Anda di halaman 1dari 7

Protobiont (2017) Vol.

6 (3) : 1 - 7

Uji Antagonis Bakteri Streptomyces spp. terhadap Jamur


Phytophthora palmivora BBK01 Penyebab Busuk Buah pada
Tanaman Kakao
Edy Purnomo1, Mukarlina1, Rahmawati1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: purnomoedy007@gmail.com

Abstract

Black pod disease is one of the diseases in cocoa trees caused by fungi member of Phytophthora palmivora.
This study aims to examine the activity of bacteria members of Streptomyces spp. in inhibiting the growth of
fungus member of P. palmivora BBK01 at in vitro and in vivo antagonistic activities. The study was
conducted in Microbiology Laboratory of Faculty of Mathematics and Natural Sciences of Tanjungpura
University from Agust to November 2016. In vitro antagonistic activity uses dual culture methods. The
isolates was examined for in vivo antagonistic effects using well method. The result of the study showed that
at in vitro condition member of Streptomyces sp. SRK03 had the strongest inhibition activity against the
fungus growth for 68,17% and that member of Streptomyces sp. SRK01 shows the least inhibition activity
against the fungus growth for only 27,37%. At in vivo condition, the members of Streptomyces sp. SRK02,
SRK03, SRK04, and SRK05 showed the strongest inhibition in the fungus growth for 100%. On the other
hand, member of Streptomyces sp. SRK01 showed the lowest inhibition in the fungus growth for 79,64%.

Keywords: Phytophthora palmivora, Streptomyces spp., antagonistic examination

PENDAHULUAN karena sifatnya yang cepat dalam menghambat


pertumbuhan jamur anggota spesies P. palmivora
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor (Susanto, 1994). Penggunaan fungisida secara
yang mampu memberikan kontribusi besar dalam terus-menerus dapat menyebabkan jamur menjadi
upaya peningkatan devisa negara. Salah satu resisten, selain itu bahan aktif yang terkandung
daerah penghasil kakao di Indonesia adalah dalam fungisida dapat menyebabkan pencemaran
Kalimantan Barat. Total produksi biji kakao terhadap lingkungan (Prapagdee et al., 2008).
Kalimantan Barat pada tahun 2013 sebesar 2.032
ton, namun pada tahun 2014 turun menjadi 2.007 Upaya pengendalian penyakit yang ramah
ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014). lingkungan dapat dilakukan dengan cara
Penurunan produksi kakao tersebut disebabkan pengendalian hayati, yaitu dengan memanfaatkan
oleh banyaknya kendala yang dihadapi dalam bakteri antagonis (Agrios, 2005). Bakteri
pembudidayaan kakao. Salah satunya yaitu antagonis yang berpotensi dijadikan sebagai
penyakit busuk buah yang disebabkan oleh alternatif penghambat jamur anggota spesies
jamur anggota spesies Phytophthora palmivora P. palmivora adalah bakteri anggota genus
(Umayah & Purwantara, 2006). Streptomyces.

Penyakit busuk buah dapat menurunkan kualitas Penelitian mengenai kemampuan bakteri anggota
dan kuantitas hasil produksi kakao. Menurut genus Streptomyces sebagai agen pengendali
Guest (2006) penyakit busuk buah pada pertumbuhan jamur patogen banyak dilaporkan.
tanaman kakao menyebabkan kerugian yang Menurut Raharini et al. (2012), bakteri anggota
bervariasi, yaitu antara 20-30% per tahunnya. spesies Streptomyces sp. yang diujikan secara in
Tingkat kerugian akan semakin besar lagi pada vitro dapat menghambat pertumbuhan jamur
saat memasuki musim penghujan. anggota spesies Fusarium oxysporum hingga
82%. Sari et al. (2012) menambahkan bahwa,
Penyakit busuk buah pada tanaman kakao hingga bakteri anggota spesies Streptomyces sp. dapat
saat ini masih sulit untuk dikendalikan. Umumnya menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies
pembudidaya kakao memanfaatkan fungisida F. oxysporum pada tanaman tomat sebesar 75%.
sintetis untuk mengendalikan jamur anggota Menurut Papuangan (2013), bakteri anggota
spesies P. palmivora. Fungisida sintetis digunakan spesies Streptomyces sp. yang diujikan secara in
1
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

