9 (3) : 187-193
Abstract
Phytophthora sp. are pathogenic fungi that can cause plant diseases with symptomatic rotten or known as
stem base rotten disease (BPB). Acacia leaf (Acacia mangium Willd.) has secondary metabolite content so
that it can be used as a source of natural antifungal substitutes for synthetic antifungal This study uses a
completely randomized design (CRD) with 4 treatment levels consisting of control, extract concentration of
2 %, 3 %, and 4 %. Antifungal activity test uses food poisoning method by adding acacia leaf extract to PDA
media. The results showed that the extract of acacia leaves (Acacia mangium Willd.) had an effect on
inhibiting the growth of isolate Phytophthora sp. (Im5) with the decrease of fungi colony diameter.
Concentration of 4 % extract is the best concentration with the very strong level of antifungal activity in
inhibiting the growth of Phytophthora sp. (Im5).
187
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
Tabel 1. Tingkat aktivitas daya hambat ekstrak (Mori et al., dalam Novriyanti et al., 2010)
Aktivitas Daya Hambat Tingkat Aktivitas
> 75% Sangat Kuat
50% - 75% Kuat
25% - 50% Sedang
0 % - 25% Lemah
0 Tidak Aktif
188
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
100
Hari ke-1
80
Hari ke-2
60
Hari ke-3
40 Hari ke-4
20 Hari ke-5
0 Hari ke-6
k 2 3 4
Konsentrasi (%)
Gambar 1. Pertumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora sp. (Im5) pada semua perlakuan selama 7 hari.
Keterangan: k (kontrol)
a 85,88 mm b 44.87 mm
c 23,66 mm d 16,55 mm
Gambar 2. Pertumbuhan koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) setelah 7 hari: a) Kontrol (media PDA); b) Konsentrasi
ekstrak daun akasia 2 %; c) Konsentrasi ekstrak daun akasia 3 %; d.) Konsentrasi ekstrak daun akasia 4 %
189
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
Adanya aktivitas antifungi ekstrak metanol daun diduga akan memengaruhi kondisi sel jamur yang
akasia terhadap isolat jamur anggota spesies dapat mengganggu kemampuan jamur untuk
Phytopthora sp. (Im5) dapat dilihat melalui ukuran mengambil nutrisi dari media. Mailoa et al. (2014).
diameter koloni jamur. Hasil analisis Anova menyatakan, jamur yang mengalami kerusakan
dengan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada membran selnya akan terhambat pertum-
diameter koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) buhannya bahkan samapi kematian sel akibat ter-
berbeda nyata antar perlakuan (F3,20 = 1505,828, p jadi hambatan masuknya nutrisi yang diperlukan
= 0,000). dan kontrol. Diameter koloni jamur jamur untuk menghasilkan energi. Jamur
terkecil pada konsentrasi ekstrak daun akasia 4% Phytophthora sp. (Im5) yang ditumbuhkan pada
(Tabel 2). media yang mengandung ekstrak daun akasia
menghasilkan pertumbuhan dengan waktu yang
Hasil analisis ANOVA ekstrak daun akasia ber- lebih lama seiring dengan meningkatnya konsen-
pengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan trasi ekstrak (Gambar 1). Sel-sel jamur diduga
koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) (F3,20 = membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi de-
2754,848, p = 0,000). Persentase aktifitas antifungi ngan kondisi lingkungan tumbuhnya. Konsentrasi
pada konsentrasi ekstrak metanol daun akasia 2%, ektstrak metanol daun akasia yang diberikan
3%, dan 4% dan kontrol berbeda nyata antar semakin tinggi akan memengaruhi waktu adaptasi
perlakuan. Tingkat aktivitas antifungi sangat kuat jamur yang semakin lama. Hal ini menunjukan
pada konsentrasi ekstrak daun akasia 4%. Tingkat adanya penghambatan pertumbuhan jamur seiring
