Anda di halaman 1dari 7

Protobiont (2020) Vol.

9 (3) : 187-193

AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK METANOL DAUN AKASIA


(Acacia mangium Willd.) TERHADAP Phytophthora sp. (Im5)
SECARA IN VITRO
Yanti Wulandari1*, Rahmawati1, Mukarlina1
1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.
*
Email korespondensi: yantiwulandari1996@gmail.com

Abstract

Phytophthora sp. are pathogenic fungi that can cause plant diseases with symptomatic rotten or known as
stem base rotten disease (BPB). Acacia leaf (Acacia mangium Willd.) has secondary metabolite content so
that it can be used as a source of natural antifungal substitutes for synthetic antifungal This study uses a
completely randomized design (CRD) with 4 treatment levels consisting of control, extract concentration of
2 %, 3 %, and 4 %. Antifungal activity test uses food poisoning method by adding acacia leaf extract to PDA
media. The results showed that the extract of acacia leaves (Acacia mangium Willd.) had an effect on
inhibiting the growth of isolate Phytophthora sp. (Im5) with the decrease of fungi colony diameter.
Concentration of 4 % extract is the best concentration with the very strong level of antifungal activity in
inhibiting the growth of Phytophthora sp. (Im5).

Keywords: Acacia mangium [Willd], antifungal, methanol extract, Phytophthora sp.

PENDAHULUAN suatu tanaman dapat menghambat pertumbuhan


jamur (Yuniarti, 2010). Hasil penelitian Sari et al.
Jeruk siam (Citrus nobilis var. micocarpa) me-
(2013) menunjukkan ekstrak metanol tanaman
rupakan jenis jeruk komoditi potensial tanaman
akasia (A. mangium) terdeteksi mengandung ke-
hortikultura di Pontianak, Kalimantan Barat. Pro-
lompok senyawa alkaloid, flavanoid, terpenoid,
duksi tanaman jeruk siam dapat mengalami penu-
tanin dan saponin.
runan dikarenakan serangan berbagai penyakit.
Salah satu serangan penyakit yang dapat menurun-
Pengendalian jamur menggunakan antifungi meru-
kan produksi tanaman jeruk siam adalah jamur
pakan usaha untuk menghambat pertumbuhan dan
Phytophthora sp. yang menyebabkan penyakit Bu-
metabolisme jamur, selain itu pengendalian jamur
suk Pangkal Batang (Marpaung et al., 2010).
dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi jamur pada inang yang terinfeksi, dan
Menurut Asniah dan Wahyuni (2012), jamur ang-
mencegah pembusukan dan kerusakan oleh jamur
gota spesies Phytophthora sp. merupakan jamur
(Pelczar & Chan, 1988). Ekstrak metanol daun
patogen tular tanah yang menyebabkan gejala bu-
akasia yang mengandung senyawa kimia memiliki
suk pada pangkal batang. Penyebaran jamur ang-
aktivitas antifungi sehingga perlu juga dilakukan
gota spesies Phytophthora sp. dapat melalui tanah,
penelitian ini untuk mengetahui kemampuan eks-
aliran air, dan tanaman yang terkontaminasi.
trak metanol daun akasia (A. mangium) dalam
Rohayatun et al. (2017), menyatakan bahwa pe-
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies
nyakit busuk pangkal batang pada jeruk ditandai
Phytophthora sp.(Im5).
dengan terbentuknya “blendok” (gumosis) dan me-
ngeluarkan bau asam.
BAHAN DAN METODE
Pemanfaatan daun akasia (Acacia mangium) pada Waktu dan Tempat Penelitian
hutan tanaman industri dinilai kurang optimal.
Penelitian dilakukan pada bulan September 2018
Cara yang dipilih untuk mengembangkan fungsi
hingga Agustus 2019. Evaporasi ekstrak metanol
lain daun akasia yaitu sebagai pengendali penyakit.
daun Akasia dilakukan di Laboratorium Biokimia,
Tumbuhan akasia memiliki kandungan senyawa
Politeknik Negeri, Pontianak. Pengujian aktivitas
metabolit sekunder sehingga dapat dimanfaatkan
antifungi ekstrak metanol daun Akasia terhadap
sebagai sumber antifungi alami pengganti antifungi
pertumbuhan Phytophthora sp. (Im5), dilakukan di
sintetis (Asniah & Wahyuni, 2012). Metabolit se-
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika
kunder seperti senyawa fenolik, alkaloid, ter-
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
penoid, saponin, resin dan tanin yang terdapat
Tanjungpura, Pontianak.

