Anda di halaman 1dari 8

Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No.

6: 751-758
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Desember 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p19
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Salak sebagai Antibakteri Pseudomonas


aeruginosa
(UTILIZATION OF SALAK FRUIT PEEL AS ANTIBACTERIAL AGENT FOR
PSEUDOMONAS AERUGINOSA)

Amalia Sutriana1*, Ananda Putra Perdana2, Budianto Panjaitan3,


Juli Melia4, Mulyadi Adam5
1
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh, 0651-7551536;
2
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh, 0651-7551536;
3
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
0651-7551536;
4
Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh, 0651-7551536;
5
Laboratorium Fisiology Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
0651-7551536;
*Email: amalia_sutriana@address.com

Abstrak
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik yang dapat menginfeksi manusia
dan hewan. Bakteri ini telah mengalami kondisi multi drug resistance yang disebabkan karena
pemakaian antibiotik yang tidak rasional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencarian senyawa
antibakteri dari bahan alam, salah satunya dari kulit buah salak (Salacca zalacca). Penelitian ini
bertujuan mengamati aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah salak terhadap pertumbuhan bakteri P.
aeruginosa secara in vitro. Kulit buah salak dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.
Konsentrasi ekstrak kulit buah salak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%, 10%, 20% dan
30%. Cakram disk yang berisi kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif sedangkan cakram disk
berisi akuades digunakan sebagai kontrol negatif. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah salak
dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer. Data dari penelitian ini dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terbentuk zona hambat disekitar cakram disk
yang berisi ekstrak kulit buah salak dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%. Pada lonsentrasi 30%,
terbentuk zona hambat dengan diameter 6,2 mm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah salak
dengan konsentrasi dibawah 30% tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. aeruginosa
secara in vitro.
Kata kunci: Antibakteri; kulit buah salak; Pseudomonas aeruginosa

Abstract
Pseudomonas aeruginosa is an opportunistic pathogenic bacteria that can infect both human and
animal. This bacteria has undergone multi drug resistance caused by irrational use of antibiotics.
Therefore, it is necessary to conduct research to obtain antibacterial compounds from natural
ingredients, one of them is from salak fruit peel (Salacca zalacca). This study aims to investigate the
antibacterial activity of salak fruit peel extract in inhibiting the growth of P. aeruginosa in vitro. Salak
fruit peel was extracted by maceration method using ethanol 96%. Concentrations of salak fruit peel
extract used in this study were 5%, 10%, 20% and 30%. Disk containing chloramphenicol was used as
positive control and aquadest was used as negative control. Antibacterial activity of salak fruit peel
extract was conducted using Kirby-Bauer method. The data was analyzed descriptively. The results

751
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 6: 751-758
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Desember 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p19

showed that there were no inhibition zone was formed surrounding the disc containing salak fruit peel
extract at concentrations of 5%, 10%, and 20%. At concentration of 30%, the inhibition zone was
formed with diameter of 6.2 mm. It could be concluded that salak fruit extract at concentration less than
30% did not have antibacterial activity againts P. aeruginosa in vitro.
Keywords: Antibacterial; Pseudomonas aeruginosa; salak fruit peel