aktivitas antifungi ekstrak metanol daun akasia dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun
yaitu sedang hingga sangat kuat. Tingkat aktivitas akasia. Menurut Suprihatin (2010) lamanya fase
sangat kuat diperoleh pada konsentrasi ekstrak 4%. adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor dian-
Tingkat aktivitas kuat diperoleh pada konsentrasi taranya: media dan lingkungan pertumbuhan. Jika
ekstrak 3% dan tingkat aktivitas sedang diperoleh nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang
pada konsentrasi 2% (Tabel 3). baru berbeda dengan sebelumnya, maka diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim,
Pembahasan selain itu jumlah sel inokulum awal yang semakin
tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Pelczar
Hasil pengamatan menunjukkan adanya pengaruh
dan Chan (1988), menyatakan kandungan senyawa
pemberian ekstrak daun aksia terhadap pertum-
aktif antimikroba semakin banyak seiring dengan
buhan koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) selama
semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak sehing-
tujuh hari (Gambar 1). Koloni jamur Phytophthora
ga kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
sp. (Im5) pada perlakuan kontrol tanpa ekstrak
mikroba semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan
metanol daun akasia mulai terlihat pada hari ke 1,
penelitian Oktaviana et al. (2012), bahwa per-
pemberian ekstrak metanol daun akasia konsentrasi
lakuan konsentrasi ekstrak metanol bunga kamboja
2% dan 3% koloni terlihat pada hari ke-2 sedang-
putih (Plumeria acuminata) terhadap jamur
kan jamur dengan pemberian ekstrak metanol daun
Aspergillus clavatus tumbuh pada hari yang ber-
akasia konsentrasi 4% mulai terlihat pada hari ke-
beda seiring meningkatnya konsentrasi.
3. Media yang diberi ekstrak metanol daun akasia
190
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
Pertumbuhan koloni jamur anggota spesies dalam ekstrak konsentrasi 4% diduga menyebab-
Phytophthora sp. (Im5) dengan pemberian ekstrak kan penghambatan yang tinggi pada pertumbuhan
metanol daun akasia konsentrasi 2%, 3%, dan 4% jamur Phytophthora sp. (Im5). Menurut Fitriani et
dapat tumbuh hingga hari ke-7 (Gambar 1). Hasil al. (2013), semakin tinggi konsentrasi ekstrak ma-
ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun ka semakin banyak senyawa antifungi yang ter-
akasia bersifat fungistatik karena hanya dapat dapat didalam ekstrak sehingga semakin kecil dia-
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies meter koloni jamur. Hasil penelitian Joseph et al.
Phytophthora sp. (Im5). Putri (2013) menyatakan (2016), menunjukkan daun akasia memiliki kand-
bahwa fungistatik dapat mengganggu metabolisme ungan senyawa metabolit sekunder seperti
sel, kerja enzim, dan pertumbuhan hifa. alkaloid, flavonoid, fenol, glikosida, saponin,
steroid, tannin, dan terpenoid yang dapat diguna-
Pertumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora
kan sebagai antijamur. Pelczar dan Chan (1988),
sp. (Im5) yang diberikan perlakuan ekstrak metanol
menyatakan secara umum, mekanisme kerja meta-
daun akasia dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%
bolit sekunder dalam menghambat pertumbuhan
menjadi terhambat dan diameter koloni jamur lebih
jamur dengan beberapa cara, yaitu meng-ganggu
kecil dibandingkan kontrol (Gambar 2, Tabel 1).
membran sel jamur, menghambat sintesis dinding
Penghambatan pertumbuhan koloni jamur diduga
sel jamur, menginaktivasi enzim-enzim, dan meng-
adanya kandungan senyawa metabolit sekunder
hambat sintesis asam nukleat dan protein.
berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan
fenol yang terdapat pada ekstrak daun akasia dapat Senyawa tanin dapat merusak dinding sel jamur
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies dengan cara mengendapkan protein sehingga pert-
Phytophthora sp. (Im5). Hasil penelitian Indahsari umbuhan jamur menjadi terhambat (Ningsih et al.,
(2017), menunjukkan hasil bahwa ekstrak daun 2016). Suryana (2004) menyatakan bahwa senya-
akasia (Acacia mangium Willd.) yang mengandung wa tanin menyebabkan kebocoran metabolit esen-
senyawa metabolit sekunder berupa tanin dan sial yang dibutuhkan mikroba akibat dari sel mik-
fenolik dapat menghambat pertumbuhan jamur roba yang lisis dan rusaknya kerja sel. Senyawa
Rhizoctonia sp. pada konsentrasi 1%. alkaloid bekerja dengan cara berikatan dengan
ergosterol pada membran sel sehingga mengakibat-
Hasil analisis Anova dan uji Duncan menunjukkan
kan kerusakan pada membran sel dan kebocoran
bahwa perlakuan ekstrak metanol daun akasia ber-
pada membran sel jamur. Selain itu alkaloid mam-
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni ja-
pu menghambat esterase, DNA, RNA polimerase,
mur Phytophthora sp. (Im5) secara in vitro. Diame-
dan respirasi sel serta berperan dalam penyisipan
ter koloni jamur pada konsentrasi ekstrak metanol
DNA (Aniszewki, 2007).
daun akasia 2%, 3%, dan 4% dan kontrol berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Konsentrasi ekstrak Senyawa flavonoid dalam ekstrak tumbuhan dapat
daun akasia 4% merupakan konsentrasi paling baik menghambat pertumbuhan sel jamur yaitu dengan
dalam menghambat pertumbuhan jamur anggota cara senyawa flavonoid pada membran sel akan
spesies Phytophthora sp. (Im5) dengan diameter mengubah komposisi komponen sel jamur
koloni jamur 16,55 mm. Perhitungan rerata diame- (Wahyuningtyas, 2008). Flavonoid-glikosida be-
ter koloni jamur menunjukkan terjadinya penurun- kerja dengan cara ikatan hydrogen membentuk
an diameter seiring dengan peningkatan konsentra- kompleks reseptor-glikosida, sehingga terurai sete-
si ekstrak yang digunakan (Tabel 2). Penurunan lah melewati membran sel mikroba. Sel mengalami
diameter ini menandakan bahwa ekstrak daun lisis akibat masuknya senyawa ke dalam membran
akasia memiliki kemampuan untuk menghambat sel akan menyebabkan terkoagulasinya protein dan
pertumbuhan koloni jamur karena konsentrasi eks- membran sel (Soeka et al., 2007).
trak yang ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan pe-
Senyawa fenol mampu menyebabkan lisis pada
nelitian Hidayati (2012) mengenai senyawa anti-
dinding sel jamur karena dapat mengerutkan din-
fungi akasia dan aktivitasnya terhadap Ganoderma
ding sel jamur dan mendenaturasi protein. Selain
lucidum yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
itu, senyawa fenol melalui gugus hidroksil yang
konsentrasi senyawa yang diberikan maka semakin
akan berikatan dengan gugus sulfihidril dari pro-
besar persentase penghambatan jamur.
tein jamur mampu mengubah konformasi protein
Konsentrasi ekstrak daun akasia 4% merupakan membran sel target sehingga mengakibatkan ter-
konsentrasi paling baik dalam menghambat per- ganggunya pertumbuhan dan mengalami kematian
tumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora sp. (Cown, 1999). Steroid menghambat pertumbuhan
(Im5), dengan nilai persentase aktivitas antifungi jamur, baik melalui sitoplasma maupun meng-
80,68% dan tingkat aktivitas sangat kuat (Tabel 2). ganggu perkembangan spora jamur sehingga
Kandungan metabolit sekunder yang semakin pertumbuhan jamur terhambat (Subhisha dan
Subramoniam, 2005).