187
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Alat dan Bahan dimasukkan ke dalam wadah steril yang dibungkus


dengan alumunium foil, kemudian disimpan dalam
Penelitian ini menggunakan alat seperti autoklaf,
desikator gel sampai digunakan untuk uji antifungi
cawan petri, desikator gel, erlenmeyer, gelas
(Kusumadewi et al., 2014).
beaker, gelas ukur, hot plate, inkubator,
mikroskop, timbangan analitik, dan vacum rotary
Pembuatan kultur murni jamur dan larutan uji
evaporator. Bahan yang digunakan yaitu akuades,
alkohol 70%, daun akasia (Acasia mangium), isolat Media PDA dituang sebanyak 20 mL ke dalam
Phytophthora sp. (Im5) koleksi Laboratorium cawan petri dan didiamkan sampai media PDA
Mikrobiologi Fakultas MIPA, Universitas memadat. Kultur jamur Phytophthora sp. (Im5)
Tanjungpura hasil penelitian Rohayatun et al. diinokulasi sebanyak satu ose diletakkan di tengah
(2017), larutan Dimetyl Sulfoxid (DMSO) 10%, media secara aseptik, kemudian diinkubasi selama
metanol teknis, media PDA (Potato Dextrose 3-5 hari pada suhu 37°C sampai digunakan untuk
Agar). uji antifungi (Waluyo, 2007). Pembuatan larutan
uji menggunakan ekstrak daun akasia sebanyak 5
Rancangan Percobaan gr dimasukkan ke dalam 50 ml DMSO 10% untuk
Rancangan percobaan yang digunakan dalam membuat larutan stok dengan konsentrasi 10%.
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Kemudian dari larutan stok dibuat 3 konsentrasi
(RAL). Ekstrak metanol daun akasia yang perlakuan yaitu 2%, 3%, dan 4%.
digunakan terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu
konsentrasi 2%, 3%, 4% dan kontrol. Masing- Uji antifungi
masing 6 ulangan pada setiap perlakuan, sehingga Penentuan aktivitas antifungi dilakukan dengan
diperoleh 24 unit percobaan. metode peracunan makanan (poisoning food)
(Dhingra & Sinclair, 1985). Ekstrak daun akasia
Prosedur Kerja sebanyak 4 mL dituang ke dalam cawan petri ke-
mudian ditambah media PDA sebanyak 16 mL di-
Pengambilan sampel dan pembuatan simplisia
homogenkan untuk konsentrasi 2%, ekstrak daun
Sampel daun akasia sebanyak 5 kg diambil di akasia sebanyak 6 mL dituang ke dalam cawan
Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau. petri kemudian ditambah media PDA sebanyak 14
Sampel yang diambil adalah daun yang sehat. mL dihomogenkan untuk konsentrasi 3%, dan eks-
Sampel daun akasia disortasi basah dan dicuci trak daun akasia sebanyak 8 mL dituang ke dalam
dibawah air mengalir, lalu dikeringanginkan cawan petri kemudian ditambah media PDA seba-
ditempat yang tidakhi terkena sinar matahari secara nyak 12 mL dihomogenkan untuk konsentrasi 4%,
langsung (Ester et al., 2017). Setelah kering dan dibiarkan beku. Kultur murni diambil dengan
sampel daun akasia dihaluskan berbentuk serbuk. menggunakan jarum ose ditusuk dibagian tengah
Simplisia sebanyak 500 gram dimasukkan dalam cawan petri media PDA yang sudah diberi perlaku-
toples untuk dilakukan ekstraksi. an dengan ekstrak. Kemudian diinkubasi pada suhu
ruang (20-25ºC) dan diameter koloni jamur diukur
Ektraksi simplisia pada hari ke-7. Parameter pengamatan dilakukan
Serbuk simplisia sebanyak 500 gram dimaserasi dengan mengukur diameter pertum-buhan jamur
dengan metanol sampai simplisia terendam, dengan menggunakan jangka sorong. Persentase
kemudian disimpan pada suhu ruang dan daya hambat ekstrak daun akasia pada diukur
terlindungi dari cahaya matahari langsung. dengan rumus berikut (Darmadi et al., 2017):
Maserasi dilakukan sampai hasil saringan menjadi 𝐷𝐾−𝐷𝑃
bening dan setiap hari harus diaduk. Filtrat diambil Daya Hambat = 𝐷𝐾
x 100%
dengan metode penyaringan, kemudian filtrat yang Keterangan :
diambil diuapkan dengan vacuum rotary DK : Diameter koloni jamur tanpa perlakuan (mm)
evaporator pada kecepatan 70-110 rpm pada suhu DP : Diameter koloni jamur dengan perlakuan pada
40℃-45℃. Ekstrak kental hasil evaporation media (mm)

