Anda di halaman 1dari 6

Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVII No.

1, April 2021

HUBUNGAN KANDUNGAN TOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID DENGAN POTENSI


ANTIMIKROBA LIMBAH KANGKUNG DAN BAYAM TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL

Alfrida Monica Salasa, St. Ratnah*


Poltekkes Kemenkes Makassar

* Koresponden Email: ratnah.mansjur@poltekkes-mks.ac.id

DOI: https://doi.org/10.32382/mf.v17i1.1960

ABSTRAK

Bayam dan kangkung merupakan sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat namun bagian tanaman
yang tidak dikonsumsi dibuang dan berakhir sebagai limbah rumah tangga organik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan kandungan total polifenol dan total flavonoid, menentukan potensi limbah
rumah tangga organik sebagai antimikroba penyebab infeksi nosocomial serta menentukan hubungan
kandungan total polifenol dan kandungan total plavonoid terhadap potensi antimikroba limbah rumah
tangga terhadap pertumbuhan bakteri penyebab nosocomial. Limbah rumah tangga organik yang
digunakan adalah bagian kangkung dan bayam yang tidak diolah dan dikonsumsi, diekstraksi dengan
metode perasan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer. Selanjutnya dilakukan uji
kandungan total polifenol dengan metode Folin-Ciocalteau dan total flavonoid dengan pereaksi AlCl3,
penentuan potensi antimikroba dengan metode difusi agar. Hasil yang diperoleh kandungan total polifenol
pada limbah kangkung sebesar 4,67 mg GAE/gram ekstrak sedangkan untuk Ekstrak limbah Bayam
sebesar 3,91 mg GAE/gram ekstrak. Limbah Kangkung dan Bayam tidak mengandung senyawa
flavonoid. Limbah Kangkung dan Bayam memiliki potensi antimikroba terhadap Pseudomonas
aeruginosae dan Staphylococcus aureus. Hasil uji statistik menunjukkan Terdapat hubungan antara
kandungan total polifenol dengan potensi antimikroba ekstrak limbah Kangkung dan Bayam dimana
semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin besar daya hambatnya terhadap Pseudomonas aeruginosae
dan Staphylococcus aureus

Kata Kunci : Total polifenol, total flavonoid, potensi antimikroba, limbah rumah tangga organik, infeksi
nosokomial.

PENDAHULUAN Semua tanaman mengandung senyawa kimia


Masyarakat urban atau masyarakat yang disebut senyawa fitokemikal seperti
perkotaan adalah kelompok manusia yang tannin, flavonoid, steroid dan senyawa lainnya.
tinggal di sebuah wilayah besar, padat, Senyawa fitokemikal tersebut memiliki efek
profesinya beragam dan heterogen. Seiring terapeutik baik terhadap penyakit infeksi
meningkatnya jumlah penduduk, maka akan maupun penyakit degenerative.
berdampak pada meningkatnya jumlah sampah Sayuran dan buah-buahan yang
termasuk sampah atau limbah rumah tangga. dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi
Pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak juga mengandung senyawa fitokemikal seperti
baik menyebabkan terjadinya penumpukan yang terkandung dalam tanaman yang
sampah yang akan membusuk dan digunakan di masyarakat sebagai obat
mengeluarkan aroma yang tidak sedap sehingga tradisional. Sayuran dan buah yang sering
mencemari lingkungan dan menyebabkan dikonsumsi di masyarakat adalah kangkung,
gangguan kesehatan. Limbah rumah tangga sawi, bayam, wortel, dan pepaya. Tetapi tidak
terdiri dari limbah organik dan limbah semua bagian diolah dan dikonsumsi seperti
anorganik. Limbah organik berupa sisa-sisa batang tua, akar dan kulit buah. Bagian yang
makanan, serta bagian sayuran dan buah yang tidak digunakan dibuang dan menjadi limbah
tidak dikonsumsi. rumah tangga, padahal bagian tersebut masih
Indonesia merupakan Negara dengan mengandung senyawa fitokemikal.
keanekaragaman tanaman, baik tanaman yang Menurut Yuliana (2013), kangkung air
digunakan sebagai obat tradisional maupun (Ipomoea aquatic Forssk.) mengandung
tanaman yang dikonsumsi sebagai sayur dan senyawa polifenol, flavonoid dan kunon.
buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sayuran lain yang sering dikonsumsi

