Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI FOSFOR

TERADAP PERTUMBUHAN Brassica rapa var parachinensis


PADA HIDROPONIK SUPER MINI
Fita Mutiah1, Entin Daningsih2, Yokhebed2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak
Jl. Prof. H. Hadari Nawawi Pontianak
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan
Email: fita.mutiah@gmail.com

Abstract
This study aimed to know the difference of Brassica rapa var parachinensis growth
influenced by the difference of phosphorus concentration. The method used in this
study was a completely randomized design (CRD) with three different concentrations
of phosphorus. There are treatment I (AB mix/as control), treatment II (AB mix +
12.6 grams sp-36), and treatment III (ab mix + 16,2 grams sp-36). The data were
analyzed by ANOVA using model of CRD on the growth of Brassica rapa var
parachinensis. The result of ANOVA analysis and duncan's test showed that the
difference in phosphorus concentration significantly affect leaf number, plant height,
root length, fresh weight, and dry weight. Mean separation test using Duncan’s at
α=5% indicated that treatment III produced higher number of leaf number, plant
height, root length, fresh weight, and dry weight than those of treatment I and
treatment II. And treatment II tend to have worse than both of treatment.

Key words: Super Mini Hydroponic, Brassica rapa var parachinensis, Phosphorus,
Growth, AB Mix

Tanaman sawi merupakan suatu rumah tangga. Hidroponik sendiri


jenis tanaman sayur sayuran yang telah berasal dari kata hidro yang berarti air
dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. dan ponus yang berarti daya. Dengan
Pengolahan yang tergolong mudah serta demikian, hidroponik dapat diartikan
banyak dijual di pasaran. Sawi terdiri memberdayakan air. Ada juga yang
dari beberapa jenis tanaman, yakni sawi mendefinisikan hidroponik sebagai
putih, sawi hijau dan sawi huma. Salah soilless culture atau budidaya tanpa
satu jenis sawi yang banyak dikonsumsi tanah (Karsono, dkk., 2002).
adalah sawi hijau (Brassica rapa var Hidroponik memiliki berbagai
parachinensis). macam sistem/teknik yang dapat
Tumbuhan sawi hijau (Brassica digunakan, salah satunya adalah NFT
rapa var parachinensis) akan dijadikan (Nutrient film technique). NFT
sebagai bahan uji untuk keberhasilan merupakan model budidaya hidroponik
pengembangan hidroponik super mini. dengan memanfaatkan lapisan air
Sawi hijau memiliki usia yang relatif dangkal sebagai tempat tumbuhnya akar
singkat (20-30 hari), ukuran tidak terlalu tanaman. Air tersebut bersirkulasi dan
besar, dan organ vegetatif yang juga mengandung nutrisi sesuai kebutuhan
mudah diamati. tanaman. Nutrisi dibentuk serupa lapisan
Penggunaan hidroponik sebagai film yang tipis dan secara konstan
media tanam telah banyak dilakukan. mengairi akar dengan tebal lapisan
Baik itu untuk produksi masal atau larutan hara sekitar 3-4 mm.
produksi untuk pemeuhan kebutuhan