PENDAHULUAN pneumonia hemoragi pada cerpelai dan


rubah (Haenni et al., 2015).
Indonesia termasuk negara beriklim
Kasus infeksi akibat bakteri P.
tropis. Kondisi ini menyebabkan Indonesia
aeruginosa biasanya diterapi menggunakan
sangat mudah ditumbuhi oleh berbagai
antibiotik. Akan tetapi, penggunaan
macam tumbuhan (Joshua dan Sinuraya,
antibiotik sebagai terapi infeksi P.
2018), salah satunya adalah buah salak.
aeruginosa mengalami permasalahan.
Buah salak merupakan salah satu buah-
Menurut Putri et al. (2014), P. aeruginosa
buahan asli dari Indonesia yang banyak
telah mengalami Multi Drug Resistance
disukai masyarakat karena memiliki rasa
(MDR) yang diduga karena pemakaian
yang manis, renyah, dapat dikonsumsi
antibiotik yang tidak rasional. Beberapa
langsung serta sering dijadikan sebagai
contoh antibiotik yang termasuk dalam
olahan pangan (Ariestin et al., 2015).
kriteria resisten terhadap bakteri P.
Masyarakat biasanya memanfaatkan
aeruginosa adalah ampisilin, eritromisin,
daging buah salak sebagai pangan dan
amoksisilin dan sefuroksim (Rukmono dan
kulitnya dibuang begitu saja (Ghofur et al.,
Zuraida, 2013). Oleh karena itu, diperlukan
2020). Hal ini dikarenakan masyarakat
terapi alternatif sebagai pengganti
tidak mengetahui bahwa dalam kulit buah
antibiotik, salah satunya dengan
salak terdapat senyawa yang berpotensi
memanfaatkan bahan alam sebagai langkah
sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian
terapi infeksi bakteri (Bota et al., 2015).
sebelumnya diketahui bahwa dalam kulit
Pemanfaatan limbah kulit buah salak
buah salak terdapat beberapa kandungan
sebagai alternatif pengobatan penyakit
antibakteri seperti saponin, tanin, fenol,
infeksi bakteri belum banyak dilaporkan,
flavonoid, steroid/triterpenoid, terpenoid
sehingga penelitian mengenai aktivitas
dan alkaloid yang terbukti mampu
antibakteri pada kulit buah salak terhadap
menghambat pertumbuhan jamur Candida
pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara
albicans dan bakteri Streptococcus mutans
in vitro perlu dilakukan. Oleh karena itu,
(Shabir et al., 2018).
penelitian ini bertujuan mengamati
Pseudomonas aeruginosa merupakan
aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah salak
bakteri yang dapat menginfeksi hewan dan
(Salacca zalacca) dalam menghambat
manusia. Bakteri ini menyebabkan infeksi
pertumbuhan P. aeruginosa secara in vitro.
pada manusia seperti osteomielitis, otitis,
keratitis, dan infeksi pada luka bedah serta METODE PENELITIAN
luka bakar, sehingga mengakibatkan
terbentuknya nanah berwarna hijau Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Salak
kebiruan (Agustina et al., 2020). Selain itu, Sebanyak 2 kg buah salak dikupas dan
bakteri ini juga ditemukan pada hewan diambil kulitnya. Kemudian, kulit salak
sebanyak 40% pada kerbau, 34% pada sapi tersebut dicuci dengan air bersih dan
dan 10% pada air minum di lingkungan dikering anginkan. Kulit buah salak yang
peternakan (Elshafiee et al., 2019). Infeksi telah kering dipotong kecil kemudian
bakteri P. aeruginosa pada hewan dapat dihaluskan. Serbuk kulit buah salak
menyebabkan penyakit seperti otitis dan tersebut dimaserasi menggunakan pelarut
infeksi saluran kemih pada anjing, mastitis etanol 96% selama 48 jam (Shabir et al.,
pada sapi, endometritis pada kuda dan 2018). Hasil maserasi disaring kemudian

