PENDAHULUAN
dan phrēn, (φρήν, φρεν-, "pikiran") yang dikenalkan oleh Eugen Bleuler pada
tahun 1908. Secara harfiah skizofrenia memiliki makna yaitu “membelah pikiran”
utama sebagai 4A, yaitu autisme; gangguan asosiasi ide; ambivalensi; dan rata
bahasan lebih lanjut, Bleuler turut mengolongkan sebagai sindroma klinis 4A,
pikiran hingga persepsi terkait dengan afek yang tidak wajar, seperti tumpul
dialami pada 1,7 / 1000 penduduk dengan insiden kejadian skizofrenia 0,2/1000
pada rentang usia 15-35 tahun dengan ratio pengantaran perempuan dan laki-laki
seimbang 1:1, namun awitan lebih dini banyak dialami oleh laki-laki. Dengan
terkait, salah satunya dikenal kelainan sindrom diskrit oleh Eugen Bleuler.
dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ketiga (PPDGJ III) Indonesia telah
turut berkembang ialah Kay et al sebagai sindrom klinis yang terdiri atas positif,
menonjol yaitu tipe katatonik; tipe disorganized; tipe paranoid; hingga tak terinci
(undifferentiated).
2
ganbaran simtom fase aktif tetapi tidak sesuai dengan criteria untuk skizofrenia
katatonik, disorganized atau paranoid. Atau semua criteria untuk skizofrenia
katatonik, disorganized dan paranoid terpenuhi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah,
dan frenia yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita
skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan
kepribadian. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu gangguan pskiatri mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.3 Skizofrenia mengakibatkan penderitanya
kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan
masalah.4
B. Epidemiologi
4
C. Etiologi
Sampai saat ini etiologi skizofrenia masih belum jelas. Kemungkinan besar
skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Hal yang menonjol pada
gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya.
Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari
lingkungan akan timbul gejala skizofrenia.3
Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :
1). Teori Somatogenetik
Teori yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia karena factor
kelainan organik atau badaniyah .
2). Teori Psikogenik
Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan
fungsional. Dan penyebab utamanya adalah konflik , stres psikologik dan
hubungan antar manusia yang mengecewakan .
Adapun faktor resiko yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia
antara lain:4
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan
diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah
karena dideritanya gangguan ini
5. Komplikasi masa kehamilan dan persalinan.
6. Bentuk tubuh astenik.
7. Penyalahgunaan obat-obatan.
D. Perjalanan Penyakit
a. Gejala prodormal
5
Gejala awal dari skizofrenia bisa berlangsung berminggu-minggu sampai
prodormal: 1,3
Melamun
Menyendiri
Tersenyum-senyum sendiri
b. Fase aktif
Apabila pasien memiliki minimal 1 gejala fase aktif, maka pasien di rawat
Halusinasi
Waham
Inkoherensi
6
Perilaku katatonik
c. Fase residual
Apabila pasien memiliki minimal 2 gejala dibawah ini, maka pasien masuk
lingkungan)
Gejala-gejala sekunder :
Waham
Halusinasi
Gejala katatonik
E. Tipe Skizofrenia
7
1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)
8
c) Menampilkan sisi tubuh tertentu
g) Command automatism
b) Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria umum diagnosis
9
7. Skizofrenia simpleks (F20.6)
Harus ada satu gejala yang jelas atau dua gejala atau lebih jika gejala kurang
tajam.
1. Thought echo
2. Delusion
3. Halusinasi
4. Waham
Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini :
5. Halusinasi menetap
6. Arus pikiran terputus
7. Perilaku katatonik
8. Gejala negatif
Adanya gejala tersebut khas diatas telah berlangsung 1 bulan atau lebih.
G. Penatalaksanaan
10
diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa
gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai
pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikososial terdapat dua bagian
yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga. Ada 3 jenis psikoterapi yang dapat
diberikan. Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan) pasien terhadap stress. Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan
pengetahuan pasien terhadap penyakitnya, meningkatkan pengetahuan keluarga
untuk mendukung kesembuhan pasien, dan mengembangkan kemampuan pasien
untuk menunjang kesembuhan. Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan
akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur
luas kepribadian.
H. Prognosis
11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Berangas RT 05 Kec. Alalak Kab. Batola
Pendidikan : SMA Kelas 1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
12
diajak komunikasi pasien tidak menatap lawan bicaranya, pandangan
pasien mengarah ke dinding atau terkadang pasien juga menunduk.
Pasien tidak merespon dengan baik saat diajak berbicara, pasien hanya
menatap sebentar lawan bicara kemudian tersenyum lalu menunduk.
Terkadang pasien terkesan acuh saat diberi pertanyaan dan pasien juga
kadang menjawab dengan 1 kata atau ya/tidak.
13
berdua dengan ibu pasien.
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki : perempuan
: pasien
14
baik, bahkan pasien sering masuk peringkat 3 besar di kelasnya.
3. Masa kanak-kanak akhir
- Hubungan sosial: menurut kakak pasien, pasien tidak memiliki
banyak teman.
