tetes asam sulfat 90%. Terbentuknya cincin ppm, sehingga dapat dikatakan tangkai daun pepaya telah
ungu menunjukkan adanya glikosida. terbebas dari senyawa glikosida setelah dilakukan perlakuan
Volume cincin ungu diukur dan kemudian dikonversi dari ml ke panas basah pada suhu 85°C selama 5 menit. Tangkai daun
ppm menggunakan kurva standar. pepaya yang bebas senyawa glikosida dapat diolah menjadi
Kurva standar menunjukkan korelasi miconazole vs volume bahan makanan dan disajikan dengan aman untuk dikonsumsi
1.000–18.000 ppm. manusia.
Berdasarkan Gambar 1 terlihat nilai R2 yang bervariasi
Penentuan nilai pH antara 0,867 hingga 0,9978 menunjukkan bahwa glikosida
pH meter digunakan untuk pengukuran nilai pH mempunyai ketergantungan terhadap suhu. Terlihat bahwa
berdasarkan penelitian Lukman dkk. (2012). garis tren 15 menit memberikan R2 tertinggi
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda Nilai tersebut menunjukkan bahwa waktu panas basah maksimum
pH meter ke dalam 3 ml tangkai daun ekstrak pepaya. Layar menghasilkan validitas yang tinggi pada nilai denaturasi glikosida.
pH meter menunjukkan pengukuran nilai pH hingga angka
satu digit setelah desimal. nilai pH
Pengaruh proses panas basah terhadap nilai pH tangkai
daun pepaya disajikan pada Gambar 2. Proses panas basah pada
Penentuan Nilai Ringan suhu 50ÿC selama 5 menit menghasilkan nilai pH tertinggi yaitu
Metode analisis warna ditentukan berdasarkan sebesar 7,8±0,5, sedangkan perlakuan panas basah pada suhu
penelitian Aprilyan et al. (2015) yang menggunakan fotometer. 85ÿC selama 5 menit menghasilkan Nilai pH terendah sebesar
Untuk mengukur nilai warna RGB (Merah, Hijau, Biru), 6,4±0,5 menunjukkan semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
dimasukkan 3 ml tangkai daun pepaya pemanasan basah mengakibatkan penurunan pH. Penurunan nilai pH mungkin s
kuvet lalu dipindahkan ke fotometer. Pengukurannya muncul Hal ini terjadi karena sifat glikosida yang bersifat basa,
di layar fotometer sehingga bila terjadi denaturasi akan mengakibatkan
28
Machine Translated by Google
Jurnal Teknologi Pangan Terapan 4 (2) 27–30

perubahan pH dari basa menjadi asam (Yuliawaty dan Susanto, memberikan nilai R2 tertinggi . Dapat diamati bahwa R2
2015). nilai sebesar 0,9919 menunjukkan kemungkinan terjadinya
Gambar 2 menunjukkan bahwa R2 bervariasi dari 0,7734 korelasi positif yang tinggi. Menurut Rohaeti dkk. (2011), koefisien
hingga 0,9937 yang menunjukkan bahwa nilai pH bergantung korelasi (R) menunjukkan seberapa erat hubungan antar variabel.
pada suhu. Selain itu, perlakuan 15 menit pada panas maksimum
menghasilkan nilai R2 tertinggi yang menunjukkan lamanya
waktu pemanasan basah sehingga menghasilkan nilai akurasi
eliminasi glikosida yang tinggi.

