Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015

Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

Uji Senyawa Metabolit Sekunder dan Antibakteri Ekstrak Etanol


Buah Belangla (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) terhadap Bakteri
Bacillus cereus dan Escherichia coli

Korlis1, Bodhi Dharma2, dan Hetty Manurung2,*


1
Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Molekuler Program Studi Biologi FMIPA Universitas
Mulawarman
2
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman
*Email: hetty_manroe@ymail.com

Abstrak Tumbuhan belangla (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) merupakan pohon perdu yang tumbuh
pada ketinggian 700 – 2300 meter di atas permukaan laut. Buah belangla telah lama digunakan
oleh masyarakat Dayak Kenyah sebagai obat, Semua bagian pada tumbuhan ini memiliki aroma
yang khas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dan
daya antibakteri ekstrak etanol buah belangla terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia
coli. Uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram dan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), yang terdiri dari 10 perlakuan, yaitu konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%,
45%, 40%, 50% dan 2 kontrol yaitu kontrol positif (kloramfenikol 25%) dan kontrol negatif (etanol
95%). Hasil uji senyawa metabolit sekunder ekstrak etanol buah belangla dianalisis secara
kualitatif, sedangkan hasil uji antibakteri menggunakan analisis non-parametrik Kruskal-Wallis dan
uji lanjut dengan uji Mann-Whitney. Pada hasil uji senyawa metabolit sekunder, ekstrak buah
belangla mengandung senyawa antara lain alkaloid, fenolik, saponin, triterpenoid/steroid. Dan
pada uji antibakteri, ekstrak etanol buah belangla bersifat mampu menghambat pertumbuhan
bakteri dengan rata-rata diameter zona hambat optimum terbentuk pada konsentrasi 30% (14,77
mm) terhadap B. cereus dan konsentrasi 45% (17,68 mm) terhadap E. coli. selanjutnya MIC
(Minimum Inhibitory Concentration) terbentuk pada konsentrasi 20% terhadap bakteri B. cereus
(12,2 mm) maupun E. coli (11,55 mm). Dari hasil yang diperoleh ekstrak etanol buah belangla
menunjukan kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri B. cereus dan E. coli
mendekati daya hambat pada kontrol positif (kloramfenikol).
Kata-kata kunci tumbuhan belangla (Litsea cubeba (Lour.) Pers.), senyawa metabolit sekunder,
antibakteri, B. cereus, E. coli.

Pendahuluan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai


ramuan obat-obatan [2].
Indonesia merupakan salah satu
Di daerah pedalaman Kalimantan,
megabiodiversitas terbesar di dunia. Hutan
khususnya suku Dayak Kenyah juga sudah
tropika di Indonesia memiliki keanekaragman
terbiasa menggunakan sediaan obat bahan
hayati tertinggi ke-2 setelah Brazilia. Dari
alam dari jaman nenek moyangnya, yang
400.000 jenis flora di dunia sebanyak 30.000
dipercayakan memiliki khasiat obat dan
jenis dijumpai di Indonesia dan 940 jenis
bermanfaat bagi kesehatannya. Salah satu
diantaranya diketahui berkhasiat sebagai
tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh
obat yang telah dipergunakan dalam
masyarakat Dayak Kenyah adalah buah
pengobatan tradisional secara turun temurun
tumbuhan belangla (Litsea cubeba (Lour.)
oleh berbagai etnis [1].
Pers.). Pemanfaatan tumbuhan belangla
Dunia kesehatan saat ini terus
umumnya digunakan sebagai obat demam,
berkembang, arah perkembangan saat ini
batuk, penghangat (obat gosok),
banyak mengarah kepada kepenggunaan
aromaterapi, sakit perut, diare, serta
bahan alami. Saat ini obat-obat tradisional
dipercaya bisa menyembuhkan berbagai
masih tetap digunakan oleh masyarakat, hal
macam penyakit lainnya yang digunakan
ini terbukti dari banyaknya peminat
oleh semua kalangan dari anak-anak hingga
pengobatan tradisional. Namun yang menjadi
dewasa. Tumbuhan ini juga digunakan
masalah dan kesulitan bagi para peminat
sebagai bumbu makanan (rempah-rempah)
obat-obatan tradisional hingga saat ini,
oleh masyarakat.
adalah kurangnya pengetahuan dan
Berdasarkan hal tersebut penulis
informasi yang cukup tentang berbagai jenis
melakukan penelitian ini untuk mengetahui