vitro dapat menghambat jamur anggota spesies dipindahkan ke cawan petri lalu dipotong dengan
Sclerotium rolfsii hingga 84,10%. ukuran ± 1 x 1 cm. Tiga potong kulit buah kakao
diletakkan di atas media PDA pada cawan petri
Penelitian mengenai peran mikroorganisme yang telah disiapkan, kemudian cawan petri
antagonis seperti bakteri isolat lokal anggota diinkubasikan selama 7 x 24 jam pada suhu
spesies Streptomyces spp. sebagai agen ruangan (Pratama et al., 2013).
pengendali hayati terhadap jamur anggota
spesies P. palmivora BBK01 pada tanaman kakao Identifikasi Jamur Anggota Spesies P. palmivora
di Kalimantan Barat belum pernah dilaporkan. BBK01
Sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai Biakan jamur dari hasil isolasi diidentifikasi
kemampuan agen pengendali hayati tersebut dengan melihat karakter makroskopis meliputi
dalam menghambat pertumbuhan jamur anggota bentuk, tepian, dan warna koloni, serta karakter
spesies P. palmivora BBK01, terutama melalui mikroskopis meliputi tipe hifa, bentuk
uji antagonis secara in vitro dan in vivo. percabangan, bentuk sporangium, bentuk
klamidospora serta ada tidaknya papila pada
BAHAN DAN METODE ujung sporangium. Karakter yang tercatat
dicocokkan dengan buku identifikasi
Waktu dan Tempat Phytophthora Diseases Worldwide (Erwin &
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus Ribeiro, 1996), dan Practical Guide to Detection
hingga November 2016. Lokasi pengambilan and Identification of Phytophthora (Drenth &
sampel berada di Desa Sedau, Kecamatan Sendall, 2001).
Singkawang Selatan, Kota Singkawang,
Kalimantan Barat. Isolasi, identifikasi serta Uji Antagonis secara In Vitro
pengujian jamur dan bakteri dilakukan di Pengujian mengacu pada Pratama et al. (2013),
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, yaitu dengan metode kultur ganda (dual culture).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Biakan murni isolat jamur anggota spesies
Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak. P. palmivora BBK01 dan biakan murni isolat
bakteri anggota spesies Streptomyces spp.
Bahan diambil, masing-masing dengan ukuran 0,5 cm.
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas akuades, Koloni jamur dan bakteri selanjutnya diletakkan
alkohol 70%, buah kakao sehat, buah kakao yang pada cawan petri yang berisi media PDY secara
bergejala sakit, isolat bakteri anggota spesies berpasangan. Perlakuan kontrol negatif, yaitu
Streptomyces spp., isolat jamur anggota spesies dengan menumbuhkan koloni isolat jamur
P. palmivora BBK01, larutan asam laktat, media anggota spesies P. palmivora BBK01 ukuran 0,5
NB (Nutrient Broth), media PDA (Potato cm tanpa dipasangkan dengan isolat bakteri.
Dextrose Agar), media PDB (Potato Dextrose Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, yaitu
Broth), media PDY (Potato Dextrose Agar + dengan mengukur jari-jari koloni isolat jamur
extract yeast), dan siprofloksasin. anggota spesies P. palmivora BBK01 yang
menuju pusat antagonis dan jari-jari koloni isolat
Rancangan Penelitian jamur anggota spesies P. palmivora BBK01 yang
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak ada pada kontrol negatif.
Lengkap (RAL), baik untuk uji antagonis secara
in vitro maupun uji antagonis secara in vivo. Uji Uji Antagonis secara In Vivo
antagonis secara in vitro dan in vivo masing- Uji antagonis secara in vivo dilakukan dengan
masing terdiri atas 6 perlakuan dengan 4 kali mengambil buah kakao sehat kemudian dicuci
ulangan. menggunakan alkohol 70% dan dibilas dengan
akuades steril. Buah kakao selanjutnya diberi
Prosedur Kerja lubang dengan diameter 0,5 cm dan kedalaman
Isolasi Jamur Anggota Spesies P. palmivora 0,5 cm. Lubang kemudian ditutup dengan kapas
Kulit buah kakao bergejala penyakit busuk buah yang terlebih dahulu dicelupkan pada suspensi
terlebih dahulu diiris untuk mendapatkan sebagian isolat jamur anggota spesies P. palmivora BBK01
kecil dari kulit buah. Kulit buah selanjutnya dan suspensi isolat bakteri anggota spesies
direndam dalam larutan alkohol 70% selama 3 Streptomyces spp. dan untuk kontrol kapas hanya
menit, kemudian kulit buah dibilas dengan dicelupkan pada suspensi isolat jamur anggota
akuades steril sebanyak dua kali, masing-masing spesies P. palmivora BBK01. Buah kakao yang
selama 2 menit. Kulit buah selanjutnya telah diberi perlakuan diinkubasi selama 3 x 24
2
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

