Anda di halaman 1dari 34

PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (Syzygium aromaticum

(L.) Merr and Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA


BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN KONSENTRASI
HYDRASIL

NURI KIPTANTIYAWATI
A24110041

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Tanaman


Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr and Perr) Belum Menghasilkan pada
Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Konsentrasi Hydrasil adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
baik dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Nuri Kiptantiyawati
NIM A24110041
ABSTRAK

NURI KIPTANTIYAWATI. Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium


aromaticum (L.) Merr and Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk
Organik dan Konsentrasi Hydrasil. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis pupuk organik dan


konsentrasi Hydrasil yang optimum untuk pertumbuhan tanaman cengkih belum
menghasilkan yang maksimum. Penelitian ini merupakan tahun kedua dari
penelitian sebelumnya. Umur tanaman cengkih yang diamati yaitu 4.5 tahun.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor, mulai
bulan Maret sampai bulan Agustus 2015. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor dan empat
ulangan. Petak utama adalah pemberian Hydrasil dengan empat taraf konsentrasi
yaitu 0 ml l-1 (A1), 1.5 ml l-1 (A2), 2.0 ml l-1 (A3), dan 2.5 ml l-1 (A4), sebagai anak
petak adalah pupuk organik dengan lima taraf dosis yaitu 0 kg (P 1), 2.5 kg (P2),
5 kg (P3), 7.5 kg (P4), dan 10 kg (P5) per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi Hydrasil berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 16 dan 20
Minggu Setelah Perlakuan Pertama (MSPP), dan diameter batang saat 8 dan 16
MSPP pada tanaman cengkih, sedangkan dosis pupuk organik serta interaksi
antara dosis pupuk organik dan konsentrasi Hydrasil tidak berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diamati.

Kata Kunci : hydrasil, pupuk organik, tanaman belum menghasilkan, tanaman


cengkih

ABSTRACT

NURI KIPTANTIYAWATI. The Growth of Young Clove Plant (Syzygium


aromaticum (L.) Merr and Perr) on Several Levels of Organic Fertilizier and
Concentration of Hydrasil. Supervised by ADE WACHJAR.

The objective of this research was to obtain the organic fertilizer doses and
the optimum concentration of Hydrasil to maximize the growth of young stage of
cloves plant. The age of cloves plants were 4.5 years. This research was carried out
in IPB Experimental Station at Cikabayan, Dramaga, Bogor, from March to August
2015, using split plot design with two factors and four replications. The main plot
was four level of Hydrasil, i.e.,0 ml l-1 (A1), 1.5 ml l-1 (A2), 2.0 ml l-1 (A3), and 2.5
ml l-1 (A4), while the sub-plot was level of organic fertilizer, i.e., 0 kg (P1), 2.5 kg
(P2),5 kg (P3), 7.5 kg (P4), and 10 kg (P5) each plant. The results showed that
Hydrasil significantly affected on the plant height at 16 and 20 w e e k s a f t e r
f i r s t a p p l i c a t i o n ( W A F A ) and stem diameter at 8 and 16 WAFA level of.
While there was no fertilizer and hydrasil on other vegetative characters are
observed.

Key word : hydrasil, cloves plant, young stage, organic fertilizer


PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (Syzygium aromaticum
(L.) Merr and Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN KONSENTRASI
HYDRASIL

NURI KIPTANTIYAWATI
A24110041

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala kurnia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai bulan Agustus 2015 ialah
Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr and Perr) Belum
Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Konsentrasi Hydrasil.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi, Bapak Dr Edi Santosa,
SP, MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen
penguji wakil urusan departemen atas segala bantuan, bimbingan, kritikan, dan
saran serta nasehatnya yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Kiptiyah dan kakak Ernawati serta kakak kembar tersayang serta
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
2. Ibu Dr Ir Diny Dinarty, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas saran,
bimbingan dan nasihatnya selama menjadi mahasiswa Departemen Agronomi
dan Hortikultura.
3. Penyelenggara Program Bidik Misi Institut Pertanian Bogor yang berada
di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah
memberikan bantuan selama penulis kuliah dan melakukan penelitian ini.
4. Tenaga kependidikan unit pelaksanaan Kebun Percobaan IPB Cikabayan,
Dramaga, Bogor, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, April 2016

Nuri Kiptantiyawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJUAN PUSTAKA 2
Deskripsi dan Morfologi Tanaman Cengkih 2
Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih 3
Pupuk Organik 3
Zat Pengatur Tumbuh Auksin 4
METODE PENELITIAN 4
Tempat dan Waktu Penelitian 4
Bahan dan Alat 5
Metode Percobaan 5
Pelaksanaan Percobaan 6
Pengamatan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 13
KESIMPULAN DAN SARAN 15
Kesimpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan diameter
tajuk pada berbagai dosis pupuk organik pada 4-20 MSPP 9
2 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan diameter
tajuk pada berbagai konsentrasi Hydrasil pada 4-20 MSPP 10

DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman cengkih yang terserang rayap : (a) tanaman mati (b) rayap
yang digali dalam tanah, (c) pengendalian rayap dengan penyemprotan
termitisida 7
2 Serangan kutu pada tanaman cengkih : (a) tergolong serangan ringan,
(b) tergolong serangan berat sampai tertutup pada pangkal daun 8
3 Pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cengkih
pada konsentrasi Hydrasil 8
4 Pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman
cengkih pada konsentrasi hydrasil 9
5 Hubungan antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 16
MSPP 11
6 Hubungan antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 20
MSPP 11
7 Hubungan antara diameter batang tanaman dan konsentrasi Hydrasil
pada 8 MSPP 12
8 Hubungan antara diameter batang tanaman dan konsentrasi Hydrasil
pada 16 MSPP 12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan acak perlakuan 18
2 Kondisi iklim di lokasi penelitian pada bulan Februari – Agustus 2015 18
3 Hasil uji analisis kandungan pupuk organik 19
RIWAYAT HIDUP 20
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cengkih (Syzygium aromaticum L. Merr and Perr) merupakan tanaman