752
Buletin Veteriner Udayana Sutriana et al.

dimasukkan ke dalam gelas kimia dan inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
ditutup dengan aluminium foil agar tidak Kemudian zona hambat yang terbentuk
terjadi penguapan. Larutan diuapkan dalam diukur dengan menggunakan jangka sorong
vacuum rotary evaporator dengan suhu Analisis Data
65oC hingga diperoleh ekstrak kental. Rata-rata diameter zona hambat yang
Ekstrak tersebut digunakan untuk uji terbentuk di sekitar cakram disk dianalisis
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri secara secara deskriptif.
in vitro.
Uji Fitokimia HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji fitokimia yang meliputi uji Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Buah
flavonoid, uji saponin, uji tanin, uji steroid Salak
dan terpenoid, serta uji alkaloid dilakukan Uji fitokimia adalah sebuah pengujian
mengikuti metode Harborne (1997). senyawa kimia yang bertujuan untuk
Pengenceran Ekstrak Kulit Buah Salak mendeteksi adanya senyawa yang terdapat
Pengenceran ekstrak kulit buah salak dalam suatu tumbuhan. Mekanisme uji
dilakukan untuk mendapatkan ekstrak fitokimia adalah dengan mengamati reaksi
dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan perubahan warna pada larutan
30%. Masing-masing ekstrak ditimbang menggunakan suatu pereaksi warna
sebanyak 0,05 mg, 0,1 mg, 0,2 mg dan 0,3 (Simaremare, 2014). Hasil uji fitokimia
mg. Kemudian masing-masing ekstrak ekstrak kulit buah salak dapat dilihat pada
dilarutkan ke dalam 1 ml akuades dan Tabel 1.
diaduk hingga terbentuk larutan ekstrak Pada uji fitokimia diperoleh hasil bahwa
dengan warna coklat. dalam kulit buah salak terdapat kandungan
flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid dan
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit fenol. Sedangkan saponin dinyatakan
Buah Salak Terhadap Pertumbuhan negatif dalam uji ini. Hasil yang diperoleh
Bakteri Pseudomonas aeruginosa sedikit berbeda dengan yang dilaporkan
Bakteri diregenerasi dalam Nutrient oleh Shabir et al. (2018) bahwa dalam kulit
Broth (NB) dan diinkubasi, lalu buah salak terdapat saponin. Menurut
disuspensikan ke dalam tabung reaksi steril Katuuk et al. (2019), perbedaan kandungan
yang berisi akuades steril hingga fitokimia yang terdapat pada suatu
didapatkan warna kekeruhan yang sama tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal
dengan larutan standar Mc Farland 0,5. Uji dan faktor eksternal. Faktor internal
aktivitas antibakteri dilakukan dengan meliputi gen sedangkan faktor eksternal
menggunakan 6 perlakuan dan 3 meliputi, pH, suhu, kelembaban, cahaya,
pengulangan. Pada perlakuan 1 (kontrol ketinggian tempat dan kandungan unsur
positif) digunakan cakram disk yang berisi hara dalam tanah.
kloramfenikol, sedangkan pada perlakuan 2
Flavonoid merupakan senyawa fenol
(kontrol negatif) digunakan cakram disk yang bekerja dengan cara merusak
yang diteteskan dengan akuades. Pada permeabilitas dinding sel bakteri dan
perlakuan 3, 4, 5, 6 masing-masing menghambat motilitas bakteri (Zubaidah et
diteteskan dengan ekstrak kulit buah salak al., 2018). Tanin memiliki cara kerja
dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan sebagai antibakteri dengan cara
30%. Pemilihan konsentrasi ekstrak kulit menghambat DNA Topoisomerase dan
buah salak dilakukan mengikuti metode Enzim Reverse Transkriptase sehingga
Shabir et al. (2018). Cakram disk kemudian mengakibatkan sel bakteri tidak terbentuk.
diletakkan di permukaan media Mueler Selain itu, tanin juga menghentikan
Hinton Agar (MHA) yang telah aktivitas adhesin sel bakteri dan enzim serta
diinokulasikan bakteri P. aeruginosa.
Kemudian cawan petri diinkubasi dalam