191
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
Senyawa golongan terpenoid memiliki kemampuan Indahsari, DN, 2017, Ekstrak Tanin Daun Akasia
dalam mengganggu proses terbentuknya membran (Acacia mangium Willd.) Sebagai Penghambat
sel jamur sehingga menghambat pertumbuhan Pertumbuhan Rhizoctonia sp. secara In Vitro,
jamur (Cown, 1999). Saponin dapat menurunkan Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
tegangan permukaan membran sel dengan cara ber- Joseph, H, Zulkapli, MM, Iskandar, H & Santin, S,
ikatan dengan ergosterol pada membran sel jamur. 2016, ‘Molluscicidal Activity of The Plant
Pertumbuhan sel jamur akan menjadi terhambat Acacia mangium (Willd.) against The Snail
atau mengalami kematian karena tegangan permu- Pomaceae canaliculata (Lam.)’, Jurnal Borneo
kaan membran sel jamur yang menurun, sehingga Akedemika, vol. 1, no. 2, pp. 27-33.
mempengaruhi permeabilitas membran dan meng-
akibatkan terganggunya kestabilan membran, se- Kusumadewi, T, Khotimah, S, & Yanti, AH, 2014,
‘Ekstrak Metanol Buah Sonneratia alba sebagai
hingga berdampak pada proses pengangkutan dan
Penghambat Pertumbuhan Helminthosporium
biosintesis dinding sel (Susanto, 2007). sp. yang diisolasi dari Daun Jagung’, Jurnal
Protobiont, vol. 3 no. 2, hal. 149-154.
DAFTAR PUSTAKA
Mailoa, MN, Mahendradatta, M, Laga, A, & Djide, N,
Aniszewki, T, 2007, Alkaloid-secrets of life, Elsevier,
2014. ‘Antimicrobial activities of tannins extract
Amsterdam.
from guava leaves (Psidium guajava L.) on
Asniah, S & Wahyuni, TAS, 2012, ‘Survei Kejadian pathogens microbial.’ International Journal of
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophthora Scientific & Technology Research, vol. 3, no. 1,
capsici) Tanaman Lada (Piper nigrum. L) di pp. 236-241.
Kabupaten Konawe Selatan’, Jurnal Agroteknos,
Marpaung, AE, Silalahi, FH & Purba, EIY, 2010,
vol. 2, no. 3, hal. 151-157.
‘Identifikasi Patogen Penyebab Busuk Pangkal
Cown, MM, 1999, ‘Plant Products as Antimicrobial Batang pada Tanaman Jeruk di Tanah Karo’,
Agents’, Clinical Microbiology Review, vol. 12, Jurnal Holtikultura, vol. 20, no. 3, hal. 262-273.
no. 4, pp. 564-582.
Ningsih, DR, Zusfahair, & Kartika, D, 2016,
Darmadi, AA, Ginantra, IK, & Joni, M, 2017, “Uji ‘Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder serta
Efektivitas Ekstrak Aseton Daun Kayu Manis Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai
(Cinnamomum burmanni Blume) terhadap Jamur Antibakteri’, Jurnal Molekul, vol. 11, no. 1, hal.
Fusarium solani Penyebab Penyakit Busuk 101-111.
Batang pada Buah Naga (Hylocereus sp.) secara
Novriyanti, E, Santosa, E, Syafii, W, Turjaman, M, &
In Vitro”, Jurnal Metamorfosa, vol. 4, no. 1, hal.
Sitepu, IR., 2010, ‘Antifungal Activity of Wood
79-86.
Extract of Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte
Dhingra, OD & Sinclair, JB, 1985, Basic Plant Against Agarwood Inducing Fungi, Fusarium
Pathology Methods, CRC Press, Florida. solani’, Journal od Foresty Research, vol. 7, no.
2, pp. 155-165.
