Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG MERAH Allium cepa

L.TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET TALAS JEPANG Colocasia


esculenta var. antiqourum (Schott) F.T. Hubb & Rehder SECARA IN VITRO

The Effect of Addition of Red Onion Extract Allium cepa L. on the Growth of
Japanese Talas Planlet Colocasia esculenta var. antiqourum (Schott) F.T. Hubb &
Rehder In Vitro

Fatimah Khurniawanty M.1, Andi Ilham Latunra2, A. Masniawati2


Mahasiswa Program Studi Biologi1
Dosen Program Studi Biologi2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
fatimahkhurniawantym14@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak


bawang merah Allium cepa L. terhadap pertumbuhan dan regenerasi tunas talas
Jepang Colocasia esculenta var. antiqourum F. T. Hubb & Rehder. Penelitian ini
telah dilakukan pada bulan Desember 2019-Februari 2020 di Laboratorium Kultur
Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Eksplan tunas talas Jepang dari planlet
sebelumnya di multipikasi secara in vitro. Penelitian ini disusun dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 6 kali ulangan. Kombinasi yang di
cobakan yaitu: Murrashige & Skoog + 0 ekstrak bawang merah (kontrol/M0B0),
MS + 10 g/L ekstrak bawang merah (M0B1), MS + 20 g/L ekstrak bawang merah
(M0B2), MS + 30 g/L ekstrak bawang merah (M0B3), MS + 40 g/L ekstrak bawang
merah (M0B4), MS + 50 g/L ekstrak bawang merah (M0B5). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan Analysis of Variace (ANOVA). Hasil yang
berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang merah pada konsentrasi 30 g/L
merupakan konsentrasi optimum sehingga berpengaruh nyata terhadap presentase
eksplan yang hidup, berat basah tunas dan jumlah tunas.

Kata kunci : Kultur jaringan tumbuhan, multiplikasi, ekstrak bawang merah,


planlet talas Jepang, regenerasi
ABSTRACT

This research aims to determine the influence of the addition of red onion
extract Allium cepa L. on the growth and regeneration of the Japanese Taro
Colocasia esculenta var. antiqourum F. T. Hubb & Rehder. This research has
been conducted in December 2019-February 2020 in Tissue Culture Laboratory,
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Hasanuddin University, Makassar. Explants of Japan's Talas from the previous
plantlets were in vitro. This research arranged in Completely Randomized Design
by 6 treatments and 6 replication. The combination is: Murrashige & Skoog + 0
red onion extract (Control/M0B0), MS + 10 g/L red onion extract (M0B1), MS + 20
g/L red onion extract (M0B2), MS + 30 g/L red onion extract (M0B3), MS + 40 g/L
red onion extract (M0B4), MS + 50 g/L red onion extract (M0B5). Data analysis
was performed using Analysis of variance (ANOVA). The different result
continued by the DMRT test at the level of 5%. The observed parameter is a
percentage of living explants, the weight of wet shoots, and the number of shoots.
The results showed that the addition of onion extract at a concentration of 30 g / L
was the optimum concentration so that it significantly affected the percentage of
live explants, wet weight of shoots and number of shoots.

Keywords: Plant tissue culture, multiplication, red onion extract, Japan’s Talas
plantlet, regeneration