Gambar 3. Perubahan kecerahan tangkai daun ekstrak pepaya setelah


dilakukan pemanasan basah pada suhu 50–85ÿc selama 5, 10, dan 15
menit
Gambar 1. Konsentrasi glikosida ekstrak tangkai daun pepaya setelah
dipanaskan pada suhu 50-85ÿc selama 5, 10, dan 15 menit

Gambar 4. Hubungan konsentrasi glikosida dengan ph tangkai daun


pepaya setelah dipanaskan dengan suhu basah 50-85ÿc selama 15 menit

Gambar 2. Nilai pH tangkai daun pepaya setelah dipanaskan pada suhu


50–85ÿc selama 5, 10, 15 menit Berdasarkan hasil, nilai glikosida mencapai 0 ppm pada
nilai pH 6,4±0,5. Deteksi nilai pH dapat digunakan sebagai
Penentuan Nilai Ringan indikator sederhana untuk mengetahui konsentrasi glikosida
Gambar 3 menunjukkan nilai keringanan ekstrak tangkai pada tangkai daun pepaya, sehingga aman untuk diolah menjadi
daun pepaya setelah perlakuan panas basah. Perlakuan panas produk pangan lebih lanjut. Perlakuan panas pada suhu atau
basah pada suhu 50°C selama 5 menit menghasilkan nilai waktu pemanasan yang lebih rendah kemungkinan akan
kecerahan tertinggi yaitu 42.962±4.0 dan perlakuan suhu tertinggi mempertahankan nilai pH lebih dari 6,9±0,5 yang mungkin akan
(85°C selama 15 menit) menghasilkan nilai kecerahan terendah menyisakan glikosida pada tangkai daun pepaya.
yaitu 22.373±4.0 menunjukkan semakin tinggi suhu , semakin
rendah nilai kecerahannya. Warna gelap setelah perlakuan panas Korelasi konsentrasi glikosida dengan nilai lightness
dapat terjadi karena adanya perubahan pigmen (Nurdin et al., setelah perlakuan pada suhu 50–80ÿC selama 15 menit
2009; Widodo et al., 2015). ditunjukkan pada Gambar 5. Diperoleh korelasi linier positif
dengan nilai R2 sebesar 0,9904 yang berarti terdapat korelasi
Nilai R2 yang diamati bervariasi dari 0,948 hingga 0,9959 linier positif antara konsentrasi glikosida dengan nilai lightness. .
yang menunjukkan korelasi positif antara nilai suhu dan
kecerahan. Terlihat juga bahwa garis tren 15 menit mempunyai Menurut Wijaya (2007), bila nilai R2 mewakili hubungan antar
nilai R2 tertinggi yang mungkin menghasilkan akurasi yang tinggi parameter. Dalam penelitian ini, nilai R2 mendekati 1 yang
dalam nilai perubahan kecerahan pada perlakuan suhu. menunjukkan korelasi positif yang luar biasa antara konsentrasi
glikosida dan nilai keringanan.

Korelasi antara Konsentrasi Glikosida dan nilai pH & Ringan Konsentrasi glikosida nol dapat dicapai ketika tingkat
kecerahannya 45±4,0, sehingga titik ini dapat membantu dalam
Gambar 4 menunjukkan korelasi linier positif antara nilai menilai apakah tangkai daun pepaya bebas dari glikosida atau
pH dan konsentrasi glikosida. Data dikumpulkan dari sampel tidak. Pengaruh perlakuan panas-basah terhadap tingkat
dengan proses panas basah selama 15 menit sejak perlakuan kecerahan yang lebih rendah dari 45 mungkin masih menyisakan
tersebut dalam jangka waktu tersebut glikosida dalam tangkai daun pepaya.