1
Sistem ini dapat dijalankan Energi diperoleh dari fotosintesis dan
selama 24 jam/hari, tetapi dapat juga metabolisme karbohidrat yang disimpan
dijalankan secara terputus-putus dan dalam campuran fosfat untuk digunakan
berseling (intermitend) antara on dan off dalam proses-proses pertumbuhan dan
asalkan waktu off-nya cukup singkat, produksi. Tanpa fosfor, proses-proses
maksimum 10 menit sehingga tanaman tersebut tidak dapat berlangsung (Liferdi,
tidak sempat layu karena sudah tersiram 2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti
air lagi (Lingga, 2007). tertarik untuk merancang, membuat,
Dalam hidroponik, faktor luar menguji, “Perbedaan Konsentrasi Fosfor
merupakan faktor yang dapat dikontrol Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau pada
keberadaannya. Seperti halnya unsur Hidroponik Super Mini”.
hara atau nutrisi. Unsur hara diperlukan
sebagai bahan makanan untuk men- METODE PENELITIAN
dukung kelangsungan hidup tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan pada
Pada penelitian ini, unsur hara dipilih bulan Juli-Agustus 2016 di green house.
sebagai aspek yang akan diamati Alat yang digunakan dalam perakitan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Hal hidroponik mini antara lain gunting,
ini karena unsur hara lebih mudah untuk benang, kuas, palu, paku, gergaji,
dikontrol dosis pemberiannya. penggaris, ember/bak, solder, pompa air
Unsur hara pada penelitian ini akuarium, pH meter, klorofil meter, neraca
menggunakan komposisi pupuk kimia analitik, lux meter, dan termometer.
urea, KCl, SP-36, dan gandasil B yang Adapun bahan yang digunakan berupa
mengacu pada dosis pupuk penelitian kayu, busa, cat minyak, botol plastik
yang dilakukan oleh Sari (2014). Namun berukuran 500 ml, selang, paralon,
setelah dilakukan pelaksanaan kegiatan sambungan paralon berbentuk L, karet ban,
penelitian, pupuk buatan sendiri dengan nutrisi (AB mix dan SP-36) dan air.
komposisi yang mengacu pada Sari (2014) Metode penelitian yang
hanya dapat digunakan sebagai nutrisi digunakan dalam penelitian ini yaitu
praktikum pertumbuhan saja. Oleh sebab metode eksperimen. Metode penelitian
itu, peneliti menggunakan pupuk tambahan eksperimen dapat diartikan sebagai
AB mix dalam usaha untuk memproduksi metode penelitian yang digunakan untuk
sawi hijau. Keberadaan pupuk tersebut di mencari pengaruh perlakuan tertentu
daerah Pontianak masih langka. Meskipun terhadap yang lain dalam kondisi yang
begitu, pupuk AB mix dapat ditemukan terkendalikan (Sugiyono, 2015). Data
penjualannya di komunitas hidroponik yang diperoleh berupa data jumlah daun,
Pontianak. tinggi tanaman, panjang akar, kadar
Nutrisi AB mix mengandung 16 klorofil, berat basah, dan berat kering
unsur hara esensial yang diperlukan oleh dianalisis dengan menggunakan Analisa
tanaman. Terdapat 6 unsur esensial makro, of Varians (ANOVA) model RAL.
yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S. Dan tedapat Uji coba hidroponik menggunakan
10 unsur esensial mikro yang diperlukan, 3 perlakuan, yaitu perlakuan I (AB mix),
yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, perlakuan II (AB mix + 12,6 g Sp-36/18 l),
dan Co (Agustina dalam Sesanti, 2016). dan perlakuan III (AB mix + 16,2 g Sp-
Pupuk dengan kombinasi urea, 36/18 l). Masing-masing perlakuan
KCl, SP-36, dan gandasil B maupun diulangi sebanyak 10 kali ditambah 10
pupuk AB mix memiliki unsur fosfor tanaman cadangan untuk masing-masing
yang dibutuhkan tanaman. Fosfor dapat perlakuan sehingga total sawi hijau yang
dikatakan sebagai salah satu kunci ditanam sebanyak 60 tanaman.
kehidupan, karena fungsinya yang Apabila dalam ANOVA diperoleh
sangat sentral dalam proses kehidupan. hasil yang berpengaruh nyata, analisis

2
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata dengan model RAL yang diikuti oleh uji
Duncan’s pada taraf 5%. Pengujian beda nyata Duncan’s pada α = 5% bila
statistik menggunakan SAS versi 6.12 ada signifikan antar perlakuan.