1. PENDAHULUAN
Indonesia yang telah diakui ubian lainnya, seperti garut
sebagai salah satu pusat (Marantha arundina), ganyong
keanekaragaman hayati terbesar (Canna edulis), kentang hitam
(mega biodiversity) di dunia (Coleustu berosus), talas (Colocasia
memiliki banyak plasma nutfah esculenta), belitung (Xanthosoma
tanaman pangan, di antaranya plasma sagittifolium), dan Dioscorea spp.
nutfah ubi-ubian. Contohnya ubi sangat potensial sebagai bahan
jalar (Ipomoea batatas) dan ubi kayu pangan alternatif, terutama untuk
(Manihot esculenta) sudah lama menghadapi kondisi rawan pangan
digunakan sebagai tanaman pangan akibat peningkatan jumlah penduduk
penghasil karbohidrat disamping dan perubahan iklim global yang
serealia yang menjadi tanaman mempengaruhi proses produksi
pangan utama. Selain kedua ubi- pangan (Dewi, dkk., 2014).
ubian tersebut, beberapa jenis ubi- Talas Jepang Colocasia
esculenta (L.) merupakan tanaman pertumbuhan bibit lada panjang.
sumber pangan penghasil umbi yang Proses tersebut melibatkan proses
telah dikenal luas oleh masyarakat, pemanjangan sel sebagai akibat
telah lama dibudidayakan dan pengaruh auksin yang terkandung
dimanfaatkan sebagai sumber dalam ekstrak bawang merah.
makanan tambahan di Indonesia. Bawang merah yang
Talas sangat potensial, karena nilai mengandung minyak atsiri berupa
nutrisinya dan memiliki keragaman allin yang allicin. Senyawa allicin
jenis sangat besar. Talas termasuk dihasilkan dari senyawa allin dengan
salah satu dari sedikit tanaman bantuan enzim allinase. Selain itu, di
berumbi yang dapat tumbuh baik di dalam bawang merah juga terdapat
daerah rawa dan basah, tetapi talas kandungan thiamin (vitamin B1)
mengalami erosi genetik yang cukup berperan dalam proses perombakan
tinggi karena adanya perubahan karbohidrat menjadi energi dalam
dalam pola pertanian modern yang proses metabolisme tanaman, akan
berorientasi pada padi, padahal talas tetapi thiamin (vitamin B1) agak sulit
memiliki nilai ekonomi dalam diserap oleh tanaman. Senyawa
diversifikasi pangan (Wulansari, allicin dengan thiamin (vitamin B1)
dkk., 2017). di dalam bawang merah dapat
Pada penelitian ini mencoba membentuk ikatan kimia yang
untuk mencari bahan alami penganti disebut allithiamin. Adanya senyawa
zat pengatur tumbuh sintetik yang tersebut dapat lebih mudah diserap
harganya relatif mahal dibandingkan oleh tubuh tanaman dibandingkan
dengan bahan alami, yaitu bawang dengan vitamin B1, sehingga
merah diketahui memiliki hormon senyawa tersebut akan membuat
pertumbuhan berupa hormon auksin vitamin B1 akan lebih efisien
dan giberelin yang dapat memacu dimanfaatkan oleh tanaman
pertumbuhan bagi benih (Marfirani, (Masitoh, 2016).
dkk., 2014). Siswanto, dkk. (2010), Multiplikasi subkultur tunas
dalam penelitiannya melaporkan talas Jepang secara in vitro
bahwa pemberian ekstrak bawang diharapkan akan lebih efektif untuk
merah merah mampu meningkatkan memproduksi tunas. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk umbi bawang merah, aluminium foil,
mengetahui kemampuan jenis bahan cling warp, korek gas, dan spiritus.
alami dari ekstrak bawang merah
untuk menjadi acuan dalam 3. PROSEDUR KERJA
pemilihan jenis bahan alami sebagai 3.1 Sterilisasi Alat, Medium dan
zat pengatur tumbuh organik untuk Ruang Kultur
menggantikan zat pengatur tumbuh Alat-alat yang digunakan
sintetis dalam kultur jaringan yang untuk penanaman harus dalam
mengandung senyawa organik untuk keadaan steril. Alat-alat logam dan
memacu multiplikasi subkultur tunas kaca dibungkus dengan kertas
talas Jepang secara in vitro. kemudian disterilisasi di dalam
autoklaf pada suhu 121C, tekanan
2. METODE PENELITIAN 17,5 psi selama 15 menit. Sterilisasi
2.1 Alat botol kultur dilakukan setelah botol
Alat yang digunakan pada penelitian dicuci terlebih dahulu kemudian
ini, diantaranya adalah autoklaf, disterilisasi di dalam autoklaf pada
Laminar Air Flow (LAF), blender, suhu 121C, tekanan 17,5 psi selama
botol kultur, gunting, gelas beker, 15 menit, setelah botol kultur steril
pinset, cawan petri, timbangan kemudian di simpan pada tempat