jam pada suhu ruangan. Parameter yang diamati Analisis dan Penyajian Data
berupa diameter bercak yang terbentuk akibat Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
aktivitas jamur (Umrah et al., 2009). gambar (foto), deskripsi dan tabel. Data yang
diperoleh dari uji antagonis secara in vitro dan
Perhitungan Peresentase Daya Hambat pada Uji in vivo terlebih dahulu dianalisis menggunakan
Antagonis secara In Vitro Analysis of variance (ANOVA), dan apabila
Penghitungan persentase daya hambat dalam uji data yang diperoleh hasilnya berbeda nyata,
antagonis secara in vitro menggunakan rumus: maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada
taraf 5%.
R = (Rc - Ri) (Rc-1) x 100%
Keterangan; HASIL DAN PEMBAHASAN
R = Persentase daya hambat (%)
Rc = Jari-jari koloni jamur pada kontrol (mm) Hasil
Ri = Jari-jari koloni jamur menuju pusat antagonis
Karakter Morfologi Isolat Jamur Anggota Spesies
(mm) (Narayanasamy, 2013).
P. palmivora BBK01 dari Buah Kakao
Isolat jamur anggota spesies P. palmivora BBK01
Perhitungan Peresentase Daya Hambat pada Uji
yang diisolasi dari buah kakao bergejala
Antagonis secara In Vivo
penyakit busuk buah memiliki ciri-ciri koloni
Perhitungan persentase daya hambat dalam uji bulat, berdiameter 79,19 mm, berwarna putih
antagonis secara in vivo menggunakan rumus: (Gambar 1 a), sporangium berbentuk ovoid (oval)
DH = (DK-DP) (DK-1) x 100% dengan papila (pp) di ujungnya dan pedisel (pd) di
pangkalnya, serta klamidospora (kl) berbentuk
Keterangan: bulat dengan dinding tebal (Gambar 1 b), selain
DH = Daya hambat (%) itu terdapat oogonium (og) berbentuk bulat
DK = Diameter bercak pada kontrol (mm)
dengan dilengkapi anteridium (an) pada
DP = Diameter bercak pada perlakuan (mm)
(modifikasi Asrul, 2009). pangkalnya (Gambar 1 c).

a b c
Gambar 1. Isolat jamur anggota spesies P. palmivora BBK01. (a) koloni jamur isolat anggota
spesies P. palmivora BBK01 pada media PDA umur 7 hari, (b) sporangium (spr)
dan klamidospora (kl), (c) oogonium (og) dan anteridium (an), perbesaran 10 x 40.