Tabel 1. Tingkat aktivitas daya hambat ekstrak (Mori et al., dalam Novriyanti et al., 2010)
Aktivitas Daya Hambat Tingkat Aktivitas
> 75% Sangat Kuat
50% - 75% Kuat
25% - 50% Sedang
0 % - 25% Lemah
0 Tidak Aktif

188
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Analisis Data konsentrasi ekstrak metanol daun akasia yaitu 2%,


3%, dan 4% terjadi penghambatan pertumbuhan
Data pengukuran diameter pertumbuhan jamur
dilihat dari waktu koloni jamur muncul. Koloni
setiap hari disajikan dalam bentuk diagram batang.
jamur muncul pada hari ke 2 pada perlakuan
Hasil uji antifungi ekstrak metanol daun Akasia
dengan konsentrasi 2% dan 3%, sedangkan pada
dianalisis dengan ANOVA satu jalur. Analisis data
konsentrasi 4% koloni jamur muncul pada hari ke-
statistik dilakukan menggunakan program SPSS
3 (Gambar 1).
18. Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata
maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf Hasil pengujian koloni jamur anggota spesies
kepercayaan 95% (Gaspers, 1991). Phytopthora sp. (Im5) yang dilakukan dengan
berbagai perlakuan menunjukan pertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN koloni jamur yang berbeda-beda setelah di
Hasil inkubasi selama 7 hari. Hal ini terlihat dari rata–
rata diameter koloni jamur. Semakin besar
Pertumbuhan koloni jamur anggota spesies
konsentrasi ekstrak daun akasia yang diberikan,
Phytophthora sp. (Im5) selama 7 hari menunjukan
maka semakin kecil ukuran diameter koloni jamur
diameter yang berbeda pada setiap perlakuan.
(Gambar 2).
Jamur yang ditambahkan pada media dengan
Diameter Jamur (mm)

100
Hari ke-1
80
Hari ke-2
60
Hari ke-3
40 Hari ke-4
20 Hari ke-5
0 Hari ke-6
k 2 3 4
Konsentrasi (%)

Gambar 1. Pertumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora sp. (Im5) pada semua perlakuan selama 7 hari.
Keterangan: k (kontrol)

a 85,88 mm b 44.87 mm

c 23,66 mm d 16,55 mm

Gambar 2. Pertumbuhan koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) setelah 7 hari: a) Kontrol (media PDA); b) Konsentrasi
ekstrak daun akasia 2 %; c) Konsentrasi ekstrak daun akasia 3 %; d.) Konsentrasi ekstrak daun akasia 4 %

189
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Tabel 2. Diameter koloni jamur Phytopthora sp. (Im5) hari ke-7


Konsentrasi Ekstrak Daun Akasia (%) Diameter Koloni Jamur (mm)*
Kontrol 85,88a ± 1,81
2 44,87b ± 1,52
3 23,66c ± 1,09
4 16,55d ± 1,40
*
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata menurut uji Duncan pada
taraf 95 %.

Tabel 3. Aktivitas antifungi ekstrak daun akasia (Acacia mangium Willd.)


Konsentrasi (%) Persentase Aktivitas Antifungi (%)* Tingkat Aktivitas
Kontrol 0,00a ± 0,00 Tidak Aktif
2 47,71b ± 2,40 Sedang
3 72,43c ± 1,33 Kuat
4 80,68d ± 1,97 Sangat Kuat
*
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata menurut uji Duncan pada
taraf 95%.