analitik, scalpel, bunsen, erlenmeyer, yang bersih dan siap digunakan.
hot plate, gelas ukur, batang Alat-alat tanam seperti pinset,
pengaduk, spatula, pH meter, kain gunting bedah dan scalpel dapat
saring, handsprayer, kamera, ATK, disterilkan kembali dengan
dan rak kultur. pemanasan di atas api spiritus,
2.3 Bahan setelah dicelupkan pada alkohol 95%
Bahan yang digunakan pada sebelum penanaman dilakukan.
penelitian ini diantaranya adalah Sterilisasi medium dilakukan
Planlet Talas Jepang yang diperoleh dengan botol-botol kultur yang telah
dari Laboratorium Kultur Jaringan, berisi medium dimasukkan ke dalam
Bonto-Bonto, Gowa, Sulawesi autoklaf pada suhu 121C, tekanan
Selatan, media Murashige & Skoog 17,5 psi dan dipertahankan selama
(MS), agar-agar Swallow, gula pasir, 15 menit. Laminar Air Flow (LAF)
sebelum digunakan terlebih dahulu dibuat 6 konsentrasi. Campuran
disemprot alkohol 70% dan dilap media MS dengan ekstrak bawang
dengan menggunakan tisu. merah dimasukkan ke dalam
Kemudian alat dan media diberi sinar erlenmeyer, kemudian ditambahkan
ultra violet (UV) selama ± 30 menit aquades hingga volume 1 liter.
dan setelah itu dinyalakan lampu Selanjutnya larutan tersebut
neon. ditambah 30 g/l gula dan diukur
3.2 Pembuatan Larutan Stok keasaman larutan dengan
3.2.1 Pembuatan Larutan menggunakan pH meter, pH media
Ekstraksi Bawang Merah yang dibutuhkan yaitu 5,7. Jika
Umbi bawang merah dikupas terlalu basa ditambahkan HCl
dan dicuci bersih, lalu ditimbang sedangkan jika terlalu asam maka
sesuai takaran bobot bawang merah ditambahkan KOH untuk
yang diperlukan sebagai perlakuan. mendapatkan pH 5,7. Setelah
Bawang merah yang telah ditimbang dilakukan pengukuran pH, larutan
masing-masing 10 gr, 20 gr, 30 gr, dimasukkan ke dalam panci yang
40 gr dan 50 gr lalu diblender dengan telah berisi agar-agar dan dipanaskan
penambahan aquades sebanyak 50 sambil diaduk rata hingga larutan
ml pada masing-masing perlakuan. mendidih.
Kemudian hasil blender bawang Pemadat agar yang digunakan
merah disaring menggunakan kain yaitu sebanyak 7 g/l ditambahkan
saring untuk mendapatkan setelah pH pada larutan media sesuai
ekstraknya. dengan yang diharapkan. Pemanasan
3.3 Pembuatan Media dilakukan sampai larutan media
Pembuatan media MS tersebut mendidih sehingga semua
dilakukan dengan memasukkan bahan yang ada dalam larutan media
komposisi media MS yaitu larutan tersebut benar-benar terlarut. Larutan
stok A, B, C, D, E, F dan vitamin media yang telah dipanaskan
sesuai kebutuhan ke dalam kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Media MS ditambahkan botol kultur dan ditutup
ekstrak bawang merah pada menggunakan plastik yang diikat
konsentrasi berbeda. Perlakuan dengan erat menggunakan karet
gelang yang telah disterilkan diletakkan pada rak kultur di dalam
sehingga botol kultur benar-benar ruang kultur. Ruangan ini diusahakan
rapat. bebas dari bakteri dan cendawan,
Botol yang telah terisi larutan dimana setiap hari disemprot dengan
media diautoklaf selama 30 menit alkohol 96%. Dalam penelitian ini
pada tekanan 17,5 psi dan suhu yang suhu ruangan yang digunakan ± 19-
digunakan sebesar 121C. Media 24C dan intensitas cahaya yang
yang telah diautoklaf disimpan baik.
ditempat sejuk selama beberapa saat 3.5 Pengamatan
sebelum media tersebut digunakan Pengamatan yang dilakukan
untuk penanaman. Penyimpanan ini dengan 3 bentuk pengamatan yaitu:
bertujuan untuk mengetahui ada a. Presentasi fase eksplan yang
tidaknya kontaminasi di dalam media hidup
kultur sebelum digunakan untuk Eksplan diamati setiap hari
menanam eksplan. dari awal penanaman hingga akhir
3.4 Penanaman penelitian. Eksplan yang hidup yaitu
Planlet dikeluarkan dari botol eksplan yang mampu membentuk
hasil penanaman sebelumnya lalu di tunas baru dan eksplan yang hidup
subkultur dengan menggunakan tetapi tidak berkembang (statis).
pinset setelah itu tunas-tunas 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
dipisahkan satu persatu 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
= × 100%
menggunakan scalpel. Kemudian 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛

tunas-tunas yang memiliki bentuk b. Jumlah tunas

yang hampir sama di subkultur Setiap kombinasi perlakuan

dengan menggunakan pinset yang akan dihitung pada akhir penelitian.

steril. Eksplan yang di kulturkan ke c. Berat basah tunas atau kalus

dalam media tanam diletakkan di Berat basah tunas atau kalus

dalam LAF (Laminar Air Flow). dihitung pada akhir pengamatan.

Kemudian eksplan ditanamkan ke 3.6 Analisis Data

dalam botol media sesuai dengan Analisis yang digunakan

perlakuan, setiap botol kultur terdiri adalah analisis kualitatif dan

dari 3 eksplan. Botol-botol kultur kuantitatif. Analisis kualitatif


meliputi data visual yang disajikan pengatur tumbuh dipengaruhi oleh
secara deskriptif. Analisis kuantitatif perbedaan jenis tanaman, fase
meliputi berat basah tunas, jumlah pertumbuhan dan kemampuan
tunas dan persentase eksplan hidup. tanaman merespon zat pengatur
Data kuantitatif dianalisis dengan tumbuh.
analisis varians (ANOVA) dan Penambahan ekstrak bawang
dilanjutkan dengan uji DMRT pada merah pada konsentrasi 30 g/L
taraf 5%. menunjukkan pertumbuhan terbaik
4. HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan penelitian (Setyowati,
4.1 Persentase Eksplan Hidup 2004) zat senyawa yang terdapat
Colocasia esculenta var. pada bawang merah dapat
antiqourum (Schott) F. T. Hubb & memberikan kesuburan bagi tanaman
Rehder sehingga dapat mempercepat
Berdasarkan gambar 1. tumbuhnya organ pada tumbuhan.
menunjukkan bahwa rata-rata Umbi bawang merah mengandung
persentase eksplan yang hidup pada zat pengatur tumbuh auksin untuk
penambahan ekstrak bawang merah merangsang pertumbuhan akar dan
dengan konsentrasi 30 g/L vitamin B1 (thiamin) yang berperan
memberikan nilai rata-rata tertinggi penting dalam proses perombakan
yaitu 15,6%, sedangkan pada karbohidrat menjadi energi dalam
konsentrasi tanpa penambahan metabolisme tanaman. Dalam proses
ekstrak bawang merah memiliki nilai inisiasi akar, tanaman memerlukan
rataan 12,55%, dilanjutkan dengan energi berupa glukosa, nitrogen, dan
konsentrasi 10 g/L memiliki nilai senyawa lain dalam jumlah yang
rataan 6,11%, konsentrasi 50 g/L cukup untuk mempercepat
memiliki nilai rataan 4,16%, pertumbuhan tanaman (Siti, 2016).
kemudian konsentrasi 20 g/L Hasil analisis uji lanjut
memiliki nilai rataan 2.61% dan 40 DMRT menunjukkan bahwa rerata
g/L konsentrasi memiliki nilai rataan perlakuan ekstrak bawang merah
terendah yaitu 2,33%. Wattimena pada planlet talas Jepang dan melihat
(2000) menyatakan bahwa variasi persentasi eksplan hidup konsentrasi
respon terhadap pemberian zat 40 g tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi 20 g dan 50 g berbeda dengan 30 g karena memiliki rerata
nyata dengan konsentrasi 10 g, yang tertinggi yaitu 1.156.
kontrol, dan 30 g. Kontrol tidak
berbeda nyata dengan 10 g tetapi
berbeda nyata dengan konsentrasi 30
g. Sehingga, konsentrasi yang
direkomendasikan adalah perlakuan

Persentase Eksplan Yang Hidup (%)


18
15.6
16
14 12.55
Eksplan Yang Hidup

12
10
8 6.11
6 4.16
2.61 2.33
4
2
0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah

Gambar 1. Histogram Rata-rata Persentase Eksplan yang Hidup Planlet Talas


Jepang Colocasia esculenta var.antiqourum (Schott) F. T. Hubb & Rehder pada
Umur 5 MSK