HASIL & PEMBAHASAN

Gambar 1. Rakitan Hidroponik Super Mini

Keterangan:
1. Selang untuk mengalirkan hara dari wadah penampung ke botol
2. Sawi hijau
3. Pipa untuk mengalirkan hara dari botol ke botol lainnya
4. Botol plastik ukuran 0,5 L
5. Pipa untuk mengalirkan hara dari botol ke wadah penampungan
6. Penyangga botol
7. Wadah penampungan larutan hara
Hasil uji ANOVA penelitian ini perlakuan 16,2 g (III) cenderung lebih
adalah sebagai berikut. tinggi secara nyata dibandingkan dengan
jumlah daun sawi hijau dengan
Jumlah Daun perlakuan kontrol (I) dan perlakuan 12,6
Berdasarkan analisis Duncan’s g (II).
diketahui bahwa jumlah daun tanaman

P=0,6120 P=0,5630 P=0,0935 P=0,2874 P=0,0405 P=0,1566 P=0,6024 P=0,0599 P=0,0003


5.7
5.2

6
4.8
4.6
4.5

4.5

4.4
4.3
4.2

4.4
3.9
3.9

5
3.8
Rata-rata

4
3.3
3.3

3.3

4
2.7
2.5
3

3
1.9

3
1.8
1.7
1.1
1.1

2
1

1
0
8 11 14 17 20 23 26 29 31
Hari setelah transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 1. Perubahan Jumlah Daun Sawi Hijau

Hasil uji ANOVA menunjukkan berbeda secara nyata terhadap jumlah


bahwa perbedaan konsentrasi fosfor daun pada hari ke-20 dan ke-31 dimana

3
nilai P>0,0005 menunjukkan tidak adanya hijau daun berfungsi menyerap cahaya
perbedaan nyata diantara perlakuan saat sebagai sumber energi dalam fotosintesis
diuji pada α = 5%. Jumlah daun (Campbell, 2008). Pengukuran intensitas
mengalami perubahan namun tidak warna hijau daun dapat mencerminkan
secara nyata dapat dikarenakan belum kandungan klorofil dalam daun.
tentu terjadi pertambahan jumlah daun
dalam 3 hari pengukuran. Selain itu, Tinggi Tanaman
daun tua yang telah gugur juga Berdasarkan uji ANOVA
mengurangi jumlah daun sawi hijau. perbedaan konsentrasi fosfor berpengaruh
Pengukuran jumlah daun sangat secara nyata terhadap tinggi tanaman
penting karena daun merupakan organ sawi hijau pada hari ke-17 dan ke-31
penting tumbuhan yang berperan dalam setelah transfer dimana nilai P>0,0005
proses fotosintesis. Proses fotosintesis menunjukkan tidak adanya perbedaan
pada daun merupakan bagian penting nyata diantara perlakuan saat diuji pada α
selama masa tumbuh suatu tanaman. = 5%.. Hasil uji beda nyata Duncan’s
Fotosintesis menghasilkan makanan menunjukkan bahwa tinggi tanaman
yang dibutukan selama masa hidup pada perlakuan 16,2 g (III) lebih tinggi
tanaamn. Proses ini dapat terjadi karena secara nyata dibandingkan dengan
pada bagian mesofil daun banyak perlakuan kontrol (I) dan perlakuan 12,6
ditemukan kloroplas yang mengandung g (II).
klorofil. Klorofil yang merupakan pigmen

P=0,0001 P=0,0001
P=0,0001

25.12
30

22.53

21.67
P=0,0001 P=0,0001 P=0,0001 P=0,0001

20.56
P=0,7078 P=0,0007
19.81

25 19.29
18.23
17.41

16.94
15.96
Rata-rata (cm)

15.28
15.16
13.14

20
14.2
12.24
12.3
11.62
9.85

15
9.23
8.22
9.5
6.96
7.09
6.06

10
3.52
3.54
3.8

5
0
8 11 14 17 20 23 26 29 31
Hari setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 2. Perubahan Tinggi Tanaman Sawi Hijau