Uji Antagonis secara In Vitro Tabel 1. Daya hambat uji antagonis secara in vitro
Berdasarkan hasil analisis data, persentase daya
Perlakuan Daya Hambat (%)
hambat pada uji antagonis secara in vitro antara
isolat bakteri anggota spesies Streptomyces spp. (P0) Kontrol Negatif 0,00a
terhadap isolat jamur anggota spesies (P1) Streptomyces sp. SRK01 vs
27,37b
P. palmivora BBK01
P. palmivora BBK01 pada hari ke-7 hasilnya (P2) Streptomyces sp. SRK02 vs
berbeda-beda (F5,18 = 152,48, p = 0,000; 63,37e
P. palmivora BBK01
ANOVA). Berdasarkan uji lanjut (uji Duncan) (P3) Streptomyces sp. SRK03 vs
68,17e
diketahui bahwa persentase daya hambat P. palmivora BBK01
(P4) Streptomyces sp. SRK04 vs
seluruh perlakuan berbeda nyata dengan kontrol. P. palmivora BBK01
50,04d
Perlakuan P2 dan P3 hasilnya tidak berbeda (P5) Streptomyces sp. SRK05 vs
36,59c
nyata, namun keduanya berbeda nyata dengan P. palmivora BBK01
perlakuan P1, P4 dan P5. Di sisi lain antara Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
perlakuan P1, P4 dan P5, ketiganya saling menunjukkan hasil yang tidak berbeda
berbeda nyata (Tabel 1). nyata menurut uji Duncan pada taraf
kepercayaan 0,05
3
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