29
Machine Translated by Google
Jurnal Teknologi Pangan Terapan 4 (2) 27–30

Kesimpulan Naufalin R., Jenie BSL, Kusnandar F., Sudarwanto M, Rukmini HS


Semakin tinggi suhu dan semakin lama proses pemanasan 2006. Pengaruh pH, NaCl dan Perlakuan terhadap Stabilitas
basah maka konsentrasi glikosida tangkai daun pepaya semakin Antibakteri Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa
berkurang. Untuk menghilangkan konsentrasi glikosida hingga 0 Horan) dan Penerapannya pada Daging Cincang. Jurnal
ppm, diperlukan perlakuan panas basah pada suhu 85°C selama Teknologi dan Industri Pangan.17(3): 197-203. (Dalam
minimal 5 menit. Proses panas basah yang tidak memadai Bahasa Indonesia)
menghasilkan konsentrasi glikosida yang tersisa.
Nurdin, Kusharto, CM, Tanzih, I., Januwati, M. 2009.
Kadar Klorofil Berbagai Daun Geen dan Karakterisasi
Referensi Tembaga-Klorofilnya. Jurnal turunan Dan13-
Gizi dan Pangan. 4(1):
Al-kayyis, HK, Susanti, H. 2016. Perbandingan metode Somogyi-
Nelson dan Anthrone-Sulfate assay gula pereduksi pada 19.
umbi cilembu (Ipomea batatas L.). Jurnal Farmasi Sains dan Purnobasuki, H. 2004. Potensi Mangrove sebagai Tanaman Obat.
Komunitas. 13 (2):81-89. BIOTA. 9 (2): 125-126. (Dalam Bahasa Indonesia)

Aprilyan, DB, Lutfi, M., Yulianingsih, R. 2015. Analisis Pengaruh Rohaeti E., Heryanto, R., Rafi, M., Wahyuningrum, A, Darusman, LK
Massa dan Air Proses Pencampuran Cabai Terhadap Uji 2011. Prediksi konsentrasi total flavonoid tempuyung
Kelayakan Pembuatan Saus Lada (Capsicum annuum). (Sonchus arvensis
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3(2): l.) menggunakan kombinasi regresi kuadrat terkecil parsial
171-178. (Dalam Bahasa Indonesia) spektroskopi IR. Jurnal Kimia. 5 (2):101-
108. (Dalam Bahasa Indonesia)
Astawan, M., Febrinda, AE 2010. Potensi dedak dan dedak padi Suprayudi, MA, Takeuchi, T., Hamasaki, K. 2012.
sebagai bahan pangan dan produk pangan fungsional. Jurnal Kolesterol berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
Pangan. 19 (1):1-12. (Dalam Bahasa Indonesia) perkembangan larva kepiting bakau Scylla serrata. Jurnal
Biosains Hayati. 19 (1): 1-5.
Auria, DS, Rossi, M., Barone, G., Catanzano, F., Vecchio, PD, Warisno. 2003. Budidaya Pepaya. Kanisius, Yogyakarta. (Dalam
Graziano, G., Nucci, R. 1996. Bahasa Indonesia)
Denaturasi beta-glikosidase yang disebabkan oleh suhu dari Widodo, IF, Priyanto, G., Hermanto. 2015.
archaeon Sulfolobus solfataricus. Jurnal Biokimia. 120 (2): Karakteristik serbuk daun Cytrus hystrix DC dikeringkan
292-300. dengan metode pengeringan foam mat. Prosiding Seminar
Goodman dan Gilman. 2003. Dasar farmakologi terapi. Mc Graw-Hill, Nasional Lahan Suboptimal. 1 (1): 1-13.
New York. (Dalam Bahasa Indonesia)
Lukman, A., Susanti, E., Oktaviana, R. 2012. Formulasi gel minyak Wijaya, T. 2007. Hubungan Adversity Intelligence dengan Niat
kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii BI) sebagai Berwirausaha (Studi Empiris pada Siswa SMKN 7
sediaan antinyamuk. Yogyakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 9 (2):
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 1(1): 24-29. 11-127. (Dalam Bahasa Indonesia)
(Dalam Bahasa Indonesia)
Madalena, H., Hastuti, SP, Limantara, L. 2007. Pengaruh pemanasan Yuliawaty, ST, Susanto, WH 2015. Pengaruh lama pengeringan dan
lama terhadap kandungan pigmen serta vitamin A daun konsentrasi maltodekstrin terhadap sifat fisik kimia dan
singkong (Manihot esculenta organoleptik minuman instan daun mengkudu (Morinda
Crantz) dan daun singkong karet (Manihot glaziovii Muell. citrifolia L.).
Arg). Kimia Jurnal Indo. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 41-52. (Dalam Bahasa
7(1):105-110. (Dalam Bahasa Indonesia) Indonesia)

30

Lihat statistik publikasi

Anda mungkin juga menyukai