Sesuai dengan yang diungkapkan Namun, pada penelitian ini fosfor


Kasno (2009), tinggi tanaman jagung pada perlakuan II (12,6 g) memiliki tinggi
pada pemupukan SP-36 nyata lebih tinggi tanaman yang lebih rendah dari perlakuan I
disbandingkan dengan tinggi tanaman pada (kontrol) dan perlakuan (III). Sedangkan
pemupukan P-alam Tunisia. Hal ini diketahui bahwa fosfor pada perlakuan I
disebabkan kelarutan hara P dalam air tidak mengalami penambahan. Oleh sebab
pupuk SP-36 jauh lebih tinggi itu, diperlukan penelitian lebih lanjut
dibandingkan dengan P-alam Tunisia. tengang dosis pupuk yang baik digunakan
Dengan demikian, fosfor dapat digunakan untuk meningkatkan tinggi tanaman sawi
sebagai pupuk yang dapat meningatkan hijau.
evektifitas peningkatan tinggi tanaman.

4
Panjang Akar tidak adanya perbedaan nyata diantara
Berdasarkan uji ANOVA perlakuan saat diuji pada α = 5%.. Uji
diperoleh hasil bahwa perbedaan beda nyata Duncan’s menunjukkan bahwa
konsentrasi fosfor berpengaruh nyata akar tanaman pada perlakuan 16,2 g (III)
terhadap panjang akar pada hari ke-17 lebih tinggi secara nyata dibandingkan
sampai hari ke-31 setelah transfer dengan perlakuan kontrol (I) dan
dimana nilai P>0,0005 menunjukkan perlakuan 12,6 g (II).

P=0,0086 P =0,0011 P=0,0001 P=0,0001 P=0,0006 P=0,0052 P=0,0096 P=0,0415 P =0,0322

13.15
12.28
11.17
10.58
14

10.42
10.31
9.93
9.48
9.34
12

8.83
8.69
7.77
7.72

7.71
10

6.42
6.03
5.84
Rata-Rata (Cm)

8
4.79
4.65
3.59

3.50

6
2.93
2.03
1.78
1.76

4
0.92
0.08

2
0
8 11 14 17 20 23 26 29 31
Hari setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 3. Perubahan Panjang Akar Sawi Hijau

Adapun perbedaan panjang akar sawi hijau dengan tiga perbedaan konsentrasi
fosfor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Panjang Akar Sawi Hijau


Hari Perlakuan
Setelah
Kontrol (AB mix) AB mix + 12,6 g SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Transfer
29

Hasil tersebut didukung oleh ATP. Energi diperoleh dari fotosintesis


pendapat Liferdi (2010) dimana fosfor dan metabolisme karbohidrat yang
(P) dapat dikatakan sebagai salah satu disimpan dalam campuran fosfat untuk
kunci kehidupan. Fungsi utama fosfor digunakan dalam proses-proses pertum-
dalam tanaman adalah menyimpan dan buhan dan produksi. Tanpa P, proses-
mentransfer energi dalam bentuk ADP dan proses tersebut tidak dapat berlangsung.