tahunan asli Indonesia yang berasal dari Kepuluan Maluku. Di Indonesia
tanaman cengkih banyak dimanfaatkan untuk campuran rokok kretek, kosmetik,
industri obat-obatan, pestisida nabati, dan bumbu dapur (Puslitbangbun 2007). Di
Indonesia terdapat empat tipe unggul, yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan
Ambon. Dari keempat tipe tersebut, tipe Zanzibar merupakan tipe yang paling
banyak dibudidayakan oleh para petani cengkih (Balittri 2010). Luas areal
tanaman cengkih di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 467 316 ha dan
mengalami pertambahan luas areal pada tahun 2013 menjadi 501 378 ha.
Pertambahan luas areal tersebut didukung dengan peningkatan jumlah
produksinya. Produksi cengkih pada tahun 2009 sebesar 81 988 ton dan
mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 109 694 ton atau meningkat
sebesar 25.25% (Ditjenbun 2014).
Produksi cengkih di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan industri
berbasis bahan baku cengkih dalam negeri, oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, Indonesia mengimpor cengkih dari luar negeri. Pada
tahun 2011 volume impor cengkih ke Indonesia mencapai 14 979 ton yang
merupakan impor tertinggi dalam lima tahun terakhir (Ditjenbun 2014). Penyebab
menurunnya produktivitas tanaman cengkih di Indonesia adalah umur tanaman
yang sudah tua dan kurangnya pemeliharaan (Puslitbangbun 2007). Produktivitas
tanaman cengkih dapat ditingkatkan dengan cara rehabilitasi, intensifikasi, dan
peremajaan tanaman. Ketiga program tersebut membutuhkan pemupukan sebagai
faktor penunjang. Pemupukan merupakan penambahan zat hara tanaman ke dalam
tanah. Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik atau pupuk
buatan (Hardjowigeno 2007). Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan
kesuburan tanah, hal ini disebabkan fungsi dari pupuk organik yang dapat
menggemburkan lapisan atas tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik,
dan mempertinggi daya serap dan daya simpan air. Penggunaan pupuk organik
juga dapat meningkatkan kualitas dan produksi tanaman. Selain itu, penggunaan
pupuk organik dapat menekan penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan
karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
penurunan kualitas kesuburan tanah dan berkurangnya jasad renik (Sotedjo
2010).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkih tidak hanya
dipengaruhi oleh daya serap akar tanaman terhadap unsur hara dalam tanah,
tetapi juga perlu pemberian rangsangan hormon dari luar untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangannya. Rangsangan hormon dari luar dapat berupa
zat pengatur tumbuh seperti auksin. Dwiwarni (1989) mengemukakan bahwa
tanaman cengkih yang diberikan perlakuan penambahan auksin dan sitokinin
dapat mempercepat perkembangan sel, sehingga daya serap akar terhadap unsur
hara meningkat dan menyebabkan pertambahan tinggi pada tanaman
cengkih. Oleh karena itu, pemberian auksin pada konsentrasi tertentu dapat
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cengkih secara optimum.
2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pupuk organik, auksin, dan


interaksi kedua perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman cengkih (Syzygium
aromaticum). Selain itu, penelitian ini bertujuan menentukan dosis pupuk organik
dan konsentrasi auksin yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman cengkih
(Syzygium aromaticum).

Hipotesis

Hipotesis yang diujikan dalam percobaan ini adalah :


1. Terdapat dosis pupuk organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman cengkih belum menghasilkan.
2. Terdapat konsentrasi auksin yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman cengkih belum menghasilkan.
3. Tanggap pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan terhadap
dosis pupuk organik dipengaruhi oleh konsentrasi auksin yang digunakan.

TINJUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Morfologi Tanaman Cengkih

Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman yang


memiliki batang besar dan berkayu keras, tingginya dapat mencapai 15 – 40 m.
Kanopi tanaman cengkih berbentuk silindris, piramid, dan bulat telur bergantung
pada tipenya. Tanaman cengkih memiliki batang percabangan yang banyak dan
berbentuk bulat mengkilap. Daun pada tanaman cengkih berbentuk lonjong sampai
elip dengan panjang daun 7 – 13 cm, dan lebar daun 3 – 6 cm, dan letak daun
cengkih berhadap-hadapan pada ranting tanaman (Balittro 1997).
Sistem pembungaan pada tanaman cengkih bersifat terminal, yaitu bunga-
bunga terbentuk pada ujung kuncup. Pembentukan bakal bunga ditandai oleh
pembentukan tunas-tunas ujung yang tumpul dan berwarna hijau (primordia).
Setelah pembungaan akan terbentuk buah dengan ukuran panjang 2.5 – 3.5 cm
dan diameter 1 – 2 cm. Daging buah relatif tebal, berwarna hijau kemerahan pada
waktu muda dan berwarna merah tua keunguan pada saat masak. Biji cengkih
berbentukagak memanjang (oblong), panjang ± 1.5 – 2 cm, dan lebar ± 0.8 cm.
Biji tidak melekat pada daging buah dan mempunyai dua keping dikotil yang
tebal (Balittro 1997).
Terdapat empat tipe unggul tanaman cengkih, yaitu Zanzibar, Siputih,
Sikotok dan Ambon. Tipe Zanzibar memiliki percabangan lurus ke atas
membentuk sudut 45°, bentuk tajuk kerucut, batang utama bercabang, bentuk daun
bulat panjang simetris, warna bunga kemerah-merahan, dan warna buah matang
ungu hitam. Tipe Siputih memiliki percabangan melengkung ke atas membentuk
sudut 45°, bentuk tajuk bulat, batang utama tidak bercabang, bentuk daun bulat
panjang tidak simetris, warna bunga hijau kekuningan, dan warna buah matang
merah ungu.
3

Tipe Sikotok memiliki percabangan melengkung 90° ke atas, bentuk tajuk


silindris, batang utama tidak bercabang, bentuk daun bulat panjang tidak simetris,
warna bunga hijau muda kekuningan, dan warna buah matang merah ungu. Tipe
Ambon memiliki percabangan mendatar horizontal, bentuk tajuk kerucut, batang
utama tidak bercabang, bentuk daun bulat panjang simetris, warna bunga hijau
muda dan warna buah matang ungu hitam (Puslitbangbun 2007).
Tipe Zanzibar merupakan cengkih terbaik untuk dibudidayakan
karena mempunyai daya adaptasi yang luas, berproduksi tinggi dan berkualitas
baik (Balitbangtan 2009). Menurut Randriani dan Syafaruddin (2011)
produktivitas rata- rata pohon cengkih terpilih tipe Zanzibar Buniwangi selama
lima tahun (2006-2010) mencapai 161.8 kg/pohon/tahun. Cengkih tipe Zanzibar
di Desa Buniwangi memiliki selisih antara hasil panen tertinggi (172.0 kg) dan
terendah (149.9 kg) hanya sekitar 13 %. Hal ini terjadi akibat adanya fluktuasi
hasil setiap dua tahun sekali pada saat produksi.

Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih

Unsur-unsur iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman


cengkih yaitu curah hujan, intesitas penyinaran matahari, suhu udara, dan
kelembapan nisbi. Unsur iklim yang lainnya seperti angin tidak begitu besar
pengaruhnya kecuali dalam keadaan tak terduga, seperti angin puyuh yang hanya
terjadi di daerah-daerah tertentu dan penyebarannya tidak luas (Ruhnayat dan
Wahid 1997).
Tanaman cengkih dapat ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian
tempat 0 – 900 m di atas permukaan laut. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman
cengkih yaitu Andosol, Latosol, Regosol, dan Padsolik Merah. Selain jenis tanah,
kemasaman tanah (pH) juga berperan dalam penyerapan unsur hara
tanaman. Kemasaman tanah yang optimum yaitu antara 5.5 – 6.5. Pertumbuhan
tanaman cengkih akan terganggu apabila pH tanah kurang atau lebih tinggi dari
tingkat kemasaman optimum (Puslitbangbun 2007). Curah hujan optimal untuk
perkembangan tanaman cengkih yaitu 1 500 – 2 000 mm/tahun dengan bulan
kering kurang dari 2 bulan. Suhu udara pada siang hari 20 – 30 °C dan tidak
kurang dari 17 °C pada malam hari (Balitbangtan 2009).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara uap air di udara dengan
jumlah uap air yang dapat ditampung pada suhu dan tekanan Kelembaban nisbi
mempengaruhi laju transpirasi tanaman dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara. Kelembaban nisbi yang optimal
untuk pertumbuhan tanaman cengkih berkisar antara 60-80% (Ruhnayat dan Wahid
1997).

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-
bagian atau sisa (serasah) tanaman dan hewan, seperti pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Pupuk organik memiliki
fungsi untuk menggemburkan lapisan atas permukaan tanah (top soil),
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air.
Pada tanah pertanian yang diberi pupuk organik (kotoran ternak ayam) sebanyak
4

1 000 kg per hektar, berarti pada lahan tersebut telah diberi unsur hara setara 40 kg
N, 32 kg P2O5 dan 19 kg K2O dalam tanah. Kadar unsur tersebut setara dengan nilai
2 kw ZA, 2/3 kw triple fosfat, dan 1/3 kw ZK (Sutedjo 2010).
Hasil penelitian Wachjar dan Kadarisman (2007) pada tanaman kakao
belum menghasilkan yang diberi pupuk organik cair 0 ml l-1 dan pupuk anorganik
100% meningkatkan diameter batang tanaman kakao, tetapi tidak berbeda nyata
dengan pemberian 15 ml pupuk organik cair per liter dan 40 % dosis anjuran
pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik cair pada tanaman kakao
sebanyak 15 ml l-1 dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 60%
dari dosis anjuran tanpa mengurangi pertumbuhan kakao secara nyata. Wachjar et
al. (2002) berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa tanaman kopi yang
diberi 4 g Enchancing Microbial Activities in the Soil (EMAS) sebagai pupuk
organik dan setengah dosis pupuk anorganik anjuran menghasilkan pertumbuhan
bibit kopi yang sama baiknya dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik yang berasal dari inokulasi berbagai mikroorganisme
dapat menurunkan dosis penggunaan pupuk anorganik.
Menurut Sari (2013) bibit kelapa sawit yang diberi pupuk organik untuk
meningkatkan keefektifan pupuk NPK dapat mempengaruhi tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, luas daun, dan kandungan klofil. Aplikasi pupuk
organik 3:6 dapat menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit setara dengan
pemberian pupuk NPK mulai dosis 127.5-382.5 g per tanaman tanpa pupuk
organik. Oleh karena itu, pemberian pupuk oragnik 3:6 dapat mensubtitusi pupuk
NPK untuk bibit kelapa sawit.
Zat Pengatur Tumbuh Auksin

Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang


khususnya merangsang perpanjangan sel. Asam indolasetat merupakan jenis auksin
alami yang pertama kali dipisahkan dan diindentifikasi pada suatu jenis tanaman.
Secara fisiologi auksin pada tanaman memiliki fungsi untuk mempercepat
pertumbuhan akar, mendorong perpanjangan dan pengembangan sel, fototropisme,
dan mempercepat perkecambahan, serta dominasi apikal auksin dapat berefek pada
perkembangan kuncup samping (Gardner et al. 2008).
Salah satu contoh merek dagang dari zat pengatur tumbuh auksin yang
beredar di pasaran adalah Hydrasil. Hydrasil berbentuk cair, berwarna hijau, dan
larut dalam air. Komponen utama dari Hydrasil adalah 2,4-D dilengkapi dengan
unsur-unsur makro seperti N, P, dan K, serta unsur-unsur mikro seperti S, B, Fe,
Cu, Mn, Mo dan Zn. 2,4-D merupakan salah satu turunan auksin yang sangat kuat
pengaruhnya. Pada konsentrasi tertentu 2,4-D dapat berperan sebagai herbisida,
tetapi dengan konsentrasi sesuai anjuran dapat menjadi zat pengatur tumbuh
tanaman (Agustini 1989).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor


Cikabayan, Dramaga, Bogor, mulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2015.
5

Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan
jenis tanah Latosol.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 80 tanaman


cengkih (Syzygium aromaticum) tipe Zanzibar yang berumur 4.5 tahun, pupuk
organik berupa pupuk kandang sapi, dan auksin dengan merk dagang Hydrasil
yang mengandung 2.4-D, dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl) sebagai pupuk
dasar dengan dosis Urea 400 g per pohon per tahun, SP-36 250 g per pohon per
tahun, KCl 200 g per pohon per tahun (Puslitbangbun 2007). Sedangkan untuk
pengendalian dan pencegahan rayap digunakan termitisida dengan kandungan
bahan aktif Methidathion dengan konsentrasi 1%, volume semprot per tanaman
200 ml.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu peralatan budidaya
tanaman secara umum, peralatan pendukung, dan peralatan khusus yang digunakan
yaitu knapsack sprayer untuk pemberian Hydrasil, gelas ukur, meteran, dan
jangka sorong untuk mengukur diameter batang tanaman.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design)


dengan perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu pemberian Hydrasil sebagai petak
utama dan pupuk kandang sapi sebagai anak petak. Pemberian Hydrasil terdiri
atas empat konsentrasi, yaitu 0 ml l-1(A1), 1.5 ml l-1(A2) , 2.0 ml l-1(A3), 2.5 ml
l-1(A4). Pemberian pupuk kandang sapi terdiri atas lima dosis yaitu 0 kg/pohon (P1),
2.5 kg/pohon (P2), 5 kg/pohon (P3), 7.5 kg/pohon (P4), 10 kg/pohon (P5). Dengan
demikian terdapat 20 kombinasi perlakuan, tiap kombinasi perlakuan diulang 4
kali sehingga terdapat 80 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri atas
satu tanaman, sehingga diperoleh tanaman sebanyak 80 pohon dengan umur
tanaman 4.5 tahun. Jarak tanam tanaman cengkih yang digunakan yaitu 8 m x 8 m.
Bagan acak perlakuan tercantum pada Lampiran 1.
Analisis statistika yang digunakan adalah sidik peragam dengan model
rancangan petak terbagi sebagai berikut :