8
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

senyawa metabolit sekunder yang gr. Selanjutnya dimaserasi dengan pelarut


terkandung dalam ekstrak etanol buah etanol 95 %. Didiamkan 3 – 5 hari lalu
belangla dan mengetahui apakah bersifat disaring menggunakan kertas saring,
antibakteri terhadap bakteri B. cereus (Gram- dilanjutkan dengan proses evaporasi.
positif) dan E. coli (Gram-negatif) dengan Diperoleh ekstrak etanol buah belangla
konsentrasi yang berbeda, serta untuk sebanyak 119,347 gram.
mengetahui nilai MIC (Minimum Inhibitory
2. Uji Senyawa Metabolit Sekunder
Controtratition) dan konsentrasi terbaik yang
Dimasukkan masing-masing 2 ml ekstrak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
buah belangla ke dalam 6 tabung reaksi.
tersebut.
Dilakukan uji fitokimia alkaloid dengan
pereaksi Dragendroff, uji steroid/triterpenoid
Metodologi
dengan pereaksi Lieberman-Burchard, uji
Rancangan Penelitian flavonoid dengan pita Mg dan HCl pekat, uji
Penelitian ini menggunakan Rancangan fenolik dengan penambahan larutan FeCl3
Acak Lengkap (RAL) non faktorial, dengan dan uji saponin dengan cara penambahan air
10 perlakuan, 2 kontrol dan 3 ulangan pada panas kemudian dikocok kuat.
tiap perlakuan. Perlakuan pemberian
3. Uji Antibakteri
konsentrasi ekstrak buah belangla (Litsea
a. Sterilisasi Alat
cubeba (Lour.) Pers.) terhadap pertumbuhan
Persiapkan alat-alat seperti kertas
bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli
cakram, pipet volume, cawan petri, lidi
yaitu dengan konsentrasi 5 %, 10 %, 15 %,
dengan ujung berkapas dan pinset
20 %, 25 %, 30 %, 35 %, 40 %, 45 %, 50 %,
dimasukkan ke dalam autoclave dan
kloramfenikol 25% (kontrol positif +) dan
disterilkan selama 20 menit dengan suhu
etanol 95% (kontrol -)
121°C.
Alat dan Bahan b. Peremajaan Bakteri
Alat-alat yang digunakan timbangan, Isolat murni bakteri E. coli dan B. cereus
blender, botol kedap cahaya, neraca analitik, diambil dari media subkultur, sebanyak 1 ose
botol sampel, rotary evaporator, gelas ukur, dengan menggunakan jarum ose yang telah
beaker glass, corong, tabung reaksi, rak dipijarkan. Kemudian digoreskan pada
tabung, pipet tetes, spatula, beaker glass, medium miring NA (Nutrient Agar),
hotplate, mikropipet, cawan petri, lidi dengan selanjutnya diinkubasi selama 18 – 24 jam
ujung berkapas, autoclave, Laminar Air Flow pada suhu 37°C.
Cabinet, vortex, botol ampul, lemari es, pH c. Pembuatan Suspensi Bakteri
meter, sprayer, gelas ukur, erlenmayer, Biakan bakteri disuspensikan kedalam air
lampu bunsen, jarum ose, pinset, aluminium garam NaCl 0,9% steril, dengan mengambil
foil, kertas cakram, karet gelang, magnetic 1 ose koloni bakteri E. coli dan B.cereus dari
stirrer, tissue, kapas, kasa, pipet volume, masing-masing media subkultur lalu vortex
cling warp, incubator, kertas label, jangka sampai homogen.
sorong, kain hitam, kamera digital dan alat d. Pembuatan Medium Luria Bertani Agar
tulis. (LBA)
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ditimbang NaCl 3 gr, pepton 5 gr, yeast
sampel tumbuhan buah belangla 900 gr, ekstrak 3 gr, agar sebanyak 7,5 gr dilarutkan
etanol 95% 5 liter, vaselin, alumunium foil, ke dalam aquades sampai 500 ml.
kertas saring, aquadest, ekstrak buah Dihomogenkan dengan magnetic stirrer, lalu
belangla, larutan FeCl3 1 %, Dragendroff, dipanaskan di atas hotplate, kemudian
serbuk Mg, HCl pekat, Asam Asetat Glacial, disterilkan dalam autoclave selama 15 menit
H2SO4 pekat, tissue, aquadest, air panas,, pada suhu 121°C.
biakan bakteri E. coli dan B. cereus, larutan e. Penanaman pada Medium LBA
NaCl 0,9 %, media NA (Nutrient Agar), dan Medium LBA yang sudah steril dituang ke
LBA (Luria Bertani Agar). dalam cawan petri, lalu dibiarkan memadat
dan dingin. Lidi kapas yang sudah disterilkan
Cara Kerja
dicelupkan pada suspensi bakteri E. coli dan
1. Pembuatan Ekstrak
B. cereus dan dioleskan secara merata pada
Diambil sampel buah belangla yang
permukaan medium LBA. Kemudian
berasal dari desa Sungai Barang Kec. Kayan
dicelupkan kertas cakram (diameter 6 mm)
Selatan Kab. Malinau sebanyak 2050 gram,
pada perlakuan dan ditranfer pada medium
kemudian dikering anginkan, dihaluskan
LBA dengan menggunakan pinset, lalu
dengan blender lalu ditimbang menjadi 900