5
Pertumbuhan akar akan men- mempengaruhi serapan tanaman terhadap
dorong peningkatan jumlah unsur hara N. Nitrogen akan meningkatkan partum-
yang dapat diserap oleh tanaman dan buhan dan perkembangan akar sehingga
digunakan untuk proses metabolisme. tanaman mampu menyerap P lebih efektif
Unsur hara yang cukup akan menunjang dan selain itu, N juga merupakan penyusun
pertumbuhan organ tanaman, termasuk utama enzim phosphatase yang terlibat
jumlah daun dan tinggi tanaman. dalam proses mineralisasi P di tanah
Lingga (2007) menyatakan bahwa (Wang et al, 2007; Horner, 2008 dalam
pertumbuhan ujung akar dan pembentu- Fahmi, 2010). Penambahan fosfor dapat
kan bulu-bulu akar akan terhenti serta meningkatkan serapan N yang akan
bagian yang telah terbentuk akan mati meningkatkan pertumbuhan dan per-
dan berwarna coklat jika unsur Ca tidak kembangan akar tanaman.
terpenuhi. Sistem perakaran tanaman Respons pemberian P lebih
pada penelitian ini menunjukkan gejala terlihat pada parameter tinggi tanaman,
yang serupa, yaitu bagian akar berubah jumlah cabang, dan jumlah daun
warna menjadi kecoklatan mulai pada dibandingkan dengan diameter batang.
hari ke-23 setelah transfer. Perlakuan 50 ppm P signifikan mening-
Namun, tumbuh rambut-rambut katkan tinggi tanaman, jumlah cabang,
akar di perakaran sawi hijau pada tiap dan jumlah daun lebih dari dua kali lipat
perlakuan. Rambut akar tanaman sawi daripada tanaman kontrol, sedangkan
hijau perlakuan 16,2 g (III) lebih banyak diameter batang relatif sama. Terjadinya
dibandingkan rambut akar tanaman sawi perbedaan respons tanaman terhadap
hijau pada perlakuan kontrol (I) dan pemberian P ini kemungkinan erat
perlakuan 12,6 g (II). Rambut akar baru kaitannya dengan peranan P dalam
banyak tumbuh didekat pangkal batang pembentukan sel baru pada jaringan
dengan jumlah lebih sedikit dan tidak yang sedang tumbuh (Liferdi, 2010).
terlalu panjang, namun lebih tebal dan Jumlah daun, kadar klorofil,
keras. Hal ini menunjukkan penambahan panjang akar dan tinggi tanaman yang
pupuk SP-36 menunjukan hasil positif merupakan parameter pertumbuhan dapat
yang terlihat dari pertumbuhan rambut direfleksikan dengan pertambahan berat
akar pada tanaman sawi hijau tersebut. basah pada tanaman. Kebutuhan akan
Hal ini didukung oleh pernyataan hara dan air berpengaruh pada berat
Embleton (dalam Liferdi, 2010), dimana basah tanaman sawi hijau. Berat basah
unsur hara fosfor pada masa vegetatif tanaman menunjukkan aktivitas meta-
sangat banyak dijumpai pada pusat-pusat bolisme tanaman dan nilai bobot segar
pertumbuhan karena unsur hara ini bersifat yang dipengaruhi oleh kadar air
mobile sehingga bila kekurangan fosfor jaringan, unsur hara dan hasil
maka unsur hara langsung ditranslokasikan metabolisme (Salisbury,1995).
pada bagian daun muda. Pemberian fosfor
yang berlebih akan menyebabkan akar Kadar Klorofil
tumbuh lebih panjang dan merayap lebih Berdasarkan hasil uji ANOVA
jauh ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
kesuburan akar tidak sepadan dengan fosfor berpengaruh secara nyata terhadap
kesuburan tanaman bagian atas dan kadar klorofil pada hari ke-16 sampai hari
menyebabkan tanaman mudah kekeringan. ke-31 setelah transfer dimana nilai
Adanya interaksi positif ini P>0,0005 menunjukkan tidak adanya
mempertegas bahwa ketersediaan N di perbedaan nyata diantara perlakuan saat
tanah sangat mempengaruhi serapan diuji pada α = 5%. Seperti halnya pada
tanaman ter-hadap P ataupun sebaliknya jumlah daun, hasil uji beda nyata Duncan’s
dimana ketersedian P di tanah akan juga menunjukkan bahwa kadar klorofil

6
pada perlakuan 16,2 g (III) lebih tinggi terhadap pembentukan klorofil antara
secara nyata dibandingkan dengan lain gen, cahaya, dan unsur N, Mg, Fe
perlakuan kontrol (I) dan perlakuan 12,6 sebagai pembentuk dan katalis dalam
g (II). Faktor-faktor yang berpengaruh sintesis klorofil.