Yijk = + Ui + Aj + ij + Pk + (AP)jk +  (Xijk -x)+ ijk


Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan (respon) dari ulangan ke-i, konsentrasi Hydrasil ke-j,
dan dosis pupuk organik ke-k
 rataan umum
Ui = pengaruh ulangan ke-i, (i = 1, 2, 3, 4)
Aj = pengaruh konsentrasi Hydrasil ke-j (j = 1, 2, 3,4)
ij = pengaruh galat pada ulangan ke-i dan perlakuan konsentrasi Hydrasil
ke-j
Pk = pengaruh dosis pupuk kandang sapi ke-k, (k = 1, 2, 3, 4, 5)
(AP)jk = pengaruh interaksi antara perlakuan pemberian konsentrasi Hydrasil
ke-j dan dosis pupuk kandang sapi ke-k
 = koefisien peragam untuk peubah X dari ulangan ke-i, konsentrasi
6

Hydrasil ke-j, dan dosis pupuk kandang sapi ke-k


Xijk = peubah peragam dari ulangan ke-i, konsentrasi Hydrasil ke-j, dan
dosis pupuk kandang sapi ke-k
x = rataan dari peubah Xijk
ijk = pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, konsentrasi Hydrasil ke-j,
dan dosisn pupuk kandang sapi ke-k

Apabila hasil sidik peragam menunjukkan pengaruh nyata pada uji F taraf
 5 %, dilanjutkan dengan Uji Selang Berganda Duncan (Duncan Multiple Range
test/DMRT) dan untuk mengetahui konsentrasi Hydrasil dan dosis pupuk organik
yang optimum dilakukan uji regresi.

Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan percobaan diawali dengan penyulaman tanaman yang telah


mati dan pembersihan gulma pada piringan tanaman cengkih. Pembersihan gulma
dilakukan pada jarak satu meter dari tanaman cengkih, agar piringan tanaman bebas
dari serangan gulma. Setelah selesai melakukan pembersihan gulma dilakukan
pendataan jumlah tanaman yang mati untuk dilakukan penyulaman kembali, hal
ini untuk memastikan tanaman dalam satuan percobaan dalam kondisi hidup.
Pemberian pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dilakukan untuk memberikan
rangsangan terhadap kebutuhan hara pada tanaman percobaan, dengan dosis Urea
400 g/pohon/tahun, SP-36 250 g/pohon/tahun, KCl 200 g/pohon/tahun
(Puslitbangbun 2007). Perlakuan pemberian pupuk organik dilakukan pada
piringan tanaman dengan dosis sesuai perlakuan dan diberikan seluruhnya pada
saat penyemprotan Hydrasil pertama pada awal mulai penelitian. Penyemprotan
Hydrasil selanjutnya dilakukan satu bulan sekali selama lima bulan penelitian.
Pemeliharaan cengkih di lapangan meliputi penyiraman, penyiangan gulma
dan penyemprotan termitisida untuk mencegah serangan rayap (Coptotermes sp.)
sesuai dengan konsentrasi dan dosis yang dianjurkan. Penyiangan gulma
dilakukan dua minggu sekali dan penyemprotan termitisida diberikan satu kali
setiap bulan selama lima bulan penelitian.

Pengamatan

Pengamatan pada tanaman cengkih mulai dilakukan pada saat sebelum


perlakuan terhadap peubah-peubah pertumbuhan. Peubah pertumbuhan yang
diamati berupa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan diameter tajuk.
Pengamatan selanjutnya dilakukan satu bulan sekali selama lima bulan penelitian.
Tanaman contoh yang digunakan adalah satu tanaman per satuan percobaan,
sehingga total keseluruhan tanaman yang diamati adalah 80 tanaman. Tinggi
tanaman diukur tiga cm dari permukaan tanah sampai batas titik tumbuh, diameter
batang diukur tiga cm dari permukaan tanah menggunakan jangka sorong, jumlah
cabang dihitung dengan menghitung seluruh cabang tanaman yang minimal
memiliki satu pasang daun sempurna, dan diameter tajuk dihitung dari rata-rata
pengukuran cabang terpanjang pada ujung sisi kiri kanan tajuk.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum
Pendataan jumlah tanaman yang mati di lapangan dilakukan pada bulan
Februari untuk dilakukan penyulaman. Jumlah tanaman yang mati dan harus disulam
berjumlah 34 tanaman. Tanaman yang mati disulam pada bulan Februari dan
pengamatan awal dimulai 3 minggu setelah penyulaman. Pada bulan Maret, jumlah
satuan percobaan dipastikan berjumlah 80 satuan percobaan dan dipastikan keadaan
di lapangan dalam kondisi hidup, sehingga pada bulan Maret dapat dilakukan
pengambilan data awal. Pengambilan data awal dilakukan sebagai data acuan pada
pengamatan selanjutnya. Kondisi iklim pada awal bulan Maret sampai Agustus
mengalami perubahan cuaca yang signifikan. Berdasarkan data dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2015) curah hujan pada bulan Maret sampai
Mei tergolong bulan basah, sedangkan curah hujan pada bulan Juni tergolong bulan
lembab dan curah hujan pada bulan Juli tergolong bulan kering, serta bulan Agustus
tergolong bulan basah, menurut klasfikasi iklim Schmidth-Ferguson (Lampiran 2).
Menurut Ruhnayat dan Dhalimi (1997) batas optimal curah hujan untuk pertumbuhan
cengkih yang baik adalah 80 mm per bulan atau tergolong bulan lembab. Pada bulan
Juni curah hujan yang terjadi di lapangan tergolong bulan lembab (90 mm),
sedangkan pada bulan Juli tergolong bulan kering (1.6 mm). Hal ini mengurangi
pertumbuhan tanaman cengkih dan juga dapat menyebabkan tanaman cengkih mati.
Pada bulan pertama sampai kelima selama penelitian, banyak tanaman
cengkih di lapangan mati yang disebabkan oleh serangan rayap (Coptotermes sp).
Tanaman cengkih yang diserang rayap menunjukkan gejala layu, daun mengering
tapi tidak rontok dan bila digali sampai 15 cm di bawah permukaan tanah tampak
perakaran rusak bekas rayap. Pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi
serangan rayap pada tanaman cengkih dilakukan penyemprotan termitisida dengan
konsentrasi 10 ml l-1 dan volume semprot 0.375 l per tanaman. Penyemprotan
dilakukan setiap bulan selama lima bulan penelitian. Serangan rayap selama
penelitian menyebabkan kematian tanaman cengkih sebesar 18.75% dari total populasi
tanaman yang diamati (Gambar 1). Hasil uji analisis kandungan pupuk organik yang
digunakan tercantum pada Lampiran 3.