Uji Antagonis secara In Vivo tebal tersebut memungkinkan klamidospora


Berdasarkan hasil analisis data persentase daya resisten akan kondisi yang tidak menguntungkan.
hambat pada hari ke-3, masing-masing perlakuan Hal tersebut diperkuat oleh Rubiyo & Amaria
memberikan pengaruh terhadap aktivitas isolat (2013) yang menyatakan bahwa, klamidospora
jamur anggota spesies P. palmivora BBK01 pada jamur anggota spesies P. palmivora dapat
buah kakao yang ditandai dengan bercak cokelat bertahan hingga 10 bulan di dalam tanah,
pada buah (F5,18 = 5024,25, p=0,000; ANOVA). dikarenakan memiliki dinding sel yang tebal dan
Hasil uji lanjut (uji Duncan) menunjukkan bahwa berlapis.
antara perlakuan P2, P3, P4, dan P5 hasilnya tidak
berbeda nyata, namun keempatnya menunjukkan Berdasarkan hasil uji antagonis secara in vitro,
hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan perlakuan P3 (Streptomyces sp. SRK03 vs
kontrol, selain itu dari uji lanjut diketahui bahwa P. palmivora BBK01) dan P2 (Streptomyces sp.
seluruh perlakuan (P1, P2, P3, P4, dan P5) SRK02 vs P. palmivora BBK01) memiliki
hasilnya berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2). kemampuan yang sama dalam menghambat
pertumbuhan isolat jamur anggota spesies
Tabel 2. Daya hambat uji antagonis secara in vivo P. palmivora BBK01. Kedua perlakuan
menunjukkan persentase daya hambat yang
Perlakuan Daya Hambat (%) berbeda jika dibandingkan dengan perlakuan P1
(P0) Kontrol Negatif 0,00a (Streptomyces sp. SRK01 vs P. palmivora
(P1) Streptomyces sp. SRK01 vs BBK01), P4 (Streptomyces sp. SRK04 vs
79,64b
P. palmivora BBK01 P. palmivora BBK01), dan P5 (Streptomyces sp.
(P2) Streptomyces sp. SRK02 vs SRK05 vs P. palmivora BBK01). Perbedaan
100c
P. palmivora BBK01
(P3) Streptomyces sp. SRK03 vs tersebut diduga disebabkan oleh kemampuan
100c masing-masing bakteri anggota spesies
P. palmivora BBK01
(P4) Streptomyces sp. SRK04 vs
100c
Streptomyces spp. dalam menghasilkan senyawa
P. palmivora BBK01 penghambat pertumbuhan isolat jamur anggota
(P5) Streptomyces sp. SRK05 vs
P. palmivora BBK01
100c spesies P. palmivora BBK01.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
menunjukkan hasil yang tidak berbeda Bakteri strain anggota genus Streptomyces dikenal
nyata menurut uji Duncan pada taraf sebagai salah satu bakteri penghasil metabolit
kepercayaan 0,05 sekunder berupa antibiotik. Hasani et al. (2014)
melaporkan bahwa beberapa strain bakteri
Pembahasan anggota genus Streptomyces dapat menghasilkan
Berdasarkan hasil karakterisasi dan identifikasi, antibiotik seperti vankomisin, eritromisin,
isolat jamur anggota spesies P. palmivora BBK01 tetrasiklin, streptomisin, neomisin, kanamisin,
yang diisolasi dari buah kakao bergejala penyakit sikloserin, linkomisin, nistatin, sulfonamida,
busuk buah memiliki ciri-ciri koloni berwarna aminoglikosida, aureomisin, kloramfenikol,
putih, berbentuk bulat, bertipe stellate, tepian amfosetin B, aktinomisin, fosfomisin, dekamisin,
tidak rata. Secara mikroskopis terdapat rimfamisin, avermisin, tobramisin, spektinomisin,
klamidospora, anteridium, oogonium dan klindamisin, daptomisin, puromisin, novobiosin,
sporangium. Sporangium berbentuk ovoid, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, ribostamisin,
terdapat pedisel dan papila yang pendek, serta hifa platenmisin, viomisin, dimetil klortetrasiklin,
senositik (tidak bersekat) (Gambar 1 a-c). spiramisin, dan sefalosporin.
Karakteristik tersebut sesuai dengan Erwin &
Ribeiro (1996) serta Drenth & Sendall (2001) Antibiotik yang dihasilkan oleh strain bakteri
yang menyatakan bahwa, jamur anggota spesies anggota genus Streptomyces memiliki mekanisme
P. palmivora memiliki koloni bulat, bertipe kerja yang berbeda-beda, yaitu dengan merusak
stellate atau rosaceous, tepian tidak rata, dinding sel, mengganggu fungsi membran sel,
sporangium dapat berbentuk ellipsoid, ovoid atau serta mengganggu sintesis protein dan asam
pyriform dan terdapat pedisel serta papila yang nukleat. Menurut Waluyo (2007) antibiotik
pendek, klamidospora berbentuk bulat, hifa tak sefalosporin, sikloserin dan vankomisin dapat
bersekat dengan percabangan simpodia. merusak atau menghambat sintesis dinding sel.
Antibiotik nistatin dan amfoterisin B dapat
Klamidospora isolat jamur anggota spesies mengganggu fungsi membran sel. Antibiotik
P. palmivora BBK01 yang diperoleh terlihat aktinomisin, eritromisin, tetrasiklin, streptomisin,
memiliki lapisan tebal (Gambar 1 b). Lapisan neomisin, kanamisin, linkomisin, tobramisin dan
4
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