4.2 Berat Basah Tunas Talas masing-masing dari eksplan


Jepang Colocasia esculenta var. menggunakan timbangan analitik
antiqourum (Schott) F. T. Hubb & diakhir penelitian (Kaisar, 2014).
Rehder
Berat basah tunas Talas
Jepang diamati pada akhir
pengamatan yaitu 5 minggu setelah
kultur. Berat basah tunas yan telah
membentuk planlet diukur dengan
menimbang berat keseluruhan
Berat Basah Tunas
35

30 28.15 28.84

25
Berat Basah Tunas

20

15
11.67

10
6.51

5
0.17 0.72

0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah

Gambar 5. Histogram Rata-rata Berat Basah Tunas Planlet Talas Jepang


Colocasia esculenta var. antiqourum (Schott) F. T. Hubb & Rehder pada 5 MSK

Berdasarkan gambar 2, berat g/L memiliki nilai rata-rata 0,72 g


basah terberat diperoleh pada dan konsentrasi 40 g/L memiliki nilai
konsentrasi 30 g/L penambahan rata-rata berat besah terendah yaitu
ekstrak bawang merah dengan nilai 0,17 g. Menurut penelitian Warnita
rataan 28.84 g. Konsentrasi (2008), berat basah umbi berkaitan
berikutnya yang memiliki berat dengan jumlah dan ukuran umbi.
basah yang tertinggi kedua yaitu Jumlah umbi yang banyak dan
pada konsentrasi 0 g/L atau tanpa diameter umbi yang besar akan
penambahan ekstrak bawang merah memberikan berat basah yang tinggi.
dengan nilai rata-rata 28,15 g. Terhambatnya pembentukan
Kemudian pada konsentrasi 10 g/L akar dan umbi disebabkan karena
berat basah tunas dengan rata-rata semakin tingginya konsentrasi yang
11,67 g, konsentrasi 20 g/L memiliki digunakan (Pierik, 1987). Menurut
nilai rata-rata 6,51 g, konsentrasi 50 Sumisari dan Priadi (2003), tanaman
memerlukan konsentrasi auksin yang yaitu di 5 minggu setelah kultur
sesuai untuk pertumbuhannya. dikarenakan tunas Talas Jepang yang
Kusumo (1990) menyatakan bahwa banyak dan bentuknya bergerombol.
zat pengatur tumbuh efektif dalam Pengamatan ini dilakukan dengan
jumlah tertentu, konsentrasi yang menghitung jumlah tunas Talas
terlalu rendah atau tinggi Jepang yang muncul setelah
menyebabkan tidak efektifnya kerja diberikan perlakuan.
zat pengatur tumbuh. Gambar 3 menujukkan data
Hasil analisis uji lanjut jumlah tunas Talas Jepang pada
DMRT pada Tabel 3 menunjukkan pengamatan 5 MSK. Data tersebut
bahwa rerata perlakuan ekstrak menujukkan jumlah tunas tertinggi
bawang merah terhadap planlet Talas memiliki nilai rata-rata 15,66 pada
Jepang dan melihat berat basah tunas perlakuan dengan konsentrasi 30 g/L,
konsentrasi 40 g/L tidak berbeda pada perlakuan kontrol memiliki
nyata dengan konsentrasi 50g/L, nilai rata-rata 12,66, pada
tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 10 g/L memiliki nilai
konsentrasi yang lain, konsentrasi 20 rata-rata 6,16, konsentrasi 50 g/L
g/L tidak berbeda nyata dengan dengan nilai rata-rata 4,00,
konsentrasi 10 g/L tetapi berbeda konsentrasi 20 g/L memiliki nilai
nyata dengan konsentrasi 30 g/L dan rata-rata 2,66, dan yang memiliki
kontrol, dan konsentrasi kontrol nilai rata-rata terendah yaitu 2,33
berbeda nyata dengan konsentrasi 30 pada perlakuan dengan konsentrasi
g. Sehingga, konsentrasi yang 40 g/L.
direkomendasikan adalah perlakuan Pemberikan konsentrasi
dengan 30 g karena memiliki rerata ekstrak bawang merah 30 g/L
yang tertinggi yaitu 2.8840. memberikan hasil yang lebih baik
terhadap saat muncul tunas dan
4.2 Jumlah Tunas Colocasia jumlah daun dibandingkan perlakuan
esculenta var. antiqourum (Schott) lainnya. Hal ini diduga karena
F. T. Hubb & Rehder ekstrak bawang merah mengandung
Pengamatan jumlah tunas auksin dan thiamin yang dapat
dilakukan pada akhir pengamatan, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Auksin
bekerja dengan merangsang sel-sel
meristem apikal batang dan pucuk
batang. Menurut Artanti (2007),
salah satu peran hormon auksin
adalah menstimulasi terjadinya
perpanjangan sel pada pucuk.