(a) (b) (c)

Gambar 1. Tanaman cengkih yang terserang rayap : (a) tanaman mati, (b) rayap yang digali dalam
tanah, (c) pengendalian rayap dengan penyemprotan termitisida
8

Sulistianingrum (2014) menyatakan tanaman cengkih mati sebanyak


17.5% dari populasi awal umumnya disebabkan oleh serangan rayap, sisanya
serangan sunburn dan teknik penanaman bibit cengkih di lapangan. Pada
penelitian (2015) tahun kedua tanaman cengkih mati di lapangan mencapai
32.5% atau meningkat 15% dari tahun sebelumnya.
Kutu-kutu daun merupakan hama yang menghisap makanan dari pucuk-
pucuk daun muda. Sulistianingrum (2014) menyatakan bahwa kutu-kutu pada daun
tanaman cengkih dapat mengeluarkan zat gula yang disenangi semut, sedangkan
sisa-sisa zat gula tersebut menempel pada daun yang dapat menimbulkan jelaga
pada daun. Menurut Wahyuno et al. (1997) jelaga daun yang berwarna abu-abu
kehitaman menutupi permukaan daun. Lapisan jelaga yang tebal warna hitam
melapisi atau menutupi tangkai daun dan ranting yang ada di sekitarnya
(Gambar 2).

(a) (b)
Gambar 2. Serangan kutu pada tanaman cengkih : (a) tergolong serangan ringan,
(b) tergolong serangan berat sampai tertutup pada pangkal daun

Penyebab lain kematian tanaman cengkih yaitu 5.00% tanaman cengkih


mati diakibatkan oleh sunburn dan 5.25% akibat teknik pemindahan tanaman bibit
cengkih dari polybag ke lubang tanam. Sebesar 3.50% tanaman mati akibat
kekeringan pada bulan Juli. Pertumbuhan tanaman cengkih berdasarkan distribusi
curah hujan selama percobaan tercantum pada Gambar 3 dan 4.

160,00
140,00
Tinggi tanaman (cm)

120,00
100,00 0 ml/l
80,00
1.5 ml/l
60,00
2 ml/l
40,00
2.5 ml/l
20,00
0,00
374 206 202 90 1.6 112.4
Maret April Mei Juni Juli Agustus

Gambar 3. Pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cengkih


pada berbagai konsentrasi Hydrasil
9

2,00
1,80

Diameter batang (cm)


1,60
1,40
1,20 0 ml/l
1,00
1.5 ml/l
0,80
0,60 2 ml/l
0,40 2.5 ml/l
0,20
0,00
374 206 202 90 1.6 112.4
Maret April Mei Juni Juli Agustus

Gambar 4. Pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman


cengkih pada berbagai konsentrasi Hydrasil

Respon Pertumbuhan Tanaman Cengkih terhadap Dosis Pupuk Organik


Hasil sidik peragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik tidak
berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pertumbuhan yang diamati. Tanaman
cengkih yang dipupuk dengan dosis pupuk organik 10 kg/tanaman secara
fisik lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk organik lainnya pada
pengamatan akhir penelitian (20 MSPP) (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan diameter
tajuk pada berbagai dosis pupuk organik pada 4-20 MSPP
Waktu pengamatan (MSPP)
Dosis Pupuk Organik (kg/tan)
0 4 8 12 16 20
………….Tinggi tanaman (cm)………
0 80.40 89.25 103.23 106.69 110.92 133.11
2.5 85.50 112.00 114.62 118.38 123.38 119.25
5.0 82.47 97.87 104.71 108.07 108.21 129.80
7.5 80.93 91.25 99.63 103.19 107.38 122.80
10.0 73.20 88.14 106.67 109.33 113.42 136.78
………….Diameter batang (cm)……….
0 0.65 0.79 0.94 1.00 1.05 1.45
2.5 0.75 1.00 1.13 1.21 1.29 1.26
5.0 0.77 0.95 1.00 1.09 1.17 1.57
7.5 0.72 0.86 0.97 1.03 1.09 1.40
10.0 0.62 0.85 1.05 1.10 0.99 1.50
…………Jumlah cabang (cabang)…………
0 10 11 14 15 15 18
2.5 11 14 16 17 16 16
5.0 11 12 14 15 15 17
7.5 12 13 15 15 15 17
10.0 12 13 14 15 14 17
…………Diameter tajuk (cm)…………
0 55.00 56.53 66.31 67.31 65.38 76.89
2.5 63.81 74.00 79.43 81.36 80.21 76.77
5.0 55.80 59.00 62.86 66.36 64.64 81.50
7.5 59.25 58.00 62.94 64.44 63.75 73.60
10.0 51.31 58.79 57.50 59.33 56.42 67.00
10

Diameter batang dan diameter tajuk yang dipupuk organik 5 kg/tanaman


secara fisik lebih lebar dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk organik
lainnya pada 20 MSPP. Pada 20 MSPP, tanaman cengkih percobaan banyak yang
mati akibat kekeringan. Jumlah cabang tanaman cengkih yang tidak diberi pupuk
organik secara fisik lebih banyak dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk
organik lainnya pada 20 MSPP (Tabel 1).

Tanggap Pertumbuhan Tanaman Cengkih terhadap Konsentrasi Hydrasil


Hasil sidik peragam menunjukkan bahwa konsentrasi Hydrasil
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 16 dan 20 MSPP dan diameter
batang pada 8 dan 16 MSPP, tetapi tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap
jumlah cabang dan diameter tajuk.
Konsentrasi Hydrasil 2 ml l-1 menghasilkan tanaman cengkih yang lebih
tinggi daripada kontrol, tetapi sama tingginya dengan konsentrasi Hydrasil
1.5 ml l-1 dan 2.5 ml l-1 pada 16 MSPP (Tabel 2, Gambar 5-6).
Konsentrasi Hydrasil 2 ml l-1 menghasilkan tanaman cengkih yang
diameter batangnya lebih besar daripada 0 ml l-1 dan 2.5 ml l-1, tetapi sama
besarnya dengan konsentrasi 1.5 ml l-1 pada 8 MSPP (Tabel 2, Gambar 7-8).