Ester, A, Mukarlina, & Rahmawati, 2017, ‘Aktivitas
Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat Oktaviana, B, Rahmawati & Linda, R, 2017, ‘Aktivitas
(Mikania micrantha Kunth) terhadap Pertum- Antifungi Ekstrak Metanol Bunga Kamboja
buhan Phytophthora sp. Im5 dari Batang Jeruk Putih (Plumeria acuminata) Terhadap
Siam (Citrus nobilis var. microcarpa)’, Jurnal Aspergillus clavatus’, Jurnal Labora Medika,
Protobiont, vol. 6, no. 3, hal. 63-67. vol. 1, no. 2, hal. 22-29.
Fitriani, S, Raharjo, & Trimulyono, G, 2013, ‘Aktivitas Pelczar, MJ & Chan, ESC, 1988, Dasar-dasar
Antifungi Ekstrak Daun Kedondong (Spondias Mikrobiologi Jilid 1, UI Press, Jakarta.
pinnata) dalam menghambat Pertumbuhan
Putri, AU, 2013, Uji Potensi Antifungi Ekstrak Berbagai
Aspergillus flavus’, Jurnal Lentera Bio, vol. 2,
Jenis Lamun terhadap Fungi Candida albicans,
no. 2, hal. 125-129.
Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gaspers, 1991, Metode Perancangan Percobaan, CV
Rohayatun, IM, Rahmawati, & Mukarlina, 2017, ‘Uji
Armico, Bandung.
Antagonis Isolat Jamur Rizosfer Lokal Terhadap
Hidayati, N, 2012, ‘Isolasi dan Penetapan Kadar Phytophthora sp. Im5 dari Pangkal Batang
Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p- Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis var.
aminophenol dari Akar Acacia mangium’, Jurnal microcarpa)’, Jurnal Protobiont, vol. 6, no. 3,
Pemuliaan Tanaman Hutan, vol 6, no. 2, hal. hal. 130-135.
117-130.
192
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193
Sari, RK, Utami, R, Batubara, I, Carolina, A, & Susanto, H, 2007, Pengaruh Insektisida Nabati
Febriany, 2013, ‘Aktivitas Antioksidan dan terhadap Viabilitas Jamur Entomopatogen
Inhibitor Tirosinase Ekstrak Metanol Mangium Beauveria bassiana Bals, Skripsi, Universitas
(Acacia mangium)’, Jurnal Ilmu Teknol. Kayu Islam Negeri Malang, Malang.
Tropis, vol. 13, no. 1, hal. 88-97.
Wahyuningtyas, E, 2008, ‘Pengaruh Ekstrak
Soeka, YS, Naiola, E, & Sulistyo, J, 2007, ‘Aktivitas Graptophyllum pictum terhadap Pertumbuhan
Antimikroba Flavonoid - Glikosida Hasil Candida albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin
Sintesis Secara Transglikosilasi Enzimatik’, Akrilik’, Indonesian Journal of Dentistry, vol.
Jurnal Berita Biologi, vol. 8, no. 6. hal. 455-464. 15, no. 3, hal. 187-191.
Subhisha, S & Subramoniam, A, 2005, ‘Antifungal Waluyo, L, 2007, Teknik dan Metode Dasar Mikro-
activities of a steroid from (Pallavicinia lyellii) a biologi, Edisi ke-1, UMM Press, Malang.
Liverwort’, Indian Journal of Pharmacology,
vol. 37, no. 5, pp 304-308. Yuniarti, 2010, ‘Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit
Acacia Mangium Willd. sebagai Antifungi dan
Suprihatin, 2010, Teknologi Fermentasi, ISBN : 978- Pengujiannya terhadap Fusarium sp. dan
602-8915-50-2, UNESA, Surabaya. Ganoderma sp.’, Jurnal Sains dan Terapan
Kimia, vol.4, no. 2, hal. 190-198.
Suryana, I, 2004, Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Rhizoctonia sp.
secara In Vitro, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
193