10
masyarakat adalah bayam. Bayam mengandung Sampel Penelitian
senyawa flavonoid, tannin dan steroid atau Sampel pada penelitian ini adalah
triterpenoid (Limbong, E.,P., 2017). Menurut Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
Novita dkk (2016) kandungan total fenol yang aeruginosa.
terhitung sebagai GAE dalam daun kangkung
sebesar 0,94 mg/gram dan bayam sayur sebesar Prosedur Penelitian
1,41 mg/gram. Pengambilan Bahan Uji
Infeksi nosokomial yang sekarang Bahan uji berupa limbah rumah tangga
disebut dengan Healthcare Associated organik yang merupakan bagian dari sayuran
Infections (HAIs) adalah infeksi yang diperoleh dan buah yang tidak diolah dan dikonsumsi
pada saat berada di tempat pelayanan kesehatan. yang terdiri dari batang dan akar kangkung serta
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial batang dan akar bayam.
diantaranya adalah Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Pengolahan Bahan Uji
Kleibsiella pneumoniae, Candida albicans dll Bahan uji dipisahkan dari kotoran, dicuci
(Tortora, et al, 1995). bersih dengan air kemudian ditiriskan. Setelah
Pada penelitian ini menggunakan itu dirajang untuk mempermudah proses
bahan uji limbah kangkung dan bayam yang ekstraksi
merupakan bagian sayuran yang paling sering
dikonsumsi oleh masyarakat dan sampel Ekstraksi
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas Masing-masing bahan uji ditimbang
aeruginosae yang merupakan penyebab infeksi kemudian diekstraksi dengan metode perasan
nosokomial. menggunakan juicer. Selanjutnya Ekstrak
Rumusan masalah dari penelitian ini limbah yang diperoleh dikeringkan dengan
adalah apakah limbah kangkung dan bayam menggunakan freeze dryer.
berpotensi sebagai antibakteri penyebab infeksi
nosokomial? Pengujian Kandungan Total Polifenol
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Uji Kualitatif Polifenol
menentukan kandungan total polifenol dan total Ekstrak dilarutkan dengan 2 ml etanol
flavonoid, potensi antibakteri serta hubungan 96% ditambahkan dengan peraksi Ferri klorida
kandungan total polifenol dan kandungan total 10%. Terbentuknya warna biru tua, biru
flavonoid terhadap potensi antimikroba limbah kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan
kangkung dan bayam terhadap pertumbuhan ekstrak mengandung senyawa polifenol
bakteri penyebab nosocomial (Hanani E., 2016)

METODE Uji Kuantitatif Total Polifenol


Desain, tempat dan waktu Pembuatan Kurva Baku Asam Gallat
Penelitian ini merupakan penelitian Dibuat pengenceran larutan standar
laboratorium dan telah dilaksanakan pada bulan dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm.
Januari – September 2020 di Laboratorium Dari masing larutan tersebut diambil 0,3 mL
Kimia, Laboratorium Teknologi Farmasi dan dimasukkan ke dalam vial lalu ditambahkan 1,5
Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes mL pereaksi Folin-Ciocalteau (1:10) diamkan
Kemenkes Makassar. selama 3 menit lalu tambahkan 1,2 mL larutan
Na2CO3 7,5% kemudian dibiarkan selama 30
Alat dan Bahan menit lalu absorban larutan diukur pada panjang
Alat yang digunakan yaitu juicer, gelombang 756 nm
autoklaf, cawan petri, gelas kimia, incubator,
neraca analitik, oven, rak tabung, tabung reaksi. Penetapan Kandungan Total Polifenol dari
Bahan yang digunakan yaitu limbah masing-masing ekstrak limbah rumah tangga
rumah tangga organik (kangkung dan bayam), organik (Chun et al, 2005)
Nutrien broth, Nutrien agar, Pepton Water, spoit Ekstrak sebanyak 100 mg dan dilarutkan
1 cc, spoit 3 cc, spoit 5 cc, spoit 10 cc, aqua pro dengan etanol 96% sampai volume tepat 10,0
injeksi, Staphylococcus aureus, Pseudomonas mL. Diambil 0,3 mL dari pengenceran ekstrak,
aeruginosa dan aquadest. kemudian dimasukkan ke dalam vial,
ditambahkan 1,5 ml reagen Folin-Ciocalteau
(1:10) didiamkan selama 3 menit setelah itu
ditambahkan 1,2 mL Natrium Karbonat 7,5%
kemudian didiamkan selama 30 menit. Setelah