9
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. 2. Uji Antibakteri


Selanjutnya diukur diameter daerah jernih Pada hasil penelitian uji antibakteri
sekitar kertas cakram (zona hambat) ekstrak buah belangla (Litsea cubeba (Lour.)
menggunakan jangka sorong. Pers.) setelah masa inkubasi 24 jam suhu
37°C terbentuk zona bening (hambat)
4. Teknik Analisis Data
disekitar kertas cakram pada medium
Hasil pengukuran rata-rata zona hambat
pertumbuhan bakteri Bacillus cereus dan
antibakteri dianalisis dengan program
Escherichia coli. Adapun data hasil
Statistical Packed Sosial and Science
pengukuran diameter zona hambat ekstrak
(SPSS) 22 secara non-parametrik yaitu
buah belangla yang terbentuk terdapat pada
dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis dan
Tabel 2.
uji lanjut Mann-Whitney. Lalu ditampilkan
dengan menggunakan nilai rata-rata dari 3 Tabel 2. Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
ulangan dan Standar Deviasi (SD). dari Ekstrak Buah Belangla (Litsea cubeba (Lour.)
Pers.) terhadap Bakteri Bacillus cereus dan
Escherichia coli
Hasil dan Pembahasan
Konsentrasi Rata-rata Diameter Zona Hambat
1. Uji Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak (mm)
Hasil ekstraksi buah belangla (Litsea (v/v) Bacillus cereus Escherichia coli
cubeba (Lour.) Pers.) kering 900 gr Kontrol (-) 0a 0a
menghasilkan ekstrak sebanyak 119,347 gr. Kontrol (+) 14,67±0,590b 10,18±6,907b
Rendemen ekstrak buah belangla diperoleh 7,07±5,590 c
4,79±6,625c
5%
sebesar 13,26 %. Ekstrak tersebut dihasilkan bcd
10% 13,32±2,239 8,84±2,350bcd
dari proses maserasi dengan perendaman bcde
15% 10,66±6,156 10,37±5,388bde
dalam etanol 95% dan disaring
menggunakan kertas saring. Lalu dipekatkan 20% 12,2±0,873bcdef 11,55±1,080bdef
bcdefg
menggunakan Rotary Evaporator untuk 25% 12,95±2,176 11,08±3,726bdefg
bdfgh
memisahkan pelarut dengan zat aktif yang 30% 14,77±1,671 12,47±1,528bdefgh
ada pada tumbuhan, yaitu dengan cara 35% 19,58±0,851 i
15,55±1,042befghi
menguapkan etanol. 40% 13,64±6,457bdefghj 13,49±3,700bdefghij
Pada penelitian ini uji senyawa metabolit 14,54±5,012 bdfghjk
17,68±2,850ijk
45%
sekunder dari ekstrak etanol buah belangla i
50% 18,95±1,617 18,34±2,907ijk
diketahui positif mengandung senyawa
metabolit sekunder yaitu alkaloid, fenolik, Keterangan:
steroid, dan saponin, namun tidak - Nilai standar deviasi dan rata-rata diameter zona
mengandung senyawa flavonoid. Hasil hambat merupakan rerata dari 3 ulangan.
pengujian senyawa metabolit sekunder dari - Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom
yang sama, tidak berbeda nyata pada uji Mann-
buah belangla pada penelitian ini dapat Whitney.
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Uji Senyawa Metabolit Terbentuknya zona bening disekitar
Sekunder Ekstrak Buah Belangla (Litsea cubeba kertas cakram (hambatan) pada medium
(Lour.) Pers.) agar , menunjukan bahwa ekstrak buah
Senyawa Hasil Uji Hasil belangla memberi pengaruh pada
Metabolit Senyawa Pengamatan pertumbuhan bakteri uji. Hasil analisis sidik
sekunder Metabolit Warna Larutan ragam (Kruskal-Wallis dan Mann Whitney)
Sekunder Setelah Reaksi
menunjukkan bahwa diameter zona hambat
Alkaloid + Terbentuk
endapan merah- yang terbentuk pada perlakuan konsentrasi
jingga ekstrak buah belangla berbeda nyata pada
Flavonoid − Tidak terjadi bakteri B. cereus maupun E. coli.
perubahan warna Berdasarkan hasil penelitian pengukuran
Fenolik + Terbentuk warna
hijau kehitaman rata-rata diameter zona hambat yang
Triterpenoid/Steroid + Terbentuk warna terbentuk baik pada bakteri B. cereus
hijau maupun E. coli bervariasi, yaitu terjadi
Saponin + Terbentuk busa penurunan luasan diameter zona hambat
setinggi 1 cm
pada beberapa konsentrasi.
Keterangan : + (senyawa terdeteksi)
- (senyawa tidak terdeteksi)