753
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 6: 751-758
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Desember 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p19

mengganggu transpor protein (Ngajow et Berdasarkan hasil uji aktivitas


al., 2013). antibakteri tersebut menunjukkan bahwa
Alkaloid bekerja sebagai antibakteri ekstrak kulit buah salak dengan konsentrasi
dengan cara mengganggu komponen sampai 20% tidak mampu menghambat
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara
yang mengakibatkan tidak terbentuknya in vitro. Hal ini dibuktikan dengan tidak
dinding sel secara utuh dan sel bakteri mati adanya zona hambat yang terlihat pada
(Tjandra et al., 2020). Steroid memiliki cara media MHA setelah diinkubasi selama 24
kerja sebagai antibakteri yaitu dengan jam. Akan tetapi, pada konsentrasi 30%
berinteraksi dengan membran fosfolipid sel muncul zona hambat terhambat dengan
yang bersifat permeabel terhadap senyawa- ukuran sebesar 6,2 mm yang
senyawa lipofilik sehingga menyebabkan mengindikasikan terjadinya hambatan
integritas membran menurun serta pertumbuhan P. aeruginosa. Menurut
morfologi membran sel berubah yang Tambekar dan Dahikar (2010), ekstrak
mengakibatkan sel rapuh dan lisis tanaman yang digunakan sebagai
(Rijayanti et al., 2014). Terpenoid memiliki antibakteri secara in vitro dianggap tidak
cara kerja sebagai antibakteri dengan cara mampu menghambat pertumbuhan bakteri
bereaksi dengan porin (protein jika zona hambat yang terbentuk berukuran
transmembran) pada membran luar dinding <12 mm. Oleh karena itu, dapat
sel bakteri sehingga mengakibatkan porin diasumsikan bahwa ekstrak kulit buah salak
menjadi rusak. Kerusakan pada porin dapat dengan konsentrasi ≤30% yang digunakan
mengakibatkan sel bakteri kekurangan dalam penelitian ini belum mampu
nutrisi dan terjadi kematian sel menghambat pertumbuhan bakteri P.
(Rahmitasari et al., 2020). aeruginosa.
Fenol memiliki mekanisme kerja Pada penelitian sebelumnya, ekstrak
antibakteri dalam dua konsentrasi. Pada kulit buah salak dengan konsentrasi 20%
konsentrasi rendah, fenol berperan sebagi mampu menghambat pertumbuhan bakteri
perusak membran sitoplasma dan Streptococcus mutans dengan zona hambat
mengakibatkan terjadinya kebocoran pada berkisar 16,5 mm (Shabir et al., 2018).
inti sel, sedangkan pada konsentrasi tinggi, Menurut Lesmana et al. (2020), perbedaan
fenol berkoagulasi dengan protein seluler diameter zona hambat ini terjadi karena
(Novita, 2016). perbedaan karakteristik dari bakteri
tersebut. Streptococcus mutans merupakan
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
bakteri Gram positif (Rahman et al., 2017).
Kulit Buah Salak terhadap
Karakteristik bakteri Gram positif memiliki
Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas
dinding sel yang sederhana sehingga lebih
aeruginosa
peka terhadap antibakteri (Yuslianti et al.,
Uji aktivitas antibakteri secara in vitro
2021). Selain itu, menurut Suryani et al.
bertujuan untuk mengetahui potensi suatu
(2019), dinding sel bakteri Gram positif
agen antibakteri dalam suatu larutan,
memiliki sifat polar, sehingga metabolit
mengukur konsentrasinya dalam cairan
sekunder tumbuhan yang juga bersifat polar
tubuh dan mendeteksi kepekaan suatu
akan mudah masuk ke dalam dinding sel
bakteri terhadap senyawa antibakteri yang
bakteri dan merusak peptidoglikan yang
telah ditemukan (Brooks et al., 2005). Hasil
bersifat polar daripada lapisan lipid yang
uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah
bersifat non polar.
salak dalam menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa termasuk
bakteri P. aeruginosa dengan
pada bakteri Gram negatif yang memiliki
menggunakan metode Kirby Bauer dapat
dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 2. faktor virulensi yang sangat kompleks dan
struktur dinding yang lebih tebal sehingga
bakteri ini lebih resisten serta mampu