15
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang.
3. Sikap pasien terhadap pemeriksa
Kurang kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta
empati :
1. Mood : Hipotimik
2. Afek : Datar
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan persepsi
Sulit dievaluasi, menurut kakak pasien tidak pernah ada bercerita kalau
mendengar bisikan atau melihat bayangan.
D. Pembicaran
Tidak spontan dan terbatas
E. Pikiran :
1. Proses pikir :
a. Bentuk pikiran : Austistik
b. Arus pikiran : Sulit dievaluasi
2. Isi pikiran : Waham (-), miskin isi pikir
F. Sensorium dan kognitif
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Orientasi : Waktu, orang dan tempat baik
3. Daya ingat: Pasien dapat mengingat jangka segera, pendek dan
menengah, namun pasien tidak dapat mengingat ingatan jangka
panjang.
4. Konsentrasi : kurang
5. Perhatian : kurang
6. Kemampuan membaca dan menulis : buruk
7. Kemampuan visuospasial : buruk
8. Pikiran abstrak : buruk
9. Kapasitas intelegensia : buruk
16
10. Bakat kreatif : buruk
11. Kemampuan menolong diri : pasien dapat merawat diri sendiri
G. Kemampuan mengendalikan impuls :
Pasien tidak dapat mengendalikan impuls
H. Tilikan
1
I. Taraf dapat dipercaya Pasien
Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
- Tekanan darah: 140/90 mmHg - Frekuensi nadi: 82x / menit
- Frekuensi napas: 21x / menit - Suhu: 36,5O C
4. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
5. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
6. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
7. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
8. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
9. Gangguan khusus : Terdapat gangguan jiwa
17
di lingkungan sekitar.
7. Pasien menempuh pendidikan SD, SMP dan Aliyah hanya sampai
kelas 1.
4. Diagnosis Aksis IV
18
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
VIII. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik
-Respon terhadap pengobatan baik
-Mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga terhadap kesembuhan
pasien
IX. TERAPI
Psikofarmaka:
PO Risperidon 2mg 3 x 1
PO Triheksifenidil 2mg 2x 12
Psikoterapi
Sosioterapi
19
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Fakta Teori
Anamnesis
o Pasien laki-laki, usia 36 tahun Diagnosis Skizofrenia menurut
o Pasien tidak bisa memotong PPDGJ III, DSM- IV adalah
kukunya sendiri harus dibantu
menggunakan kriteria sebagai
oleh ibunya tetapi pasien masih
berikut.8
mampu mandi dan makan secara
mandiri.
a. Harus ada sedikitnya satu gejala
o Pasien memiliki emosi yang tidak
berikut ini yang amat jelas (dan
stabil, kadang pasien
biasanya dua gejala atau lebih bila
mengamuk(marah marah sendiri)
gejala – gejala itu kurang tajam
kemudian pasien tiba-tiba
atau kutang jelas) :
menangis tanpa alas an yang
jelas. 1) – “thought echo” = isi pikiran
dirinya sendiri berulang atau
o Pasien jarang berbicara dan saat bergema dalam kepalanya
berbicara hanya satu kata saja. (tidak keras), dan isis pikiran
ulangan, walaupun isisnya
o Pasien sering melamun dan sama, namun kualitasnya
berdiam diri. berbeda; atau
o Pasien tidak dapat bersosialisasi - “thought insertion or
withdrawal” = isi pikiran yang
dengan baik terhadap orang -
asing dari luar masuk ke
orang di lingkungan sekitar. dalam pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
Riwayat Penyakit Dahulu - “thought broadcasting” = isi
o Tidak pernah dirawat di Rumah pikirannya tersiar ke luar
Sakit Jiwa sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
Riwayat Kebiasaan
o Riwayat konsumsi alkohol (-) 2) – “delusion of control” =
20
dan Napza (-) waham tentang dirinya
o Riwayat merokok (-) dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
Status Psikiatrikus
o Kesan umum kurang terawat - “delusion of influence” =
o Kontak verbal (<), kontak visual waham tentang dirinya
(<) dipengaruhi oleh suatu
o Kesadaran compos mentis, tidak kekuatan tertentu dari
ada disorientasi tempat, waktu luar;atau
dan orang
- “delusion of passivity” =
o Pasien tampak tenang dan dapat
waham tentang dirinya tidak
mengikuti perintah pemeriksa.
berdaya dan pasrah terhadap
o Emosi tidak stabil, afek sempit
suatu kekuatan dari luar;
o Tidak dapat merawat diri (tentang “dirinya “ = secara
sepenuhnya jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/ anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus);
- “delusion perception” =
pengalaman inderawi yang tak
wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat;
3) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku
pasien; atau
- Mendiskusikan perihal pasien
di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain
yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
4) Waham – waham menetap jenis
lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu,
21
atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca
atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dari dunia lain).
22
(posturing), atau fleksibilitas
carea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
23
sendiri (self absorbed attitude),
penarikan diri secara sosial.
24
dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized).
Sedangkan gejala negatif berupa (afek tumpul, respons emosi minimal),
gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir
(lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku
yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).
c. Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala berupa tidak mampu berkerja, menjalin hubungan sosial, dan
melakukan kegiatan rutin.
Diagnosis skizofrenia tak terinci (F20. 3) ditegakkan apabila berdasarkan
anamnesis dan status mentalis pasien memenuhi kriteria umum skizofrenia dan
tidak memenuhi kriteria untuk diagnosia skizofrenia paranoid, hebefrenik atau
katatonik. Serta tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau pasca
depresi. Skizofrenia paranoid biasanya didapatkan halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, bersifat seksual, atau perasaan tubuh dan halusinasi visual yang
mungkin ada tetapi jarang menonjol. Pada pasien ini tidak ditemukan halusinasi
pembauan, pengecapan rasa, bersifat seksual, dan terdapat halusinasi visual pada
pasien. Pasien tidak termasuk skizofrenia hebefrenik karena pasien baru
didiagnosis pada usia 47 tahun, sedangkan pada skizofrenia hebefrenik biasanya
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda. Menurut pengakuan keluarga,
pasien mulai terlihat mempunyai kelainan perilaku sejak usia 17 tahun, namun
tidak dapat dipastikan penyebab mengamuk pasien apa. Skizofrenia katatonik
salah satunya ditandai dengan penderita yang sama sekali tidak menunjukkan
perhatian kepada lingkungannya atau gaduh gelisah yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh
stimuli eksternal. Reaktivitas pasien terhadap lingkungan kurang baik, pasien
masih bisa menjawab dan melakukan apa yang diperintahkan kepada pasien, tidak
ada reaksi negativisme. Tidak ada gejala depresif yang menonjol pada pasien.
25
B. Penatalaksanaan
Fakta Teori
a. Farmakoterapi a. Farmakoterapi
- Anti psikosis tipikal yang
PO Risperidon 2mg 3 x 1 tab
diberikan untuk gejala positif
PO Triheksifenidil 2mg 2x 12 tab
yang lebih menonjol yaitu :
b. Psikoterapi
Haloperidol, Chlorpromazine,
c. Sosioterapi
dan pimozide. Bekerja pada
dopamine receptor antagonist
yang memblokade dopamin
pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak.
- Anti psikosis atipikal yang
diberikan untuk gejala negatif
yang lebih menonjol yaitu
Sulpride, Clozapine, dan
Risperidone. Bekerja sebagai
serotonine – dopamine
receptor antagonist.
b. Psikoterapi
Memberikan kesempatan
26
bagaimana cara
menghadapinya.
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada
orang-orang di sekitarnya.
menciptakan suasana
27
kemungkinan terjadinya gejala ekstra piramidal syndrome seperti distonia akut,
akatisia, tremor, bradikinesia dan rigiditas. Trihexyphenidyl merupakan obat yang
sering digunakan apabila didapatkan sindrom ekstrapiramidal sebagai akibat
penggunaan antipsikotik. Antipsikotik mengurangi aktivitas dopamin di jalur
nigrostriatal (melalui blokade reseptor dopamin), sehingga tanda ekstrapiramidal
dan gejalanya mirip penyakit Parkinson’s. Secara umum dianjurkan penggunaan
obat anti parkinson tidak lebih lama dari 3 bulan (risiko timbul “atropine toxic
syndrome”).5
Trihexyphenidyl bekerja melalui neuron dopaminergik. Mekanismenya
mungkin melibatkan peningkatan pelepasan dopamin dari vesikel prasinaptik,
penghambatan ambilan kembali dopamin ke dalam terminal saraf prasinaptik atau
menimbulkan suatu efek agonis pada reseptor dopamin pascasinaptik.
Trihexyphenidyl memiliki efek menekan dan menghambat reseptor muskarinik
sehingga menghambat sistem saraf parasimpatetik, dan juga memblok reseptor
muskarinik pada sambungan saraf otot sehingga terjadi relaksasi. Pemberian
secara oral triheksiphenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak terakumulasi di
jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk metabolitnya. Sindrom
ekstrapiramidal terjadi akibat pemberian obat antipsikotik yang menyebabkan
adanya gangguan keseimbangan antara transmisi asetilkolin dan dopamine
pusat.5,9 Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori, yaitu
reaksi distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom
Parkinson).9
Selain farmakologik, pada pasien skizofrenia juga penting diberikannya
psikoterapi, untuk mencegah dan membatasi munculnya gejala kembali, yaitu:3
Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien
terhadap stress
Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakitnya, meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung
kesembuhan pasien, dan mengembangkan kemampuan pasien untuk
menunjang kesembuhan
28
Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik
nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.
29
BAB V
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Iman Setiadi. Skizofrenia : Memahami Dinamika Keluarga Pasien.
Bandung : Refika Aditama. 2006.
8. Maslim, Rusdi. Buku saku diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas dari
PPDGJ – III dan DSM 5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya, 2013.
31