kloramfenikol dapat menghambat sintesis protein, patogen, sehingga dengan tidak adanya ion besi
sedangkan antibiotik sulfonamida dan novobiosin maka perkecambahan klamidospora jamur akan
dapat menghambat sintesis asam nukleat. terhambat dan berakibat pada penurunan laju
pertumbuhan jamur patogen. Beberapa strain
Penelitian mengenai penggunaan antibiotik yang bakteri anggota genus Streptomyces yang
dihasilkan oleh bakteri anggota genus dilaporkan dapat menghasilkan senyawa siderofor
Streptomyces sebagai biokontrol terhadap adalah dari strain anggota spesies S. albovinaceus,
mikroorganisme patogen telah banyak dilaporkan. S. caviscabies, S. griseus, S. setonii, S. virginiae,
Menurut Hwang et al. (2001), fraksi antibiotik S. ambofaciens, S. coelicolor, S. lividans, dan
SH1 (asam fenil asetat) dan SH2 (sodium fenil S. viridosporus (Imbert et al., 1995; Macagnan et
asetat) yang dihasilkan strain bakteri anggota al., 2008).
spesies S. humidus strain S5-55 diketahui dapat
menekan pertumbuhan strain jamur anggota Hasil uji antagonis secara in vivo memperlihatkan
spesies P. capsici, Pythium ultimum, R. solani, seluruh isolat bakteri anggota genus Streptomyces
dan Saccharomyces cerevisiae. Hwang et al. yang digunakan mampu menekan isolat jamur
(2005) melaporkan bahwa antibiotik sangivamisin anggota spesies P. palmivora BBK01. Empat
yang dihasilkan oleh strain bakteri anggota isolat yakni isolat anggota spesies Streptomyces
spesies Streptomyces sp. A6497 mampu sp. SRK02, Streptomyces sp. SRK03,
menghambat pertumbuhan jamur anggota spesies Streptomyces sp. SRK04, dan Streptomyces sp.
P. parasitica. Berdasarkan kedua penelitian di SRK05 mampu menekan isolat jamur anggota
atas, diketahui bahwa bakteri anggota genus spesies P. palmivora BBK01 hingga 100% atau
Streptomyces mampu menghambat pertumbuhan sama sekali tidak menghasilkan bercak cokelat
jamur anggota genus Phytophthora menggunakan pada buah kakao uji. Satu isolat yakni isolat
antibiotik melalui mekanisme antibiosis. Menurut anggota spesies Streptomyces sp. SRK01
Soesanto (2008), antibiosis merupakan proses menunjukkan adanya penghambatan sebesar
penghambatan pertumbuhan jamur atau bakteri 79,64%. Kondisi ini diduga disebabkan oleh
akibat adanya senyawa antibiotik yang dihasilkan kandungan bahan organik yang tinggi pada buah
oleh mikroorganisme antagonis (agen biokontrol). kakao. Menurut Mucra (2005) bahan organik pada
Mekanisme penghambatan jamur patogen oleh kulit buah kakao mencapai 89,39%. Hasani et al.
bakteri anggota genus Streptomyces dapat pula (2014) menambahkan bahwa bahan organik yang
melalui produksi enzim ekstraseluler. Menurut ada pada media pertumbuhan bakteri anggota
Prapagdee et al. (2008), enzim yang umumnya genus Streptomyces mampu meningkatkan
dihasilkan oleh bakteri anggota genus produksi metabolit sekunder.
Streptomyces adalah enzim kitinase dan β-1.3-
glukanase yang berturut-turut dapat melisiskan Adanya kontak langsung antara isolat jamur
senyawa kitin dan glukan pada dinding sel jamur. anggota spesies P. palmivora BBK01 dan isolat
Enzim lain yang dihasilkan oleh bakteri anggota bakteri anggota spesies Streptomyces spp. diduga
genus Streptomyces adalah enzim protease yang dapat membuat jamur semakin terhambat. Chen et
berguna dalam memecah senyawa protein yang al. (2016) melaporkan bahwa adanya kontak
ada pada dinding sel jamur patogen (Singh & antara jamur dan bakteri anggota genus
Chhatpar, 2011) dan enzim selulase yang berguna Streptomyces membuat bakteri mampu melakukan
untuk melisiskan senyawa selulosa (Semédo et mekanisme hiperparasitisme (mikoparasitisme)
al., 2004). Enzim ekstraseluler bakteri anggota dengan cara membelit hifa jamur dan
genus Streptomyces yang sangat penting dalam uji mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik untuk
antagonis terhadap jamur anggota spesies merusak komponen penyusun hifa.
P. palmivora BBK01 adalah β-1.3-glukanase dan
selulase, hal ini dikarenakan menurut Semangun
(2000) senyawa penyusun dinding sel pada jamur DAFTAR PUSTAKA
kelas Oomycetes adalah β-glukan dan selulosa.
Agrios, GN, 2005, Plant Pathology, 5th Edition,
Senyawa lain yang dapat dihasilkan oleh bakteri Academic Press, New York
anggota genus Streptomyces adalah senyawa
Asrul, 2009, ‘Uji Daya Hambat Jamur Antagonis
siderofor. Senyawa siderofor merupakan senyawa Trichoderma spp. dalam Formulasi Kering
pengkelat ion besi contohnya adalah senyawa Berbentuk Tablet terhadap Luas Bercak
desferrioxamine. Ion besi diketahui berperan Phytophthora palmivora pada Buah Kakao’,
penting bagi perkecambahan klamidospora jamur Jurnal Agrisains, vol. 10, no. 1, hal. 21-27
5
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