754
Buletin Veteriner Udayana Sutriana et al.

bertahan di tempat yang bersuhu tinggi Saran


(Ifriana dan Kumala, 2018). Hal ini juga Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
diperkuat oleh Tjay dan Rahardja (2007), mengenai efek antibakteri pada limbah kulit
bahwa bakteri Gram negatif memiliki buah salak dengan menggunakan
membran luar yang sebagian besar terdiri konsentrasi yang lebih tinggi.
atas lipopolisakarida. Beberapa bakteri
Gram negatif bahkan bersifat sangat virulen UCAPAN TERIMAKASIH
karena adanya lipopolisakarida tersebut Penulis mengucapkan terima kasih
yang menjadikan bakteri tersebut lebih kepada Kepala Laboratorium Farmakologi
kebal terhadap serangan luar. dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Faktor utama yang mempengaruhi Kedokteran Hewan Universitas Syiah
pembentukan zona hambat yaitu mutu Kuala, yang telah memfasilitasi
bahan ekstrak. Mutu ekstrak dapat berlangsungnya penelitian ini.
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
biologi dan faktor kimia. Faktor biologi DAFTAR PUSTAKA
meliputi bagian tanaman yang digunakan,
penyimpanan bahan baku, waktu panen, Agustina D, Indreswari L, Tristanti FN,
dan daerah asal tanaman. Sedangkan faktor Milla KIE, Hermansyah B, Wahyudi SS,
kimia terbagi atas 2 macam, yaitu faktor Firdaus J. 2020. Modulasi aktivitas
internal dan faktor eksternal. Faktor ciprofloxacin terhadap Pseudomonas
internal meliputi komposisi kuantitatif, aeruginosa oleh N-asetilsistein dan
komposisi kualitatif, zat aktif dalam bahan vitamin C. Syifa’ Medika. 11(1): 30-40.
baku ekstrak dan jenis tumbuhan. Faktor Ariestin Y, Kuswanto, Ashari S. 2015.
eksternal meliputi pestisida dalam Keragaman jenis salak Bangkalan
tumbuhan, kandungan logam berat, metode (Salacca zalacca (Gaertner) Voss)
ekstraksi dan ukuran bahan penyaring saat menggunakan penanda morfologi dan
proses ekstraksi (Sawitti et al., 2013). analisis isozim. J. Prod. Tanaman. 3(1):
Pada penelitian ini menggunakan disk 35-42.
antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol Bota W, Martosupono M, Rondonuwu FS.
positif. Kloramfenikol merupakan 2015. Potensi senyawa minyak sereh
antibiotik yang bekerja dalam menghambat wangi (Citronella oil) dari tumbuhan
sintesis protein bakteri dengan cara Cymbopogon nardus L. sebagai agen
mengikat sub unit 50s dari ribosom dan antibakteri. Pros. Seminar Nasional
mempengaruhi ikatan rantai asam amino, Sains dan Teknologi. Jakarta, 17 Nov.
sehingga mampu mempengaruhi 2015. Pp. 1-8.
pertumbuhan bakteri (Ismadi et al., 2019). Brooks GF, Butel JS, Morse. 2005.
Kloramfenikol digunakan karena memiliki Mikrobiologi kedokteran (jawetz,
spektrum luas yang efektif dalam melnick & adelberg medical
membunuh bakteri baik bakteri Gram microbiology). Ed. 22. Salemba Medika.
negatif maupun Gram positif (Octaviani et Jakarta. Pp. 854.
al., 2019). Elshafiee EA, Nader SM, Dorgham SM,
Hamza DA. 2019. Carbapenem-resistant
SIMPULAN DAN SARAN Pseudomonas aeruginosa originating
from farm animal and people in Egypt.
Simpulan J. Vet. Res. 63(3): 333-337.
Ekstrak kulit buah salak (Salacca Ghofur A, Efendi Y, Irawan MRN. 2020.
zalacca) dengan konsentrasi ≤30% tidak Pemberdayaan masyarakat dalam
dapat menghambat pertumbuhan P. pemanfaatan limbah kulit buah salak
aeruginosa secara in vitro. menjadi produk unggul melalui model
industry kreatif di Kecamatan Kapas