11
itu absorbansi larutan diukur pada panjang absorbannya diukur pada panjang gelombang
gelombang 756 nm. Konsentrasi dihitung dari 400-800 nm.
persamaan regresi larutan asam gallat standar. Penentuan Potensi Aktivitas Antimikroba
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Limbah Rumah Tangga Terhadap Bakteri
Penyebab infeksi Nosokomial
Pengujian Kadar Total Flavonoid Penyiapan Ekstrak
Uji Kualitatif Flavonoid Bahan uji dibuat dengan mengencerkan
Ekstrak ditambah etanol, tambahkan maing-masing ekstrak dari limbah rumah tangga
sedikit logam Mg serta beberapa tetes HCl organik menggunakan air steril. Konsentrasi
pekat. Terbentuknya warna merah magenta bahan uji yang digunakan adalah 25%, 50%,
menunjukkan ekstrak mengandung flavonoid. 75% dan 100%b/v

Analisis Kuantitatif Flavonoid Pengujian Potensi Limbah Rumah Tangga


Pembuatan Kurva Baku kuercetin Organik Sebagai Antimikroba Penyebab
Dibuat seri pengenceran 10, 20, 30, 40, Infeksi Nosokomial
dan 50 ppm sebanyak 10 mL. Sebanyak 0,5 ml Disiapkan media MHA steril, kemudian
masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dimasukkan ke dalam cawan petri steril lalu
dalam labu ukur 10 ml, kemudian ditambahkan dibiarkan media menjadi padat. Ke dalam
100 µL AlCl3 10 % dan 100 µL larutan Natrium masing-masing larutan ekstrak yang telah
asetat 1 M lalu dicukupkan volumenya hingga disuspensikan dengan Na CMC, larutan
tanda dengan air suling. Larutan didiamkan Clindamycin 50 ppm dan Ciplofloxacin 50 ppm
selama 30 menit lalu absorbannya diukur pada (kontrol positif) dan larutan Na CMC (kontrol
panjang gelombang 400-800 nm. negatif) yang telah disiapkan dimasukkan paper
disc kemudian dibiarkan beberapa saat lalu
Penetapan Kandungan Total Flavonoid dari ditiriskan. Diulas bakteri pada permukaan media
masing-masing Ekstrak Limbah Rumah yang telah padat kemudian dibiarkan selama 15
Tangga Organik menit. Setelah itu, paper disc yang telah
Ekstrak sebanyak 0,25 g dan dilarutkan ditiriskan diletakkan pada permukaan media
dengan 50 ml etanol 70% (5000 µg/ml). yang telah diulas dengan bakteri. Setelah itu
Sebanyak 0,5 ml masing-masing konsentrasi diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.
dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, Diamati zona bening yang terbentuk disekitar
kemudian ditambahkan 100 µL AlCl3 10 % dan paper disc, kemudian diukur diameter zona
100 µL larutan Natrium asetat 1 M lalu hambat tersebut menggunakan jangka sorong.
dicukupkan volumenya sampai tanda dengan air Zona bening yang terbentuk disekitar paper disc
suling. Larutan dibiarkan selama 30 menit lalu menunjukkan zana hambat terhadap bakteri
(Lay, B. W., 2002).