Chen, YY, Chen, PC, & Tsay, TT, 2016, ‘The secara in vitro’, Jurnal Bioedukasi, vol. 2, no. 1,
Biocontrol Efficacy and Antibiotic Activity of hal.185-191
Streptomyces plicatus on the Oomycete
Prapagdee, B, Kuekulvog, C, & Mongkulsuk, S,
Phytophthora capsici’, Journal Biological
2008, ‘Antifungal Potensial of Extracellular
control, vol. 2, no. 11, hal. 1-27
Metabolites Produce by Streptomyces
Direktorat Jendral Perkebunan, 2014, Statistik hygrospicus Against Phytophstogenic Fungi’,
Perkebunan Indonesia: Kakao, Jakarta International Journal of Biological Science,
vol. 4, no. 5, hal. 330-337
Drenth, A & Sendall, B, 2001, Practical Guide to
Detection and Identification of Phytophthora, Pratama, SW, Sukamto, S, Asyiah, IS, & Ervina, YV,
CRC for Tropical Plant Protection, Australia 2013, ‘Penghambatan Pertumbuhan Jamur
Patogen Kakao Phytophthora palmivora oleh
Erwin, DC, & Ribeiro, OK, 1996, Phytophthora
Pseudomonas fluorescence dan Bacillus
Diseases Worldwide, APS Press, Minnesota
subtilis’, Jurnal Pelita Perkebunan, vol. 29, no.
Guest, D, 2006, ‘Black Pod: Diverse Pathogens with a 2, hal. 120-127
Global Impact on Cocoa Yield’, The American
Raharini, AO, Kawuri, R, & Khalimi, K, 2012,
Phytopathological Society, vol. 97, no. 12, hal.
‘Penggunaan Streptomyces sp. sebagai
1650-1653
Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai
Hasani, A, Kariminik, A & Issazadeh, S, 2014, Merah (Capsicum annum L.) yang Disebabkan
‘Streptomycetes: Characteristics and Their oleh Fusarium oxysporum f.sp capsici’, Jurnal
Antimicrobial Activities’, International Journal Agrotrop, vol. 2, no. 2, hal. 151-159
of Advanced Biological and Biomedical
Rubiyo, & Amaria, W, 2013, ‘Ketahanan Tanaman
Research, vol. 2, no. 1, hal. 63-75
Kakao terhadap Penyakit Busuk Buah
Hwang, BK, Lim, SW, Kim, BS, Lee, JY, & Moon, (Phytophthora palmivora Butl.)’, Jurnal
SS, 2001, ‘Isolation and in vivo and in vitro Prespektif, vol. 12, no. 1, hal. 23-36
Antifungal Activity of Phenylacetic Acid and
Sari, NM, Kawuri, R, & Khalimin, K, 2012,
Sodium Phenylacetate from Streptomyces
‘Streptomyces sp. sebagai Biofungisida Patogen
humidus’. J. Appl Environ Microbiol, vol. 67,
Fusarium oxysporum (Schlecht) f.sp.
hal. 3739-3745
lycopersici (Sacc.) Snyd. Et Hans. Penyebab
Hwang, EI, Yun, BS, Choi, SW, Kim, JS, Lim, SJ, Penyakit Layu pada Tanaman Tomat (Solanum
Moon, JS, Lee, SH, & Kim, SU, 2005, lycopersicum L.)’, Jurnal Agrotrop, vol. 2, no.