Adanya aktivitas antifungi ekstrak metanol daun diduga akan memengaruhi kondisi sel jamur yang
akasia terhadap isolat jamur anggota spesies dapat mengganggu kemampuan jamur untuk
Phytopthora sp. (Im5) dapat dilihat melalui ukuran mengambil nutrisi dari media. Mailoa et al. (2014).
diameter koloni jamur. Hasil analisis Anova menyatakan, jamur yang mengalami kerusakan
dengan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada membran selnya akan terhambat pertum-
diameter koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) buhannya bahkan samapi kematian sel akibat ter-
berbeda nyata antar perlakuan (F3,20 = 1505,828, p jadi hambatan masuknya nutrisi yang diperlukan
= 0,000). dan kontrol. Diameter koloni jamur jamur untuk menghasilkan energi. Jamur
terkecil pada konsentrasi ekstrak daun akasia 4% Phytophthora sp. (Im5) yang ditumbuhkan pada
(Tabel 2). media yang mengandung ekstrak daun akasia
menghasilkan pertumbuhan dengan waktu yang
Hasil analisis ANOVA ekstrak daun akasia ber- lebih lama seiring dengan meningkatnya konsen-
pengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan trasi ekstrak (Gambar 1). Sel-sel jamur diduga
koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) (F3,20 = membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi de-
2754,848, p = 0,000). Persentase aktifitas antifungi ngan kondisi lingkungan tumbuhnya. Konsentrasi
pada konsentrasi ekstrak metanol daun akasia 2%, ektstrak metanol daun akasia yang diberikan
3%, dan 4% dan kontrol berbeda nyata antar semakin tinggi akan memengaruhi waktu adaptasi
perlakuan. Tingkat aktivitas antifungi sangat kuat jamur yang semakin lama. Hal ini menunjukan
pada konsentrasi ekstrak daun akasia 4%. Tingkat adanya penghambatan pertumbuhan jamur seiring
aktivitas antifungi ekstrak metanol daun akasia dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun
yaitu sedang hingga sangat kuat. Tingkat aktivitas akasia. Menurut Suprihatin (2010) lamanya fase
sangat kuat diperoleh pada konsentrasi ekstrak 4%. adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor dian-
Tingkat aktivitas kuat diperoleh pada konsentrasi taranya: media dan lingkungan pertumbuhan. Jika
ekstrak 3% dan tingkat aktivitas sedang diperoleh nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang
pada konsentrasi 2% (Tabel 3). baru berbeda dengan sebelumnya, maka diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim,
Pembahasan selain itu jumlah sel inokulum awal yang semakin
tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Pelczar
Hasil pengamatan menunjukkan adanya pengaruh
dan Chan (1988), menyatakan kandungan senyawa
pemberian ekstrak daun aksia terhadap pertum-
aktif antimikroba semakin banyak seiring dengan
buhan koloni jamur Phytophthora sp. (Im5) selama
semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak sehing-
tujuh hari (Gambar 1). Koloni jamur Phytophthora
ga kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
sp. (Im5) pada perlakuan kontrol tanpa ekstrak
mikroba semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan
metanol daun akasia mulai terlihat pada hari ke 1,
penelitian Oktaviana et al. (2012), bahwa per-
pemberian ekstrak metanol daun akasia konsentrasi
lakuan konsentrasi ekstrak metanol bunga kamboja
2% dan 3% koloni terlihat pada hari ke-2 sedang-
putih (Plumeria acuminata) terhadap jamur
kan jamur dengan pemberian ekstrak metanol daun
Aspergillus clavatus tumbuh pada hari yang ber-
akasia konsentrasi 4% mulai terlihat pada hari ke-
beda seiring meningkatnya konsentrasi.
3. Media yang diberi ekstrak metanol daun akasia