37.32

36.63
36.71

36.10
38

36.13

36.16

35.66
34.60

34.69
37

34.14
33.66
33.53

36

33.52
33.36

32.56
35

32.29

31.84
31.63
34
Rata-Rata

33
32
31
30
29
28
16 19 22 25 28 31
Hari Setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 4. Perubahan Kadar Klorofil Tanaman Sawi Hijau

Peningkatan kadar klorofil yang Berat Basah dan Berat Kering


terjadi dapat menyebabkan peningkatan Pengukuran berat basah dan
fotosintesis. Fotosintesis sendiri merupakan kering hanya dilakukan pada hari ke-31
proses pembuatan makanan oleh tumbuhan setelah transfer karena penelitian meng-
hijau. Hal ini berarti peningkatan kadar gunakan sistem non-dekstruktif sehingga
klorofil dapat berpengaruh positif terhadap pengukuran berat kering hanya dilakukan
peningkatan pertumbuhan baik itu tinggi, di akhir pengamatan. Uji ANOVA menun-
daun, maupun akar tanaman sawi. jukkan bahwa perbedaan konsentrasi fosfor
Pernyataan ini didukung oleh diagram berpengaruh secara nyata terhadap berat
jumlah daun tanaman sawi hijau, tinggi basah batang dan daun, serta akar tanaman
tanaman, dan panjang akar yang me- sawi hijau pada hari ke-31 setelah transfer.
nunjukkan perlakuan dengan konsentrasi Uji beda nyata Duncan’s menunjukkan
fosfor perlakuan 16,2 g (III) lebih baik bahwa berat basah tanaman sawi hijau
secara nyata dibandingkan dengan pada perlakuan 16,2 g (III) lebih tinggi
perlakuan kontrol (I) maupun perlakuan secara nyata dibandingkan dengan per-
dengan tambahan fosfor 12,6 g (II). lakuan kontrol (I) dan perlakuan 12,6 g
Fosfor dapat dikatakan sebagai (II). Hal ini sebanding dengan analisis
salah satu kunci kehidupan, karena tentang jumlah daun, kadar klorofil,
fungsinya yang sangat sentral dalam panjang akar dan tinggi tanaman yang
proses kehidupan. Energi diperoleh dari menunjukkan bahwa perlakuan 16,2 g
fotosintesis dan metabolisme karbohidrat (III) lebih berpengaruh dibandingkan
yang disimpan dalam campuran fosfat dengan perlakuan kontrol (I) dan
untuk digunakan dalam proses-proses perlakuan 12,6 g (II).
pertumbuhan dan produksi. Tanpa fosfor,
proses-proses tersebut tidak dapat
berlangsung (Liferdi, 2010).

7
P=0,0001
20
15.86

Rata-rata (gr)
15 11.54 7.6
10
5
0
31
Hari setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 5. Berat Basah Batang dan Daun Tanaman Sawi Hijau

P=0,0001
1.5
1.2
1 0.84
Rata-rata (gr)

0.55
0.5
0
31
Hari setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 6. Berat Kering Batang dan Daun Tanaman Sawi Hijau

1.6
1.4 P=0,0001 1.35
Rata-rata (g)

1.2
1 0.77
0.8 0.53
0.6
0.4
0.2
0
31
Hari setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 7. Berat Basah Akar Tanaman Sawi Hijau

0.2
P=0,0001 0.161
Rata-rata (g)

0.15
0.071
0.1
0.046
0.05
0
31
Hari Setelah Transfer
kontrol (AB mix) AB mix 12,6 g + SP-36 AB mix + 16,2 g SP-36
Grafik 8. Berat Kering Akar Tanaman Sawi Hijau