755
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 6: 751-758
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Desember 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p19

Kabupaten Bojonegoro. BERDAYA: J. Novita W. 2016. Uji aktivitas antibakteri


Pendidikan Pengabdian Kepada fraksi daun sirih (Piper betle L.)
Masyarakat. 2(2): 91-98. terhadap pertumbuhan bakteri
Haenni M, Hocquet D, Ponsin C, Cholley Streptococcus mutans secara in vitro.
P, Guyeux C, Madec JY, Bertrand X. JMJ. 4(2): 140-155.
2015. Population structure and Octaviani M, Fadhli H, Yuneistya E. 2019.
antimicrobial susceptibility of Uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol
Pseudomonas aeruginosa from animal dari kulit bawang merah (Allium cepa
infections in France. BMC Vet. Res. L.) dengan metode difusi cakram.
11(9): 1-5. Pharm. Sci. Res. 6(1): 62-68.
Harborne J. 1997. Metode Fitokimia: Putri AA, Rasyid R, Rahmatini. 2014.
Penentuan cara modern menganalisis Perbedaan sensitivitas kuman
tumbuhan. Ed. 2, ITB, Bandung. Pseudomonas aeruginosa penyebab
Ifriana FN, Kumala W. 2018. Pengaruh infeksi nosokomial terhadap beberapa
ekstrak biji pala (Myristica antiobiotika generik dan paten. J. Kes.
fragransHoutt.) sebagai antibakteri Andalas. 3(3): 327-331.
terhadap pertumbuhan Pseudomonas Rahman FA, Haniastutui T, Utami TW.
aeruginosa. J. Biomed. Kesehatan. 3(1): 2017. Skrinning fitokimia dan aktivitas
172-178. antibakteri ekstrak etanol daun sirsak
Ismadi IT, Pestriati, Astuti SSE. 2019. Uji (Annona muricata L.) pada
antibakteri ekstrak buah salak (Salacca Streptococcus mutans ATCC 35668.
edulis) pada pertumbuhan bakteri Maj. Kedokt. Gigi Indon. 3(1): 1-7.
Salmonella typhi secara invitro. Analisis Rahmitasari RD, Suryani D, Hanifa NI.
Kesehatan Sains. 8(1): 643-650. 2020. Aktivitas antibakteri ekstrak
Joshua, Sinuraya RK. 2018. etanolik daun jawet (Syzygium cumini
Keanekaragaman aktivitas farmakologi (L) Skells) terhadap bakteri isolat klinis
tanaman salak (Salacca zalacca) Salmonella thypi. JFI. 17(1): 138-148.
(Review Jurnal). Farmaka. 16(1): 99- Rijayanti RP, Luliana S, Trianto HF. 2014.
107. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
Katuuk RHH, Wanget SA, Tumewu P. daun manga bacang (Mangifera foetida
2019. Pengaruh perbedaan ketinggian L.) terhadap Staphylococcus ureus
tempat terhadap kandungan metabolit secara in vitro. J. Mahasiswa PSPD FK
sekunder pada gulma babadotan Universitas Tanjung Pura. 1(1): 2-18.
(Ageratum conyzoides L.). Cocos.1(4): Rukmono P, Zuraida R. 2013. Uji kepekaan
1-6. antibiotik terhadap Pseudomonas
Lesmana IWL, Setiawan EP, Jawi IM. aeruginosa penyebab sepsis
2020. Uji daya hambat sediaan tetes neonatorum. Sari Pediatri. 14(5): 332-
telinga ekstrak daun “Tebel-Tebel” 336.
(Hoya carnosa) terhadap bakteri gram Sawitti MY, Mahatmi H, Besung INK.
positif dan gram negatif penyebab otitis 2013. Daya hambat perasan daun
media supuratif kronik (OMSK) aktif sambiloto terhadap pertumbuhan bakteri
tipe benigna secara in vitro di RSUP Escherichia coli. Indon. Med. Vet. 2(2):
Sanglah, Bali, Indonesia. Intisari Sains 142-150.
Medis. 11(2): 652-657. Shabir ES, Rahmadani A, Meylina L,
Ngajow M, Abidjulu J, Kamu VS. 2013. Kuncoro H. 2018. Uji fitokimia ekstrak
Pengaruh antibakteri ekstrak kulit kulit buah salak (Salacca zalacca) dan
batang matoa (Pometia pinnata) pengaruh ekstrak terhadap pertumbuhan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus bakteri Streptococcus mutans dan jamur
secara in vitro. JMUO. 2(2): 128-132. Candida albicans. Proc. The
8th Mulawarman Pharmaceuticals