190
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Pertumbuhan koloni jamur anggota spesies dalam ekstrak konsentrasi 4% diduga menyebab-
Phytophthora sp. (Im5) dengan pemberian ekstrak kan penghambatan yang tinggi pada pertumbuhan
metanol daun akasia konsentrasi 2%, 3%, dan 4% jamur Phytophthora sp. (Im5). Menurut Fitriani et
dapat tumbuh hingga hari ke-7 (Gambar 1). Hasil al. (2013), semakin tinggi konsentrasi ekstrak ma-
ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun ka semakin banyak senyawa antifungi yang ter-
akasia bersifat fungistatik karena hanya dapat dapat didalam ekstrak sehingga semakin kecil dia-
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies meter koloni jamur. Hasil penelitian Joseph et al.
Phytophthora sp. (Im5). Putri (2013) menyatakan (2016), menunjukkan daun akasia memiliki kand-
bahwa fungistatik dapat mengganggu metabolisme ungan senyawa metabolit sekunder seperti
sel, kerja enzim, dan pertumbuhan hifa. alkaloid, flavonoid, fenol, glikosida, saponin,
steroid, tannin, dan terpenoid yang dapat diguna-
Pertumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora
kan sebagai antijamur. Pelczar dan Chan (1988),
sp. (Im5) yang diberikan perlakuan ekstrak metanol
menyatakan secara umum, mekanisme kerja meta-
daun akasia dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%
bolit sekunder dalam menghambat pertumbuhan
menjadi terhambat dan diameter koloni jamur lebih
jamur dengan beberapa cara, yaitu meng-ganggu
kecil dibandingkan kontrol (Gambar 2, Tabel 1).
membran sel jamur, menghambat sintesis dinding
Penghambatan pertumbuhan koloni jamur diduga
sel jamur, menginaktivasi enzim-enzim, dan meng-
adanya kandungan senyawa metabolit sekunder
hambat sintesis asam nukleat dan protein.
berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan
fenol yang terdapat pada ekstrak daun akasia dapat Senyawa tanin dapat merusak dinding sel jamur
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies dengan cara mengendapkan protein sehingga pert-
Phytophthora sp. (Im5). Hasil penelitian Indahsari umbuhan jamur menjadi terhambat (Ningsih et al.,
(2017), menunjukkan hasil bahwa ekstrak daun 2016). Suryana (2004) menyatakan bahwa senya-
akasia (Acacia mangium Willd.) yang mengandung wa tanin menyebabkan kebocoran metabolit esen-
senyawa metabolit sekunder berupa tanin dan sial yang dibutuhkan mikroba akibat dari sel mik-
fenolik dapat menghambat pertumbuhan jamur roba yang lisis dan rusaknya kerja sel. Senyawa
Rhizoctonia sp. pada konsentrasi 1%. alkaloid bekerja dengan cara berikatan dengan
ergosterol pada membran sel sehingga mengakibat-
Hasil analisis Anova dan uji Duncan menunjukkan
kan kerusakan pada membran sel dan kebocoran
bahwa perlakuan ekstrak metanol daun akasia ber-
pada membran sel jamur. Selain itu alkaloid mam-
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan koloni ja-
pu menghambat esterase, DNA, RNA polimerase,
mur Phytophthora sp. (Im5) secara in vitro. Diame-
dan respirasi sel serta berperan dalam penyisipan
ter koloni jamur pada konsentrasi ekstrak metanol
DNA (Aniszewki, 2007).
daun akasia 2%, 3%, dan 4% dan kontrol berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Konsentrasi ekstrak Senyawa flavonoid dalam ekstrak tumbuhan dapat
daun akasia 4% merupakan konsentrasi paling baik menghambat pertumbuhan sel jamur yaitu dengan
dalam menghambat pertumbuhan jamur anggota cara senyawa flavonoid pada membran sel akan
spesies Phytophthora sp. (Im5) dengan diameter mengubah komposisi komponen sel jamur
koloni jamur 16,55 mm. Perhitungan rerata diame- (Wahyuningtyas, 2008). Flavonoid-glikosida be-
ter koloni jamur menunjukkan terjadinya penurun- kerja dengan cara ikatan hydrogen membentuk
an diameter seiring dengan peningkatan konsentra- kompleks reseptor-glikosida, sehingga terurai sete-
si ekstrak yang digunakan (Tabel 2). Penurunan lah melewati membran sel mikroba. Sel mengalami
diameter ini menandakan bahwa ekstrak daun lisis akibat masuknya senyawa ke dalam membran
akasia memiliki kemampuan untuk menghambat sel akan menyebabkan terkoagulasinya protein dan
pertumbuhan koloni jamur karena konsentrasi eks- membran sel (Soeka et al., 2007).
trak yang ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan pe-
Senyawa fenol mampu menyebabkan lisis pada
nelitian Hidayati (2012) mengenai senyawa anti-
dinding sel jamur karena dapat mengerutkan din-
fungi akasia dan aktivitasnya terhadap Ganoderma
ding sel jamur dan mendenaturasi protein. Selain
lucidum yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
itu, senyawa fenol melalui gugus hidroksil yang
konsentrasi senyawa yang diberikan maka semakin
akan berikatan dengan gugus sulfihidril dari pro-
besar persentase penghambatan jamur.
tein jamur mampu mengubah konformasi protein
Konsentrasi ekstrak daun akasia 4% merupakan membran sel target sehingga mengakibatkan ter-
konsentrasi paling baik dalam menghambat per- ganggunya pertumbuhan dan mengalami kematian
tumbuhan jamur anggota spesies Phytophthora sp. (Cown, 1999). Steroid menghambat pertumbuhan
(Im5), dengan nilai persentase aktivitas antifungi jamur, baik melalui sitoplasma maupun meng-
80,68% dan tingkat aktivitas sangat kuat (Tabel 2). ganggu perkembangan spora jamur sehingga
Kandungan metabolit sekunder yang semakin pertumbuhan jamur terhambat (Subhisha dan
Subramoniam, 2005).