10
Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015
Periode Juni 2015, Samarinda, Indonesia

ISBN : 978-602-72658-0-6

dan Genetika Molekuler, Kepala


Laboratorium Bioproses beserta seluruh
Laboran atas fasilitas yang diberikan untuk
a b c d melakukan penelitian ilmiah ini. Demikian
Gambar 1. Diameter MIC (Minimum Inhibitory pula, penulis berterima kasih kepada Ibu
Concentration) (a. konsentrasi 20% pada B. cereus, b. Hetty Manurung, M. Si beserta Bapak
konsentrasi 20% pada E. coli, ) dan diameter zona Dr.rer.nat. Bodhi Dharma, M.Si atas
hambat terbaik (c. konsentrasi 30% pada B. cereus, dan
d. konsentrasi 45% pada E. coli). dikusinya yang bermanfaat.

Pada umumnya, diameter zona hambat Referensi


cenderung meningkat sebanding dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak. Tetapi [1] Wijayakusuma, H.M.H. 2007.
pada penelitian ini terdapat penurunan Penyembuhan dengan Mengkudu.
diameter luas zona hambat pada beberapa Sarana Pustaka Afiat. Jakarta.
konsentrasi yang lebih besar, seperti [2] Thomas. 1992. Tanaman Obat
diameter zona hambat bakteri B. cereus yaitu Tradisional I. Kanisius. Yogjakarta.
pada konsentrasi 10% ke 15% dan 35% ke [3] Elifah, E. 2010. Uji Antibakteri Fraksi
40%. Begitu juga diameter zona hambat Aktif Ekstrak Metanol Daun Senggani
bakteri E. coli, yaitu pada konsentrasi 20% (Melastoma candidum, D. Don)
ke 25% dan 35% ke 40%. Hal serupa dialami Terhadap Escherichia coli dan Bacillus
juga oleh [3], dimana diameter zona hambat subtilis Serta Profil Kromatografi Lapis
tidak selalu naik sebanding dengan naiknya Tipisnya. Skripsi. FMIPA UNS,
konsentrasi zat antibakteri. Menurut [4], Surakarta.
pembentukan zona hambat efektivitas [4] Jawetz., Melnick dan Adelberg. 2008.
antibakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. EGC.
seperti suhu inkubasi, waktu inkubasi, Jakarta.
homogenitas serta kepekatan mikroba. [5] Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Bakteri Klinik. Akademi Analisis
ukuran zona hambatan menurut [5], antara Kesehatan Yogjakarta. Yogjakarta.
lain kekeruhan suspensi bakteri, waktu
pengeringan/peresapan kedalam media
agar, tebalnya agar-agar dan jarak antar.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa senyawa metabolit
sekunder yang terkandung di dalam ekstrak
etanol buah belangla antara lain alkaloid,
fenolik, saponin dan triterpenoid/steroid.
Ekstrak etanol buah belangla mampu
menghambat pertumbuhan bakteri baik
Bacillus cereus (Gram-positif) maupun
Escherichia coli (Gram-negatif) dengan
terbentuknya zona hambat disekitar kertas
cakram. Nilai MIC (Minimum Inhibitory
Consentration) ekstrak etanol buah belangla
dalam menghambat pertumbuhan bakteri
yaitu pada konsentrasi 20% terhadap B.
cereus (12,2 mm) maupun pada E. coli
(11,55 mm). Sedangkan konsentrasi
penghambat terbaik adalah konsentrasi 30%
terhadap bakteri Bacillus cereus (14,77 mm)
dan pada bakteri Escherichia coli adalah
konsentrasi 45% (17,68 mm).

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Laboratorium Mikrobiologi

11

Anda mungkin juga menyukai