8
Selain berat basah juga tumbuhan tanaman sawi hijau dan sayuran
dilakukan pengukuran terhadap berat daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kering tanaman sawi hijau. Uji ANOVA suhu lingkungan pada pagi hari pukul
menunjukkan bahwa per-bedaan 07.00 berkisar antara 280C–310C. Menurut
konsentrasi fosfor ber-pengaruh secara Teleumbanua, Purwantana, Sutiarso, dan
nyata terhadap berat kering tanaman. Falah (2016) sawi hijau tumbuh lebih baik
Berat kering dipengaruhi oleh pada suhu 320 C-350 C untuk dapat tumbuh
optimalnya proses fotosintesis. Foto- secara normal. Tanaman sawi hijau yang
sintesis mengakibatkan meningkatnya tidak toleran terhadap suhu tinggi
berat kering tanaman karena penangam- membutuhkan naungan.
bilan CO2. Berat kering tanaman dapat
dikatakan sebagai penimbunan hasil SIMPULAN DAN SARAN
bersih asimilasi CO2 selama masa pertum- Simpulan
buhan (Dwijoseputro, 1994). Pengukuran Berdasarkan hasil penelitian
berat kering dinyatakan lebih valid jika yang telah dilakukan perbedaan
dibandingkan dengan berat basah. Hal konsentrasi fosfor berpengaruh secara
ini disebabkan pengukuran berat kering nyata terhadap parameter pertumbuhan
tidak dipengaruhi oleh kandungan air. seperti jumlah daun, kadar klorofil,
Untuk mendapatkan larut-an panjang akar, tinggi tanaman, berat
nutrisi yang tepat maka diperlukan basah, dan berat kering tanaman sawi
pengontrolan konduktivitas elektrik atau hijau. Pemberian fosfor pada perlakuan
“Electro Conductivity” (EC) atau aliran III lebih baik disbandingkan dengan
listrik di dalam air dengan menggunakan perlakuan I dan II. Pada perlakuan II
alat EC meter (Rosliani dan Sumarni, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
2005). Konsentrasi hara yang rendah Hal ini karena pemberian perlakuan I
dapat menyebabkan tanaman kekurangan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan
unsur hara, jika melebihi batas optimum perlakuan II.
dapat menyebabkan stress pada
tanaman. Saran
Kepekatan hara (EC) dalam Saran pada penelitian ini adalah
penelitian ini mengalami perubahan setiap perlu penelitian lebih lanjut untuk men-
harinya. Nilai EC berkisar antara 1,6 mS– dapatkan formulasi pupuk yang dapat
1,8 mS. Menurut Rakhman (2015) EC digunakan sebagai alternatif larutan
yang baik untuk pertumbuhan sawi hijau hidroponik. Pengukuran data pendukung
berkisar antara 1,5-2 mS. Nilai konduk- (suhu) dapat dilakukan pada pagi, siang,
tivitas listrik (EC) dipengaruhi oleh tingkat dan sore hari agar data yang diperoleh
kepekatan dari konsentrasi kation dan lebih akurat.
anion. Semakin pekat konsentrasi kation
dan anion maka semakin tinggi nilai EC DAFTAR RUJUKAN
larutan (Sutiyoso, 2004). Campbell, N. A. dan Reece, J. B. (2008).
Selain EC, pH juga merupakan Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1; (D.
faktor yang penting untuk dikontrol. T. Wulandari); Jakarta: Erlangga.
Menurut Wirosoedarmo (dalam Rakhman, Dwidjoseputro, D. (1994). Pengantar
2015) sawi hijau dapat tumbuh pada Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
tingkat pH 6,0-7,0. Dalam penelitian ini, Gramedia.
pH larutan yang digunakan adalah antara Fahmi, A., Syamsudin, Utami, S. N.H., dan
6,0 sampai 6,5. Radjagukguk, B. (2010). Pengaruh
Menurut Pracaya (dalam Rohmah, Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor
2009) pengaruh lingkungan sekitar tanam- terhadap Pertumbuhan Tanaman
an sangat berpengaruh terhadap fase per- Jagung (Zea mays L) pada Tanah