HASIL
Tahap-tahap pengujian dalam penelitian adalah ekstraksi, penetuan kandungan total polifenol,
kandungan total flavonoid serta potensi aktivitas antimikroba limbah rumah tangga organik khususnya
kangkung dan bayam terhadap bakteri penyebab infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas aureginosae dan
Staphylococcus aureus. Hasil pengujian dapat dilihat di bawah ini:
1. Penentuan Total Polifenol Sebagai Asam Galat dalam limbah Kangkung dan Bayam

Tabel 1. Uji Kualitatif Senyawa Polifenol Dalam Limbah Kangkung dan bayam
No Ekstrak Pereaksi Pengamatan Kesimpulan
1 Limbah Kangkung FeCl3 Larutan Biru + polifenol
2. Limbah bayam FeCl3 Larutan Biru + polifenol

Tabel 2 Hasil Pengujian Total Polifenol Ekstrak Limbah Kangkung dan Bayam
No. Ekstrak mg GAE/gram ekstrak
1. Limbah Kangkung 4,67
2. Limbah Bayam 3,91

2. Penentuan Total Flavonoid Sebagai Kuersetin dalam limbah Kangkung dan Bayam

Tabel 3 Uji Kualitatif Senyawa Flavonoid Dalam Limbah Kangkung dan bayam
No Ekstrak Pereaksi Pengamatan Kesimpulan

12
1 Limbah Kangkung HCl pekat + logam Mg hijau - flavonoid
2. Limbah bayam HCl pekat + logam Mg hijau - flavonoid
3. Pengujian potensi aktivitas antimikroba limbah Kangkung dan Bayam terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosae dan Staphylococcus aureus

Tabel 4 Potensi aktivitas antimikroba limbah kangkung dan bayam terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosae
Diameter zona hambat (mm)
No Ekstrak Replikasi
25 % 50% 75% 100% Ciprofloksasin
I 8 10 12 13 23
Limbah II 8 9 10 11 23
1
Kangkung III 8 9 11 13 20
Rata-rata 8 9,33 11 12.33 22
I 8 9 11 12 23
Limbah II 8 10 11 12 23
2
Bayam III 8 9 11 12 23
Rata-rata 8 9.33 11 12 23
Data : Primer 2020

Tabel 5 Potensi aktivitas antimikroba limbah kangkung dan bayam terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
Diameter zona hambat (mm)
No Ekstrak Replikasi
25 % 50% 75% 100% Klindamisin
I 10 12 13 14 21
Limbah II 9 12 13 14 22
1
Kangkung III 9 11 12 13 22
Rata-rata 9,33 11,66 12,66 13,66 21,66
I 8 10 11 13 21
Limbah II 9 10 11 12 21
2
Bayam III 8 11 12 13 21
Rata-rata 8.33 10.33 11,66 12,66 21
Data : Primer 2020

PEMBAHASAN memiliki kandungan fitokemikal seperti


Penelitian ini bertujuan untuk senyawa polifenol dan flavonoid.
menentukan kandungan total polifenol dan Tahapan pengerjaan yang dilakukan
kandungan total flavonoid serta potensi aktivitas adalah ekstraksi, penentuan kandungan total
antimikroba limbah rumah tangga organik polifenol dan kandungan total flavonoid serta
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosae dan potensi aktivitas antimikroba terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Penelitian ini Pseudomonas aeruginosae dan Staphylococcus
bermanfaat sebagai data ilmiah dimana data ini aureus. Ekstraksi limbah kangkung dan bayam
dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat menggunakan metode perasan karena
berbagai sediaan yang dapat digunakan sebagai merupakan metode yang sederhana serta mudah
antiseptik atau desinfektan dalam mencegah diaplikasikan kepada masyarakat. Ekstraksi
penyakit yang disebabkan bakteri penyebab dilakukan untuk menarik semua senyawa
infeksi nosokomial. fitokemikal yang terdapat dalam limbah tersebut
Limbah rumah tangga organik adalah Pengujian total polifenol dilakukan
limbah rumah tangga yang berupa sayuran dan untuk mengetahui kandungan total senyawa
buah yang tidak dikonsumsi dan dibuang. total polifenol yang terdapat dalam ekstrak
Dalam penelitian ini limbah rumah tangga yang limbah kangkung dan bayam. Pengujian ini
diuji adalah limbah kangkung dan bayam yang diawali dengan uji kualitatif dengan
berupa bagian daun tua, batang serta akar yang menggunakan pereaksi Feri klorida untuk
tidak dikonsumsi. Pemilihan sayur kangkung mengidentifikasi keberadaan senyawa polifenol
dan bayam karena merupakan sayuran yang dalam ekstrak limbah kangkung dan bayam.
paling digemari oleh masyarakat dan paling Hasil pengujian diperoleh terbentuknya warna
sering dikonsumsi serta sayuran tersebut biru yang menunjukkan bahwa kedua ekstrak
limbah tersebut mengandung senyawa polifenol