Jumlah Tunas
18 15.66
16 12.66
14
12
Jumlah Tunas

10
6.16
8 4.00
6 2.66 2.33
4
2
0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah

Gambar 3. Histogram Rata-rata Berat Basah Tunas Planlet Talas Jepang


Colocasia esculenta var. antiqourum (Schott) F. T. Hubb & Rehder pada 5 MSK

Gunawan (2008), yang tumbuh dalam keadaan cukup dan


mengemukakan bahwa zat pengatur seimbang. Media tumbuh pada kultur
tumbuh endogen merupakan faktor jaringan juga sangat besar
untuk memacu proses tumbuh dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
morfogenesis eksplan, baik dan perkembangan eksplan serta
membentuk kalus, akar, tunas dan bibit yang dihasilkan Rahardja
planlet. Hal ini juga tidak terlepas (2007), juga mengemukakan bahwa
dari tersedianya nutrisi pada media respon pertumbuhan eksplan yang
yang dibutuhkan eksplan untuk dikultur tergantung pada interaksi
serta keseimbangan antara zat Asam Indol Asetat (IAA). IAA
pengatur tumbuh endogen yang ada identik dengan auksin yang dapat
pada eksplan dan zat pengatur memacu inisiasi akar.
tumbuh eksogen yang ditambahkan Rusmin (2011), menyatakaan
dalam media. bahwa mekanisme kerja auksin akan
Hasil analisis uji lanjut mempengaruhi pemanjangan sel-sel
DMRT pada Tabel 4 menunjukkan pada tanaman. Cara kerja auksin
bahwa rerata perlakuan ekstrak adalah dengan cara mempengaruhi
bawang merah pada planlet Talas pengendoran/pelenturan dinding sel.
Jepang dan melihat jumlah tunas Sel tumbuhan kemudian memanjang
pada konsentrasi 40 g/L tidak akibat air yang masuk secara
berbeda nyata dengan konsentrasi 20 osmosis. Setelah terjadinya
g/L dan 50 g/L, tetapi berbeda nyata pemanjangan ini, sel terus tumbuh
dengan konsentrasi 10 g/L, kontrol, dan mensintesis kembali material
dan 30 g/L, konsentrasi 10 g/L tidak dari dinding sel dan sitoplasma.
berbeda nyata dengan kontrol tetapi Efektivitas ZPT pada
berbeda nyata dengan konsentrasi 30 tanaman dipengaruhi oleh spesies
g/L. Sehingga, konsentrasi yang tanaman, bagian tanaman yang
direkomendasikan adalah perlakuan dipengaruhi, konsentrasi dan stadia
dengan 30 g/L karena memiliki perkembangan tanaman. Menurut
rerata yang tertinggi yaitu 15.6667. Wattimena (2000), pemberian pada
Menurut Rahayu dan Berlian konsentrasi yang berlebihan
(1999), umbi bawang merah menyebabkan terganggunya fungsi-
mengandung vitamin B1, Thiamin, fungsi sel, sehingga pertumbuhan
riboflavin, asam nikotinat, serta tanaman menjadi terhambat.
mengandung ZPT auksin dan Sebaliknya pada konsentrasi yang
rhizokalin yang dapat merangsang terlalu rendah kemungkinan
pertumbuhan akar. Iskandar dan pengaruh pemberian ZPT menjadi
Pronoto (1993) dalam Kusdijanto tidak tampak. Oleh karena itu
(1998) menyatakan bahwa ekstrak pemberian ZPT pada tanaman harus
bawang merah mengandung ZPT dengan konsentrasi yang tepat.
yang mempunyai peranan seperti
5. KESIMPULAN Gunawan, L.W. 2008. Teknik Kultur
Jaringan Tumbuhan.
Penambahan ekstrak bawang
Laboratorium Kultur Jaringan
merah Allium cepa L. terhadap Tumbuhan PAU
Bioteknologi. Institut
pertumbuhan planlet Talas Jepang
Pertanian Bogor. Bogor.
Colocasia esculenta var.antiqourum
Jamaluddin, M. A. 2018. Pengaruh
(Schott) F.T. Hubb & Rehder
Sari Bawang Merah Terhadap
berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Vegetatif pada
Ananas comosus L. Pada Stek
presentasi eksplan yang hidup, berat
Batang. Artikel Skripsi.
basah tunas dan jumlah tunas dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.Universitas
penambahan ekstrak bawang merah
Nusantara PGRI Kediri.
30 g/L memberikan hasil terbaik..
Kaisar, I. 2014. Pertumbuhan
Konsentrasi optimum bahan
Eksplan Bawang Putih
alami ekstrak bawang merah yang (Allium sativum L.) pada
Beberapa Konsentrasi Sukrosa
tepat yaitu pada konsentrasi 30 g/L
dan Arang Aktif. Skripsi.
untuk pertumbuhan dan regenerasi Program Studi
Agroekoteknologi. Jurusan
tunas Talas Jepang Colocasia
Budidaya Pertanian Fakultas
esculenta var.antiqourum (Schott) Pertanian. Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
F.T. Hubb & Rehder.
Kusdijanto, E. 1998. Peran
Konsentrasi dan
DAFTAR PUSTAKA
Perbandingan Campuran Air
Kelapa dan Homogenate
Bawang Merah Terhadap
Artanti, F. Y. 2007. Pengaruh
Pertumbuhan Awal Stek
Macam Pupuk Organik Cair
Beberapa Kultivar Jeruk
dan Konsentrasi IAA
(Citrus sp). Skripsi. Jurusan
Terhadap Pertumbuhan Setek
Agronomi Fakultas pertanian
Tanaman Stevia (Stevia
Universitas Jember. Jember.
rebaudiana Bertoni M.).
Skripsi. Fakultas Pertanian.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur
Universitas Sebelas Maret.
Tumbuh. Yasaguna. Jakarta.
Surakarta.
Marfirani, M., Y. S. Rahayu, E.
Dewi, N., I. S. Dewi., dan I, Roosita.
Ratnasari. 2014. Pengaruh
2014. Pemanfaatan Teknik
Pemberian Berbagai
Kultur In Vitro untuk
Konsentrasi Filtrat Umbi
Konservasi Plasma Nutfah
Bawang Merah dan Rootone-
Ubi-ubian. Jurnal
F Terhadap Pertumbuhan Stek
AgroBiogen. 10 (1): 34-44.
Melati Rato Ebu.Jurnal Lama Inhibisi Terhadap
LenteraBio 3(1): 73–76. Peningkatan Viabilitas Benis
Puwoceng (Pimpinella
Masitoh, S. 2016. Pengaruh pruatjan Molk.). Jurnal Litri.
Konsentrasi Ekstrak Bawang 17 (3): 1-5.
Merah Terhadap Pertumbuhan
Stek Batang Buah Naga Setyowati, T. 2004. Pengaruh
Merah (Hylocereus Ekstrak Bawang Merah
costaricensis (Web.) Britton (Allium cepa L.) dan Ekstrak
& Rose). Skripsi. Fakultas Bawang Putih (Allium sativum
Pertanian. Universitas L.) Terhadap Pertumbuhan
Lampung. Bandar Lampung. Stek Bunga Mawar (Rosa
sinensis L.). Skripsi.
Pierik, R. L. M. 1997. In Vitro Universitas Muhammadiyah
Culture of Higher Plants. Malang, Malang.
Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht. The Netherlands. Wattimena, G.A. 2000. Diktat Zat
Pengatur Tumbuh Tanaman.
Rahardja, P.C. 2007. Teknik Laboratorium Kultur Jaringan
Perbanyakan Tanaman secara Tanaman. Institut Pertanian
Modern. Penerbit Penebar Bogor. Jawa Barat.
Swadaya, Jakarta.
Wulansari, A., Dyah. R. W., Laela,
Rahayu, E dan N. Berlian. 1999. S., dan Tri, M. E. 2017.
Pedoman Bertanam Bawang Pengaruh Perlakuan Sitokinin
Merah. Penebar Swadaya. Terhadap Pertumbuhan In
Jakarta. Vitro Talas Diploid Pontianak
dan Talas Triploid Bolang
Rusmin, D. 2011. Pengaruh Hitam. Prosiding Seminar
Pemberian GA3 pada Nasional 2017.138-146.
Berbagai Konsentrasi dan

Anda mungkin juga menyukai