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan diameter
tajuk pada berbagai konsentrasi Hydrasil pada 4-20 MSPP
Konsentrasi Waktu pengamatan (MSPP)
Hydrasil (ml/l) 0 4 8 12 16 20
……….Tinggi tanaman (cm)………
0 67.06 81.50 88.00 93.31 98.88b 110.85c
ab
1.5 83.58 106.00 116.56 119.25 124.44 129.07b
2.0 84.95 102.50 115.47 117.82 121.47a 149.92a
2.5 85.74 93.75 101.89 105.16 105.37ab 121.73ab
………..Diameter batang (cm)……….
0 0.53 0.64 0.78c 0.86 0.95b 1.15
ab ab
1.5 0.78 1.02 1.10 1.17 1.23 1.33
a a
2.0 0.76 1.05 1.23 1.31 1.38 1.86
b c
2.5 0.74 0.87 0.94 1.00 0.94 1.42
……….Jumlah cabang (cabang)………
0 11 11 14 14 14 16
1.5 11 13 14 15 15 16
2.0 11 14 18 18 18 22
2.5 11 12 13 14 13 15
………..Diameter tajuk (cm)……..
0 45.15 51.60 54.00 55.81 56.25 64.46
1.5 59.85 65.00 67.13 68.81 69.06 71.50
2.0 62.55 67.72 72.06 74.72 73.89 90.69
2.5 60.84 61.45 69.26 70.89 65.26 75.09
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom dan peubah yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf = 5%
11

Pengaruh konsentrasi Hydrasil terhadap tinggi tanaman cengkih pada 16 dan


20 MSPP masing-masing ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6. Gambar 5 menunjukkan
hubungan linear antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil dengan
persamaan regresi Y = 101.9 + 6.264 x dengan R2 yaitu 4.5%. Gambar 6
menunjukkan hubungan linear antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil
dengan persamaan regresi Y = 110.3 + 10.45 x dengan R2 yaitu 9.0%.

Hydrasil

Gambar 5. Hubungan antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 16


MSPP

Hydrasil

Gambar 6. Hubungan antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 20


MSPP

Hubungan linear antara tinggi tanaman dan konsentrasi Hydrasil


menunjukkan bahwa pada percobaan ini konsentrasi Hydrasil sampai 2.5 ml l-1
masih dapat meningkatkan tinggi tanaman cengkih.
Pengaruh konsentrasi Hydrasil terhadap diameter batang tanaman
cengkih pada 8 dan 16 MSPP masing-masing ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8.
12

Gambar 7 menunjukkan hubungan linear antara diameter batang tanaman dan


konsentrasi Hydrasil dengan persamaan regresi Y = 0.8128 + 0.1226 x, dengan
R2 = 96. Gambar 8 menunjukkan hubungan linear antara diameter batang tanaman
cengkih dan konsentrasi Hydrasil dengan persamaan regresi Y = 1.006 +
0.06460x, dengan R2 = 2.32.

Hydrasil

Gambar 7. Hubungan antara diameter batang tanaman dan konsentrasi Hydrasil


pada 8 MSPP

Hydrasil

Gambar 8. Hubungan antara diameter batang tanaman dan konsentrasi Hydrasil


pada 16 MSPP

Hubungan linear antara diameter batang dan konsentrasi Hydrasil


menunjukkan bahwa pada percobaan ini konsentrasi Hydrasil sampai 2.5 ml l-1
masih dapat meningkatkan diameter batang tanaman cengkih.
13

Tanggap pertumbuhan tanaman cengkih terhadap pupuk organik dan


konsentrasi Hydrasil tidak berpengaruh nyata pada peubah pertumbuhan yang
diamati.

Pembahasan

Pengaruh Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Cengkih


Selama masa percobaan dari bulan Maret sampai Agustus, pemberian
pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan yang
diamati. Hasil analisis kandungan pupuk organik yang digunakan tercantum pada
Lampiran 3. Santosa (2003) menyatakan pemberian pupuk organik yang baik
dilakukan empat bulan sekali untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Selain itu,
menurut Hardjowigeno (2007) kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak
terlalu tinggi, tetapi pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti
permeabilitas tanah, porositas tanah, dan struktur tanah, serta daya tampung air dan
kation-kation dalam tanah. Salah satu kelemahan dari pupuk organik yaitu respon
tanaman terhadap pemberian pupuk organik berlangsung sangat lambat yang
diakibatkan unsur hara yang tersedia pada pupuk organik sangat lambat (slow
release).
Wachjar et al. (2002) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik
dengan dosis 4 g EMAS dan ½ dosis pupuk anorganik, 4 ml EM 4 dan ½ dosis
pupuk anorganik, 4 g OST dan ½ dosis pupuk anorganik, 20 ml larutan soils plus
dan ½ dosis pupuk anorganik meningkatkan tinggi tanaman kopi Robusta hanya
pada 1, 2, dan 3 Bulan Setelah Perlakuan (BSP) dari 6 BSP. Perlakuan tersebut
juga dapat meningkatkan diameter batang tanaman kopi Robusta pada 2 BSP.
Adanya bulan lembab dan bulan kering pada masa percobaan dapat juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman cengkih. Pada intensitas penyinaran
matahari yang tinggi disertai ketersediaan air bagi tanaman sangat sedikit, akan
menyebabkan terjadinya penguapan yang besar. Apabila tidak diimbangi oleh
penyerapan air dari tanah, maka tanaman akan akan mengalami cekaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu kekeringan yang terjadi
pada tanaman dapat menyebabkan sistem perakaran tanaman muda tidak
berkembang dan dangkal sehingga sulit untuk memanfaatkan air tanah yang
dalam (Ruhnayat dan Dhalimi 1997). Rata-rata nilai peubah pertumbuhan yang
diamati pada berbagai dosis pupuk organik umur 4 MSPP sampai 20 MSPP
tercantum pada Tabel 1.
Pemberian pupuk organik 2.5 kg/tanaman selama percobaan berlangsung
dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan kisaran 15-30% setiap 4 minggu. Hal
ini juga terjadi pada pemberian pupuk organik 5 kg/tanaman, 7.5 kg/tanaman, dan
10 kg/tanaman. Tanaman cengkih tanpa pemberian pupuk organik (kontrol) hanya
meningkatkan tinggi tanaman dengan kisaran 5-15% setiap 4 Minggu.