191
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Senyawa golongan terpenoid memiliki kemampuan Indahsari, DN, 2017, Ekstrak Tanin Daun Akasia
dalam mengganggu proses terbentuknya membran (Acacia mangium Willd.) Sebagai Penghambat
sel jamur sehingga menghambat pertumbuhan Pertumbuhan Rhizoctonia sp. secara In Vitro,
jamur (Cown, 1999). Saponin dapat menurunkan Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
tegangan permukaan membran sel dengan cara ber- Joseph, H, Zulkapli, MM, Iskandar, H & Santin, S,
ikatan dengan ergosterol pada membran sel jamur. 2016, ‘Molluscicidal Activity of The Plant
Pertumbuhan sel jamur akan menjadi terhambat Acacia mangium (Willd.) against The Snail
atau mengalami kematian karena tegangan permu- Pomaceae canaliculata (Lam.)’, Jurnal Borneo
kaan membran sel jamur yang menurun, sehingga Akedemika, vol. 1, no. 2, pp. 27-33.
mempengaruhi permeabilitas membran dan meng-
akibatkan terganggunya kestabilan membran, se- Kusumadewi, T, Khotimah, S, & Yanti, AH, 2014,
‘Ekstrak Metanol Buah Sonneratia alba sebagai
hingga berdampak pada proses pengangkutan dan
Penghambat Pertumbuhan Helminthosporium
biosintesis dinding sel (Susanto, 2007). sp. yang diisolasi dari Daun Jagung’, Jurnal
Protobiont, vol. 3 no. 2, hal. 149-154.
DAFTAR PUSTAKA
Mailoa, MN, Mahendradatta, M, Laga, A, & Djide, N,
Aniszewki, T, 2007, Alkaloid-secrets of life, Elsevier,
2014. ‘Antimicrobial activities of tannins extract
Amsterdam.
from guava leaves (Psidium guajava L.) on
Asniah, S & Wahyuni, TAS, 2012, ‘Survei Kejadian pathogens microbial.’ International Journal of
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophthora Scientific & Technology Research, vol. 3, no. 1,
capsici) Tanaman Lada (Piper nigrum. L) di pp. 236-241.
Kabupaten Konawe Selatan’, Jurnal Agroteknos,
Marpaung, AE, Silalahi, FH & Purba, EIY, 2010,
vol. 2, no. 3, hal. 151-157.
‘Identifikasi Patogen Penyebab Busuk Pangkal
Cown, MM, 1999, ‘Plant Products as Antimicrobial Batang pada Tanaman Jeruk di Tanah Karo’,
Agents’, Clinical Microbiology Review, vol. 12, Jurnal Holtikultura, vol. 20, no. 3, hal. 262-273.
no. 4, pp. 564-582.
Ningsih, DR, Zusfahair, & Kartika, D, 2016,
Darmadi, AA, Ginantra, IK, & Joni, M, 2017, “Uji ‘Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder serta
Efektivitas Ekstrak Aseton Daun Kayu Manis Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai
(Cinnamomum burmanni Blume) terhadap Jamur Antibakteri’, Jurnal Molekul, vol. 11, no. 1, hal.
Fusarium solani Penyebab Penyakit Busuk 101-111.
Batang pada Buah Naga (Hylocereus sp.) secara
Novriyanti, E, Santosa, E, Syafii, W, Turjaman, M, &
In Vitro”, Jurnal Metamorfosa, vol. 4, no. 1, hal.
Sitepu, IR., 2010, ‘Antifungal Activity of Wood
79-86.
Extract of Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte
Dhingra, OD & Sinclair, JB, 1985, Basic Plant Against Agarwood Inducing Fungi, Fusarium
Pathology Methods, CRC Press, Florida. solani’, Journal od Foresty Research, vol. 7, no.
2, pp. 155-165.
Ester, A, Mukarlina, & Rahmawati, 2017, ‘Aktivitas
Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat Oktaviana, B, Rahmawati & Linda, R, 2017, ‘Aktivitas
(Mikania micrantha Kunth) terhadap Pertum- Antifungi Ekstrak Metanol Bunga Kamboja
buhan Phytophthora sp. Im5 dari Batang Jeruk Putih (Plumeria acuminata) Terhadap
Siam (Citrus nobilis var. microcarpa)’, Jurnal Aspergillus clavatus’, Jurnal Labora Medika,
Protobiont, vol. 6, no. 3, hal. 63-67. vol. 1, no. 2, hal. 22-29.