‘Isolation of Sangivamycin from Streptomyces 2, hal. 161-169
sp. A6497 and its Herbicidal Activity’,
Semangun, H, 2000, Penyakit-Penyakit Tanaman
J. Microbiol Biotechnol, vol. 15, no. 2, hal.
Perkebunan di Indonesia, Gajah Mada
434–437
University Press, Yogyakarta
Imbert, M, Béchet, M, & Blondeau, R, 1995,
Semédo, LTAS, Gomes, RC, Linhares, AA, Duarte,
‘Comparison of the Main Siderophores
GF, Nascimento, RP, Rosado, AS, Margis-
Produced by Some Species of Streptomyces’,
Pinheiro, M, Margis, R, Silva, KRA, Alviano,
Current Microbiology, vol. 31, hal. 129-133
CS, Manfio, GP, Soares, RMA, Linhares, LF,
Macagnan, D, Romeiro, RS, Pomella, AWV, & & Coelho, RRR, 2004, ‘Streptomyces
de Souza JT, 2008, ‘Production of Lytic drozdowiczii sp. nov., a Novel Cellulolytic
Enzymes and Siderophores, and Inhibition Streptomycete from Soil in Brazil’,
of Germination of Basidiospores of International Journal of Systematic and
Moniliophthora (ex Crinipellis) perniciosa by Evolutionary Microbiology, vol. 54, hal. 1323-
Phylloplane Actinomycetes’, J. Biol Control, 1328
vol. 47, hal. 309–314
Singh, AK, & Chhatpar, HS, 2011, ‘Purification,
Mucra DA, 2005, ‘Pengaruh Pemakaian POD Cokelat characterization and thermodynamics of
sebagai Pengganti Jagung dalam Ransum antifungal protease from Streptomyces sp. A6’,
terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Journal of Basic Microbiology, vol. 51, hal.
Efisiensi Penggunaan Ransum pada Sapi 424–432
Brahman Cross’, Jurnal Peternakan, vol. 2,
Soesanto, L, 2008, Pengantar Pengendalian Hayati
hal. 37-44
Penyakit Tanaman. PT. Rajawali Grafindo
Narayanasamy, P, 2013, Biological Management of Persada, Jakarta
Deseases of Crop, Springer, New York
Susanto, 1994, Tanaman Kakao: Budidaya dan
Papuangan, N, 2013, ‘Aktivitas Penghambatan Pengolahan Hasil, Kanisius, Yogyakarta
Streptomyces spp. terhadap Sclerotium rolfsii

6
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 1 - 7

Umayah, A, & Purwantara, A, 2006, ‘Identifikasi Isolat


Phytophthora Asal Kakao’, Jurnal Menara
Perkebunan, vol. 74, no. 2, hal. 76-85
Umrah, Anggraini, T, Esyanti, RR, & Aryantha,
INP, 2009, ‘Antagonisitas dan Efektivitas
Trichoderma sp. dalam Menekan
Perkembangan Phytophthora palmivora pada
Buah Kakao’, Jurnal Agroland, vol. 16, no.1,
hal. 9-16
Waluyo, L, 2007, Mikrobiologi Umum, Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang

Anda mungkin juga menyukai