Pengaruh Hydrasil
Pertumbuhan tanaman cengkih dapat dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan
yang baik. Teknik pemeliharaan yang baik dapat berupa pembersihan gulma pada
piringan cengkih, pemupukan, penyiraman dan upaya peningkatan petumbuhan
tanaman cengkih dengan pemberian zat pengatur tumbuh (hormon) dari luar.
Menurut Agustini (1989) pemberian auksin dengan konsentrasi tertentu dapat
14

meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Pembelahan sel yang terus menurus


pada suatu tanaman dapat mengakibatkan peningkatan pada tinggi tanaman
tersebut.
Pada penelitian ini, pemberian Hydrasil pada berbagai konsentrasi
berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman
pada 16 MSPP dan 20 MSPP, dan diameter batang pada 8 MSPP dan 16 MSPP.
Menurut Dwiwarni (1989) konsentrasi auksin 2.5 ml l -1 dapat meningkatkan
pertumbuhan bibit cengkih sebesar 5% daripada kontrol. Pada tanaman cengkih di
lapangan dengan umur 4.5 tahun, konsentrasi Hydrasil 2.0 ml l-1 dapat
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan besar diameter batang tanaman
cengkih masing-masing 35% dan meningkatkan 45% dibandingkan kontrol (Tabel
2), tetapi tidak berbeda dengan pemberian Hydrasil 1.5 ml l-1 dan 2.5 ml l-1 pada
tinggi tanaman 16 MSPP, sedangkan pada 20 MSPP konsentrasi Hydrasil
2.0 ml l-1 dapat meningkatkan tinggi tanaman cengkih nyata lebih tinggi daripada
konsentrasi lainnya. Pada 8 MSPP konsentrasi Hydrasil 2.0 ml l -1 dapat
meningkatkan diameter batang tanaman cengkih 45% lebih besar daripada
kontrol, tetapi tidak berbeda dengan konsentrasi 1.5 ml l-1 dan 2.5 ml l-1. Diameter
batang pada 16 MSPP tertinggi dihasilkan oleh dengan konsentrasi Hydrasil 2.0
ml l-1 (Tabel 2).
Auksin memiliki fungsi mempercepat pertumbuhan akar, mendorong
perpanjangan dan pengembangan sel, fototropisme, dan mempercepat
perkecambahan, serta dominasi apical. Auksin dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kuncup samping (Gardner at el. 2008). Hydrasil merupakan salah
satu contoh merek dagang dari zat pengatur tumbuh yang beredar di pasaran.
Hydrasil berbentuk cair yang berwarna hijau, dan larut dalam air. Komponen
utama dari Hydrasil adalah 2,4-D yang dilengkapi dengan unsur-unsur makro
seperti N, P, dan K, serta unsur-unsur mikro seperti S, B, Fe, Cu, Mn, Mo dan Zn.
2,4-D merupakan salah satu turunan auksin yang sangat kuat pengaruhnya.
Pada konsentrasi tertentu 2,4-D dapat berperan sebagai herbisida, tetapi
dengan konsentrasi sesuai anjuran dapat menjadi zat pengatur tumbuh tanaman
(Agustini 1989). Pemberian konsentrasi 2.0 ml l-1 merupakan konsentrasi
terbaik terhadap peningkatan tinggi tanaman dan diameter batang (Tabel 2). Hal
ini karena sifat dari Hydrasil pada tanaman dengan konsentrasi dan waktu
pemberian yang tepat akan meningkatkan daya penetrasi Hydrasil ke dalam daun
melalui stomata. Pemberian Hydrasil dengan konsentrasi di atas 2.0 ml l-1 akan
memperlambat rata-rata tinggi tanaman cengkih.
Pemberian Hydrasil dua kali pada 21 HST dan 40 HST pada tanaman jagung
dengan konsentrasi 0.75 ml l-1 air dapat menaikkan hasil pipilan kering sebesar 13%
dan pemberian Hydrasil dengan konsentrasi 1.5 ml l-1 air menaikkan hasil pipilan
kering sebesar 15% (Bangun et al. 1983). Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi
Hydrasil di atas 2.0 ml l-1 dapat memperlambat pertumbuhan tinggi rata-rata sebesar
15% dan memperlambat rata-rata diameter batang sebesar 30-45% (Tabel 2).
15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dosis pupuk organik serta interaksi antara dosis pupuk organik dan
konsentrasi Hydrasil tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah vegetatif
yang diamati. Konsentrasi Hydrasil meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman
pada 16 MSPP dan 20 MSPP, meningkatkan diameter batang tanaman cengkih
pada 8 MSPP dan 16 MSPP. Konsentrasi Hydrasil 2.0 ml l -1 dapat
meningkatkan tinggi dan diameter batang tanaman cengkih dibandingkan
konsentrasi Hydrasil lainnya.

Saran

Perlu adanya penambahan dosis pupuk organik dan penambahan lama


waktu penelitian pada penelitian masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini S. 1989. Pemberian berbagai taraf konsentrasi hydrasil pada dua tipe
jagung (Zae mays L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Balitbangtan] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009.
Mengenal
Tanaman Perkebunan di Lingkungan Sekitar. Jakarta (ID): Balitbangtan. [Balitan]
Balai Penelitian Tanah. 2014. Laporan Hasil Pengujian Tanah.
Bogor(ID) : Balitan.
[Balittri] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. 2010.
Pedoman Seleksi Blok Penghasil Tinggi dan Pohon Induk : Cengkih.
Sukabumi (ID): Balittri.
[Balittro] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1997. Monogrof Tanaman
Cengkih. Bogor(ID): Balittro.
Bangun P, Pane H, Partasasmita. 1983. Pengaruh perangsang tumbuhan hydrasil
pada tanaman jagung dan kedelai. Kelti Agronomi. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor 1-10.
[BMKG] Badan Meteorlogi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Stasiun
Dramaga. Bogor(ID) : BMKG.
[Ditjetbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.2014. Statistik Perkebunan Indonesia
2013-2015: Cengkih. Jakarta (ID): Ditjenbun.
Dwiwarni I. 1989. Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan
bibit cengkih. Pembr. Litri. 14(4): 126-129.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
S, Subiyanto, editor. Jakarta(ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology of
Crop Plants. The Lowa State University Press.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu tanah. Jakarta(ID): Akademika Pressindo.
[Puslitbangbun] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2007. Cengkih:
Budidaya Pendukung Tipe Unggul. Bogor (ID): Puslitbangbun.
16