9
Regosol dan Latosol. Berita Jurnal Teknik Pertanian Lampung.
Biologi. 10 (3). (http://e-journal 4 (4). (Online). (www.e-jurnal.com
.biologi.lipi.go.id/index.php/beritabi /2016/10pertumbuhan-tanaman-sa
ologi/article/download/744/516, wi-menggunakan.html, diakses pada
diakses 4 Mei 2017). 16 Januari 2016).
Hanafiah, K.A. (2010). Rancangan Rohmah, N. 2009. Respon Tiga Kultivar
Percobaan. Jakarta: Rajawali Pers. Selada (Lactuca sativa L.) pada
Herwibowo, K., dan Budiana, N. S. (2014). Tingkat Kerapatan Tanaman yang
Hidroponik Sayuran. Jakarta: Berbeda. Universitas Brawijaya,
Penebar Swadaya. Fakultas Pertanian Jurusan
Karsono, S., Sudarmodjo, dan Sutiyoso, Y. Budidaya Pertanian: Malang
(2002). Hidroponik Skala Rumah (Skripsi).
Tangga. Jakarta: AgroMedia Rosliani, R. dan Sumarni, N. (2005).
Pustaka. Budidaya Tanaman Sayuran dengan
Kasno, A. (2009). Respon Tanaman Sistem Hidroponik. Bandung: Balai
Jagung terhadap Pemupukan Fosfor Penelitian Tanaman Sayuran.
pada Typic Dystrudepts. J. Tanah Salisbury, F. B. (1995). Fisiologi
Trop. 14 (2). (Online). (journal. un Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.
ila.ac.id/ index.php/tropicalsoil/arti Sari, D. N. I. (2014). Hidroponik Mini
cle/viewFile/597/pdf, diakses pada sebagai Media Praktikum
16 Januari 2016). Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa
Liferdi, L. (2010). Efek Pemberian Fosfor L) dengan Perbedaan Konsentrasi
terhadap Pertumbuhan dan Status Gandasil B. Universitas Tanjungpura,
Hara pada Bibit Manggis. J.Hort. 20 Fakultas Keguruan dan Ilmu
(1). (Online). (http://www. Ejurnal. Pendidikan: Pontianak (Skripsi).
litbang.pertanian.go.id/index.php/jhor Suryanah, S., Dudi, dan Mansyur.
t/article/download/747/572, diakses (2013). Pendugaan Produksi
pada 16 Januari 2016). Biomassa Hijauan Rumput
Lingga, P. (2007). Hidroponik, Bercocok Brachiaria decumbens Berdasarkan
Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Metode Non-Destruktif dengan
Penebar Swadaya. Menggunakan Piringan Akrilik.
Munir, R. dan Arifin, Y. (2010). Pastura. 3 (1). (Online). (http://do
Pertumbuhan dan Hasil Mentimun wnload.portalgaruda.org, diakses
Akibat Pemberian Pupuk Kandang pada 28 Februari 2016).
Ayam dan Gandasil B. Jerami. 3 (2). Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
(online). (http://faperta.unand. ac.id, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
diakses pada 28 Februari 2016). Bandung: Alfabeta.
Nurlenawati, N., Mahmud, Y., dan Sutiyoso, Y. (2004). Hidroponik Ala Yos.
Feriyani, E. D. (2013). Respon Jakarta: Penebar Swadaya.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Telaumbanua, M., Purwantana, B.,
Caisim (Brassica juncea L.) Sutiarso, L., dan Falah, M. A. F.
terhadap Kombinasi Dosis Pupuk (2016). Studi Pola Pertumbuhan
Nitrogen dan Pupuk Organik Tanaman Sawi (Brassica rapa var.
Granular. Solusi. 7 (12). (online). parachinensis L.) Hidroponik Di
(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIM dalam Greenhouse Terkontrol.
FIIP/article/viewFile/2458/2437, Agritech. 36 (1). (Online). (https://
diakses pada 18 Februari 2016). jurnal.ugm.ac.id/agritech/article/view/
Rakhman, A. (2015). Pertumbuhan 10690/8032, diakses pada 16 Januari
Tanaman Sawi Menggunakan 2016).
Sistem Hidroponik dan Akuaponik.

10

Anda mungkin juga menyukai