Fitriani, S, Raharjo, & Trimulyono, G, 2013, ‘Aktivitas Pelczar, MJ & Chan, ESC, 1988, Dasar-dasar
Antifungi Ekstrak Daun Kedondong (Spondias Mikrobiologi Jilid 1, UI Press, Jakarta.
pinnata) dalam menghambat Pertumbuhan
Putri, AU, 2013, Uji Potensi Antifungi Ekstrak Berbagai
Aspergillus flavus’, Jurnal Lentera Bio, vol. 2,
Jenis Lamun terhadap Fungi Candida albicans,
no. 2, hal. 125-129.
Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gaspers, 1991, Metode Perancangan Percobaan, CV
Rohayatun, IM, Rahmawati, & Mukarlina, 2017, ‘Uji
Armico, Bandung.
Antagonis Isolat Jamur Rizosfer Lokal Terhadap
Hidayati, N, 2012, ‘Isolasi dan Penetapan Kadar Phytophthora sp. Im5 dari Pangkal Batang
Senyawa Antifungal p-Methoxybenzylidene p- Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis var.
aminophenol dari Akar Acacia mangium’, Jurnal microcarpa)’, Jurnal Protobiont, vol. 6, no. 3,
Pemuliaan Tanaman Hutan, vol 6, no. 2, hal. hal. 130-135.
117-130.

192
Protobiont (2020) Vol. 9 (3) : 187-193

Sari, RK, Utami, R, Batubara, I, Carolina, A, & Susanto, H, 2007, Pengaruh Insektisida Nabati
Febriany, 2013, ‘Aktivitas Antioksidan dan terhadap Viabilitas Jamur Entomopatogen
Inhibitor Tirosinase Ekstrak Metanol Mangium Beauveria bassiana Bals, Skripsi, Universitas
(Acacia mangium)’, Jurnal Ilmu Teknol. Kayu Islam Negeri Malang, Malang.
Tropis, vol. 13, no. 1, hal. 88-97.
Wahyuningtyas, E, 2008, ‘Pengaruh Ekstrak
Soeka, YS, Naiola, E, & Sulistyo, J, 2007, ‘Aktivitas Graptophyllum pictum terhadap Pertumbuhan
Antimikroba Flavonoid - Glikosida Hasil Candida albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin
Sintesis Secara Transglikosilasi Enzimatik’, Akrilik’, Indonesian Journal of Dentistry, vol.
Jurnal Berita Biologi, vol. 8, no. 6. hal. 455-464. 15, no. 3, hal. 187-191.

Subhisha, S & Subramoniam, A, 2005, ‘Antifungal Waluyo, L, 2007, Teknik dan Metode Dasar Mikro-
activities of a steroid from (Pallavicinia lyellii) a biologi, Edisi ke-1, UMM Press, Malang.
Liverwort’, Indian Journal of Pharmacology,
vol. 37, no. 5, pp 304-308. Yuniarti, 2010, ‘Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit
Acacia Mangium Willd. sebagai Antifungi dan
Suprihatin, 2010, Teknologi Fermentasi, ISBN : 978- Pengujiannya terhadap Fusarium sp. dan
602-8915-50-2, UNESA, Surabaya. Ganoderma sp.’, Jurnal Sains dan Terapan
Kimia, vol.4, no. 2, hal. 190-198.
Suryana, I, 2004, Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Rhizoctonia sp.
secara In Vitro, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

193

Anda mungkin juga menyukai