Randriani E, Syafaruddin. 2011. keragaan pohon cengkih terpilih tipe Zanzibar dan
siputih Palabuhanratu. Bul RISTI. 2(3): 405-410.
Ruhnayat A, Wahid P. 1997. Aspek iklim terhadap pertumbuhan, pembungaan, dan
produksi cengkih. Balittro. Monograf-2 : 44-49.
Ruhnayat A, Dhalimi A. 1997. Fluktuasi hasil cengkih. Balittro. Monograf-2 : 50-
54.
Santosa E. 2003. Pengaruh jenis pupuk organik dan mulsa terhadap pertumbuhan
tanaman lidah buaya (Aloe vera Mill). Bul Agron. 2(1) : 120-125.
Sari VI. 2013. Peran pupuk organik dalam meningkatkan efektivitas pupuk NPK
pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pembibitan utama [tesis].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sulistianingrum R. 2014. Pertumbuhan tanaman cengkih (Syzygium aromaticum
(L.) Merr Perr) belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan
intensitas naungan [skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sutedjo MM. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Wachjar A, Setiadi Y, Mardhikanto L W. 2002. Pengaruh pupuk
organik dan intensitas naungan terhadap pertumbuhan bibit kopi
robusta (Coffe canephora Pierre ex Froehner). Bul Agron. 30(1): 6-11.
Wachjar A, Kadarisman L. 2007. Pengaruh kombinasi pupuk organik cair dan
pupuk anorganik serta frekuensi aplikasinya terhadap pertumbuhan tanaman
kakao (Theobroma cacao L.) belum menghasilkan. Bul Agron. 35(3):
212-216.
Wahyuno D, Tombe M, Asman A. 1997. Penyakit lainnya pada tanaman cengkeh
dan usaha penanggulangannya. Balittro. Monograf-2 : 84-89.
17

LAMPIRAN
18
Lampiran 1. Bagan acak perlakuan

II IV
A3 P2 A3 P4 A3 P5 A3 P1 A3 P3 A4 P1 A4 P4 A4 P5 A4 P2 A4 P3
A1 P5 A1 P4 A1 P1 A1 P3 A1 P2 A2 P2 A2 P3 A2 P4 A2 P1 A2 P5
A2 P5 A2 P1 A2 P3 A2 P2 A2 P4 A1 P5 A1 P2 A1 P3 A1 P4 A1 P1
A4 P1 A4 P3 A4 P2 A4 P4 A4 P5 A3 P4 A3 P1 A3 P5 A3 P3 A3 P2

I III
A1 P4 A1 P5 A1 P2 A1 P3 A1 P1 A2 P2 A2 P3 A2 P5 A2 P1 A2 P4
A4 P5 A4 P3 A4 P1 A4 P2 A4 P4 A3 P4 A3 P1 A3 P5 A3 P3 A3 P2
A3 P2 A3 P1 A3 P3 A3 P4 A3 P5 A4 P1 A4 P2 A4 P3 A4 P4 A4 P5
A2 P3 A2 P2 A2 P4 A2 P1 A2 P5 A1 P5 A1 P4 A1 P1 A1 P2 A1 P3

Lampiran 2. Kondisi iklim di lokasi penelitian pada bulan Februari – Agustus 2015

Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor


Lintang : 06°31’ LS
Bujur : 106°44’ BT
Elevasi : 220 m di atas permukaan laut
Bulan : Maret sampai Agustus 2015

Bulan Curah hujan Suhu Kelembaban udara


(mm/bulan) ( ˚C ) (%)
Maret 374 25 88
April 206 25.6 85
Mei 202 25.8 86
Juni 90 26.2 79
Juli 1.6 26.1 74
Agustus 112.4 26.2 75.0
Rata-rata 218 25 82.40
Sumber : BMKG (2015)
19

Lampiran 3. Hasil uji analisis kandungan pupuk organik yang digunakan

No. Parameter Hasil Pengukuran


1. pH H2O 6.8
2. C-Organik (%) 14.26
3. N-Total (%) 0.71
4. C/N Rasio (%) 20.1
5. P2O5 (%) 2.76
6. CaO (%) 0.68
7. MgO (%) 0.94
8. K2O (%) 2.87
9. Cu (ppm) 106.2
10. Zn (ppm) 118.6
11. Mn (ppm) 84.3
12. Fe (ppm) 147.2
13. Pb (ppm) 0.3
14. Cd (ppm) 0.1
15. Co (ppm) Ttd
16. Mo (ppm) Ttd
17. B (ppm) 57.1
18. Hg (ppb) Ttd
19. As (ppb) Ttd
20. Bahan ikutan (krikil, beling, plastik) (%) 0.6
21. Ukuran butiran (2-5 mm) (%) 94.8
22. Kadar air (%) 11.36
Sumber : Balitan (2014)
20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan pada tanggal 24 April 1992 dari ayah
Misnadin dan Ibu Kiptiyah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun
1999 penulis lulus dari TK Al-Waroqot, tahun 2005 penulis lulus dari SDN Plakpak
VII, tahun 2008 penulis lulus dari SMPN 2 Pegantenan dan pada tahun 2011 penulis
lulus dari SMA Negeri 3 Pamekasan sekaligus pada tahun yang sama, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata
kuliah Ilmu Tanaman Pangan pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016, asisten
praktikum mata kuliah Rancangan Percobaan pada tahun ajaran 2014/2015, dan
asisten praktikum mata pelajaran Teknik Budidaya Tanaman tahun ajaran
2014/205, serta asisten mata pelajaran Ilmu Tanaman Perkebunan tahun ajaran
2014/2015. Penulis juga aktif mengajar mata pelajaran IPA Terpadu, Matematika,
Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris SD, SMP dan SMA di bimbingan belajar
Privat. Penulis pernah aktif sebagai Bendahara umum DPM Fakultas Pertanian
tahun 2012/2013. Selama kuliah 4 tahun di Institut Pertanian Bogor, penulis
menerima Beasiswa Bidik Misi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Penulis pernah melakukan IPB goes to field ke daerah Lampung Barat,
tepatnya kota Liwa untuk memperkenalkan Cyber attetion pada petani daerah Liwa.
Selain itu, penulis juga pernah menjadi juri pada kompetisi acara Roket Air yang
dinaungi oleh Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Penulis juga s
menpublikasikan karya ilmiahnya yang berjudul Development of Effic
Procedure for Sample Storage and Extraction of DNA Cassava (Manihot esculenta
Crantz) pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai