Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai suatu gangguan psikotik, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Pada awalnya. Benedict Morel (1809-1926). seorang
dokter psikiatrik dari Perancis, menggunakan istilah démence précoce untuk pasien dengan penyakit yang dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan. Kemudian, Emil
Kreaplin (1856-1926) yang menerjemahkan istilah demence precoce menjadi demensia prekoks yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif (demensia) dan awitan dini
(prekoks) yang nyata. Istilah skizofrenia itu sendiri mulai dicetuskan oleh Eugen Bleuler (1857-1939) sebagai pengganti demensia prekoks. Bleuler mengidentifikasi symptom dasar
dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A, antara lain: Asosiasi, Afek. Autisme dan Ambivalensi.1

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Gangguan ini dapat terjadi baik pada wanita (usia awitan 25-35 tahun) maupun pria (usia awitan 15-25
tahun). Skizofrenia sendiri adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup
waham dan halusinasi. Seorang pasien dapat dikatakan pasien skizofrenia bila manifestasi klinis yang terjadi sudah selama 1 (satu) bulan (berdasarkan PPDJI-III). 2

Gejala yang ditimbulkan pada pasien skizofrenia mencangkup beberapa fungsi. seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham), penurunan dari proses
berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik (katatonik atau hyperactive behavior), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu merasakan
kesenangan (anhedonia sehingga menyebabkan afek datar). Akan tetapi, kesadaran dan kemampuan intelektual pada pasien masih dapat dipertahankan, meskipun terjadi
defisit kognitif.2

Terdapat beberapa klasifikasi atau subtipe skizofrenia yang diklasifikasikan oleh Emil Kraepelin (1856-1926), salah satunya adalah skizofrenia paranoid. Skizofrenia paranoid
merupakan subtipe pada skizofrenia yang paling umum, dimana waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat. Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama untuk
menghilangkan gejala. Sekitar 90% dengan episode psikotik pertama, sehat dalam waktu satu tahun, 80% mengalami episode selanjutnya dalam lima tahun, dan 10% meninggal
karena bunuh diri.1
Kesimpulan
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Gangguan ini dapat terjadi baik pada wanita (usia awitan
25-35 tahun) maupun pria (usia awitan 15-25 tahun). Skizofrenia sendiri adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran
dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi. Seorang pasien dapat
dikatakan pasien skizofrenia bila manifestasi klinis yang terjadi sudah selama 1 (satu) bulan (berdasarkan PPDJI-III).

Gejala yang ditimbulkan pada pasien skizofrenia mencangkup beberapa fungsi. seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang
salah (waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik (katatonik atau hyperactive behavior),
gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia sehingga menyebabkan afek datar).
Akan tetapi, kesadaran dan kemampuan intelektual pada pasien masih dapat dipertahankan, meskipun terjadi defisit kognitif.

Terdapat beberapa klasifikasi atau subtipe skizofrenia yang diklasifikasikan oleh Emil Kraepelin (1856-1926), salah satunya adalah
skizofrenia paranoid. Skizofrenia paranoid merupakan subtipe pada skizofrenia yang paling umum, dimana waham dan halusinasi auditorik
jelas terlihat. Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkan gejala. Sekitar 90% dengan episode
psikotik pertama, sehat dalam waktu satu tahun, 80% mengalami episode selanjutnya dalam lima tahun, dan 10% meninggal karena bunuh
diri.

Anda mungkin juga menyukai