756
Buletin Veteriner Udayana Sutriana et al.

Conferences. Samarinda, Indonesia. 20- L.) terhadap bakteri Staphylococcus


21 Nov 2018. Pp. 314-320. epidermis. eBiomedik. 8(2): 165-171.
Simaremare ES. 2014. Skrinning fitokimia Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat
ekstrak etanol daun gatak (Laportea penting khasiat, penggunaan dan efek-
decumana (Roxb.) Wedd). Pharmacy. efek sampingnya. Elex Media
11(1): 98-107. Komputindo. Jakarta. Pp. 1037.
Suryani N, Nurjana D, Indriatmoko DD. Yuslianti ER, Widyasari R, Farid KM.
2019. Aktivitas antibakteri ekstrak 2021. Potensi ekstrak etanol kulit buah
batang kecombrang (Etlingera elatior naga super merah (Hylocereus
(Jack) R.M.Sm.) terhadap bakteri plak costaricensis) untuk menghambat
gigi Streptococcus mutans. J. Kartika bakteri Enterococcus faecalis ATCC
Kimia. 2(1): 23-29. 29212 dalam perawatan saluran akar
Tambekar DH, Dahikar SB. 2010. gigi. Padjajaran J. Dental Res. Stud.
Exploring antibacterial potential of some 5(1): 24-29.
ayurvedic preparations to control Zubaidah N, Juniarti DE, Basalamah F.
bacterial enteric infections. J. Chem. 2018. Perbedaan daya antibakteri
Pharm. Res. 2(5): 494-501. ekstrak temulawak (Curcuma
Tjandra RF, Fatimawati, Datu OS. 2020. xanthorrhiza Roxb.) 3,125% dan
Analisis senyawa alkaloid dan uji daya Chlorhexidine 0,2% terhadap
hambat ekstrak buah sirih (Piper betle Lactobacillus acidophillus. J. Conserv.
Dent. 8(1):11-19.

Tabel 1. Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah salak


Kandungan Fitokimia Ekstrak kulit buah salak
Flavonoid +
Terpenoid +
Steroid +
Saponin -
Alkaloid +
Fenolik +
Tanin +

Gambar 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah salak terhadap pertumbuhan bakteri
P. aeruginosa. A) Kontrol + (kloramfenikol). B) Kontrol – (akuades) C) Konsentrasi 5%. D)
Konsentrasi 10%. E) Konsentrasi 20%. F) Konsentrasi 30%

757
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 6: 751-758
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Desember 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p19

Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat (mm) yang dibentuk oleh ekstrak kulit buah salak
dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa
Kelompok Perlakuan Rata-rata diameter zona hambat (mm)
K+ (Kloramfenikol) 21 ± 0,10
K- (Akuades) 0
Konsentrasi 5% 0
Konsentrasi 10% 0
Konsentrasi 20% 0
Konsentrasi 30% 6,2 ± 0,8

758

Anda mungkin juga menyukai