13
(tabel 4.1). Kemudian pengujian dilanjutkan 11,66 mm; 75% sebesar 12,66 mm; dan 100%
dengan menentukan kandungan total senyawa sebesar 13,66 mm. Sedangkan untuk ekstrak
polifenol dengan menggunakan pereaksi Folin- limbah Bayam diperoleh diameter zona hambat
Ciocalteau. Asam galat digunakan sebagai untuk konsentrasi 25% sebesar 8,33 mm; 50%
standar karena merupakan fenol alami dan sebesar 10,33 mm; 75% sebesar 11,66 mm; dan
stabil. Hasil pengujian diperoleh kandungan 100% sebesar 12,66 mm. Diameter zona hambat
total polifenol yang setara dengan asam galat untuk Clindamycin adalah sebesar 21,33 mm.
(mg GAE/gram ekstrak) untuk ekstrak limbah Terbentuknya zona bening disekitar
kangkung sebesar 4,67 mg/gram ekstrak dan paper disc yang menunjukkan daya hambat
untuk ekstrak limbah bayam sebesar 3,91 ekstrak limbah kangkung dan Bayam terhadap
mg/gram ekstrak (tabel 4.2). bakteri Pseudomonas aeruginoasae dan
Pengujian total flavonoid dilakukan Staphylococcus aureus. Hal ini disebabkan
untuk mengetahui kandungan total senyawa karena ekstrak Kangkung dan Bayam
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak limbah mengandung senyawa polifenol dimana
kangkung dan bayam. Pengujian ini diawali senyawa ini dapat merusak dan menembus
dengan uji kualitatif dengan menggunakan dinding sel bakteri, kemudian mengendapkan
pereaksi logam Mg dan HCl pekat. Apabila protein sel mikroba sehingga merupakan racun
terbentuk warna merah, jingga atau kuning bagi protoplasma (Ngajow dkk, 2013). Hal ini
menunjukkan mengandung senya flavonoid. menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki
Hasil pengujian diperoleh terbentuknya warna potensi aktivitas antimikroba terhadap kedua
hijau yang menunjukkan bahwa ekstrak limbah bakteri tersebut.
kangkung dan bayam tidak mengandung Hasil pengujian statistik menggunakan
senyawa flavonoid (tabel 4.3). Untuk pengujian uji Mann Withney menunjukkan bahwa
kandungan total flavonoid tidak dilanjutkan konsentrasi ekstrak limbah Kangkung yang
karena pada uji kualitatif menunjukkan kedua memberikan aktivitas antimikroba yang terbesar
ekstrak tersebut tidak mengandung senyawa terhadap Pseudomonas aeruginosae dan
flavonoid. Staphylococcus aureus adalah 75% b/v.
Pengujian potensi antimikroba kedua Konsentrasi ekstrak limbah Bayam yang
ekstrak tersebut dilakukan dengan metode difusi memberikan aktivitas antimikroba yang terbesar
agar. Potensi antimikroba dilakukan terhadap terhadap Pseudomonas aeruginosae adalah
bakteri Pseudomonas aeruginosae dan 100% b/v dan terhadap Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus, karena merupakan adalah 75% b/v.
bakteri penyebab infeksi nosokomial. Uji korelasi Spearman antara
Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah, kandungan total polifenol terhadap potensi
25%, 50%, 75% dan 100% b/v. Kontrol positif antimikroba ekstrak limbah Kangkung dan
yang digunakan adalah Ciprofloksacin dan Bayam menunjukkan bahwa ada hubungan
Clindamycin. Potensi antimikroba dapat dilihat signifikan antara peningkatan konsentrasi
dengan adanya zona bening disekitar paper disc ekstrak dan potensi antimikroba dimana
yang diletakkan pada permukaan media yang semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin
telah diulas dengan bakteri Pseudomonas besar daya hambat ekstrak tersebut terhadap
aeruginosae dan Staphylococcus aureus. Zona bakteri Pseudomonas aeruginosae dan
bening tersebut merupakan zona hambat ekstrak Staphylococcus aureus (p = 0,01)
terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil pengujian
potensi antimikroba ekstrak limbah kangkung KESIMPULAN
terhadap Pseudomonas aeruginosae diperoleh Berdasarkan hasil penelitian dan
diameter zona hambat rata untuk konsentrasi analisis data dapat disimpulkan bahwa :
25% sebesar 8 mm, 50% sebesar 9,33 mm; 75% 1. Kandungan total polifenol sebagai asam
sebesar 11 mm; dan 100% sebesar 12,33 mm. galat untuk ekstrak Limbah Kangkung
Sedangkan untuk ekstrak limbah bayam sebesar 4,67 mg GAE/gram ekstrak
diperoleh diameter zona hambat untuk sedangkan untuk Ekstrak limbah Bayam
konsentrasi 25% sebesar 8 mm; 50% sebesar sebesar 3,91 mg GAE/gram ekstrak
9,33 mm; 75% sebesar 11 mm; dan 100% 2. Ekstrak limbah Kangkung dan Bayam
sebesar 12 mm. Diameter zona hambat untuk tidak mengandung senyawa flavonoid.
Ciprofloksacin adalah sebesar 23 mm. Hasil 3. Ekstrak limbah Kangkung dan Bayam
pengujian potensi antimikroba ekstrak limbah memiliki potensi antimikroba terhadap
kangkung terhadap Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosae dan
diperoleh diameter zona hambat rata untuk Staphylococcus aureus (p < 0,05)
konsentrasi 25% sebesar 9,33 mm, 50% sebesar

14
4. Semakin tinggsi konsentrasi ekstrak Ngajow M., Abidjulu J., Kamu V.S. Pengaruh
semakin besar daya hambatnya terhadap Antibakteri Ekstrak KUlit Batang Matoa
Pseudomonas aeruginosae dan (Pometia pinnata) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus secara In Vitro.
Jurnal MIPa,2. 128 - 132
DAFTAR PUSTAK
Novita M., M.Iksan Sulaiman, Saufa Yura.
Chun, O.K., Kim, D.O., and Lee, C.Y., 2003, 2016. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap
Superoxide Radical Scavenging Activity Aktivitas Antioksidan dan Kandungan
of The Major Polyphenols in Fresh Fenol Beberapa Jenis Bayam dan
Plums, J. Agric. Food Chem, 51, 8067- Sayuran Lain. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
8072. Pertanian Unsyiah Vol. 1 No. 1, Nov
2016
Hanani, E., 2016, Analisis Fitokimia, Penerbit
EGC Medical Publisher, Jakarta Tortora Gerard J, et.al, 2001, Microbiology : An
Introduction, Edisi 7, Pearson
Lay, B.W. 2002 Analisis Mikroba Di
Education. USA,
Laboratorium. Jakarta: PT. Raja
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Dep
Grafindo Persada
artemen/Mikrobiologi/inp.pdf. Diakses
Limbong, E., P., 2017, Uji Aktivitas Antibakteri tanggal 28 Agustus 2019.
Ekstrak Etranol Daun Bayam Merah
Yuliana, A., Albert, 2013, Aktivitas Kangkung
(Athernanthera strigosa Hask) Terhadap
Air (Ipomoea aquatic Forssk.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan
Jamur Pityrosporum ovale Hasil Isolasi
Escherichia coli. Repisatory Skripsi
Secara In Vitro, Jurnal Kesehatan Bakti
Universitas Sumatra Utara
Tunas Husada.

15

Anda mungkin juga menyukai