Oleh:
1830912310029
Pembimbing:
A. Definisi ............................................................................................... 5
B. Epidemiologi ...................................................................................... 5
C. Klasifikasi .......................................................................................... 5
D. Etiologi ............................................................................................... 7
E. Perbedaan Kejang dan Serangan Menyerupai Kejang ....................... 8
F. Patofisiologi dan Ptogenesis Kejang .................................................. 12
G. Diagnosis …………………………………………………………... 13
H. Tatalaksana......................................................................................... 16
I. Prognosis ............................................................................................ 18
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
oleh hiperaktivasi neuron abnormal dari kejadian kejang nonepilepsi, seperti kejang
psikogenik. Epilepsi adalah kejang berulang tanpa penyebab yang jelas. Epilepsi
konsisten terjadi bersama-sama, dengan tipe kejang yang serupa, berdasarkan onset
penyakit, temuan EEG, faktor pemicu, genetika, riwayat alami, prognosis, dan
respons terhadap obat antiepilepsi (AED). Istilah yang tidak spesifik seperti
sekitar 50 kasus baru per tahun per 100.000 populasi menurut Hauser dan
pasien memiliki epilepsi refrakter (mis., kejang yang tidak dapat dikendalikan oleh
dua atau lebih obat antiepilepsi yang lebih tepat dipilih atau terapi lain). Sekitar
3
Kejang merupakan kelainan neurologi yang paling sering terjadi pada anak,
16 tahun pertama kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa 150.000 anak
mengalami kejang tiap tahun, di mana terdapat 30.000 anak yang berkembang
antaranya adalah infeksi SSP, trauma kepala, tumor, penyakit degeneratif, dan
Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa insidensi epilepsi pada anak laki –
Pada tinjauan pustaka kali ini penulis bermaksud untuk membahas berbagai
macam diagnosis diferential pada anak dengan kelainan kejang, penulis juga akan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik di neuron. Kejang dapat disertai oleh gangguan kesadaran, tingkah laku,
Kejang dapat dibagi atas kejang fokal dan kejang umum. Kejang fokasl
berasal dari fokus lokal di otak, dapat melibatkan sistem motorik, sensorik maupun
psikomotor. Kejang umum melibatkan kedua hemisfer, dapat berupa kejang non-
memerlukan pengobatan lanjutan, merupakan gejala awal suatu penyakit berat dan
memastikan bahwa anak memang kejang. Tata laksana kejang meliputi stabilisasi
pasien, identifikasi etiologi, terapí sesuai dengan etiologi, dan pemantauan secara
berkesinambungan.3
B. Epidemiologi
Kejang adalah kedaruratan neurologis yang sering dijumpai pada praktik
mengalami satu kali kejang. Sebanyak 21% kejang pada anak terjadi pada 64%.3
C. Klasifikasi
Jenis kejang dapat ditentukan berdasarkan deskripsi serangan yang akurat.
Penentuan jenis kejang ini sangatlah penting untuk menentukan jenis terapi yang
akan diberikan. Pemilihan obat anti kejang/obat anti epilepsi (OAE) jangka panjang
5
sangat dipengaruhi oleh jenis kejang pasien. Ada obat diindikasikan untuk jenis
kejang tertentu, misalnya karbamazepin untuk jenis kejang fokal atau asam valproat
untuk kejang tipe absans. Pemilihan OAE yang salah dapat memperberat jenis
mioklonik.4
kejang harus ditentukan setiap kali pasien mengalami serangan. Tidak jarang
ditemukan bahwa jenis kejang saat ini berbeda dengan sebelumnya. Semakin
banyak jenis serangan kejang yang dialami pasien, semakin sulit penanganan
fokal, dan tidak terklasifikasi. Pada kejang general, kelainan aktivitas elektrik
berasal dari kedua sisi otak dan menyebar dengan cepat melalui jaringan saraf.
Kejang general tonik-klonik merupakan tipe kejang general yang sering ditemukan
dan merupakan tipikal kejang epilepsi. Kejang absans salah satu tipe kejang
dan pergerakan mulut. Kejang mioklonik juga merupakan tipe kejang general
dimana kejang muncul mendadak dengan kontraksi yang cepat pada beberapa
kelompok otot. Kejang general lain seperti atonik (kehilangan tonus otot) dan tonik
6
Kejang fokal berasal dari kelainan aktivitas elektrik pada salah satu sisi otak,
walaupun pada beberapa situasi bisa menyebar beberapa saat ke sisi yang lain.
Kejang fokal bisa menimbulkan beberapa gejala tergantung asal kelainan aktivitas
elektrik. Kesadaran bisa saja hilang, berkurang, atau tetap ada pada kejang jenis ini.
Kadang-kadang gerakan kejang ini terjadi pada satu tangan dan atau satu kaki. Pada
kejang yang tidak terklasifikasi, biasanya kejang tidak bisa atau sulit untuk
Sumber: Berg AT, Berkovic SF., Brodie MJ, Buchhalter Jeffrey, et al. Revised terminology and concepts for organization
of seizures and epilepsies: Report of the ILAE Commission on Classification and Terminology, 2005-2009. Epilepsia.
2010;51(4):676–685.
D. Etiologi
selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi atau
kejang berulang. Etiologi kejang pada seorang pasien dapat lebih dari satu. Etiologi
7
Tabel 2. Etiologi kejang pada anak3
yang dapat menyerupai dan salah didiagnosis sebagai kejang epilepsi, penting untuk
membedakan kejang dan serangan mirip kejang. Penting bahwa beberapa diagnosis
Perbedaan antara kejang dan serangan menyerupai kejang dapat dilihat pada
tabel diatas. Tampak bahwa proses kejang menimbulkan serangan onset yang
mendadak hal ini sesuai dengan proses patofisiologinya karena proses impuls listrik
8
yang tidak terkontrol (EN: uncontroll firing). Kesadaran yang selau terganggu saat
terjadi kejang, sianosis sering terjadi karena proses depresi nafas dari sentral.
Gerakan abnormal bola mata hampir selalu didapati pada kejang. Anamnesis tetap
menjadi kunci untuk diagnosis yang benar dengan rekaman video mungkin sangat
membantu. Ada beberapa kondisi di mana peristiwa epilepsi dan non-epilepsi dapat
ada penurunan tiba-tiba dalam aliran darah dan pasokan oksigen ke otak. Kejang
anoxic adalah kolaps, muncul kaku dengan atau tanpa gerakan tonik-klonik yang
terjadi sebagai akibat dari kurangnya kontrol kortikal batang otak.9 Gerakannya
bukan karena aktifitas epileptogenik. Sinkop sering terjadi, dengan sinkop yang
Sinkop vasovagal memengaruhi semua usia mulai dari bayi hingga usia tua,
untuk anak-anak yang lebih muda mungkin awalnya mengalami kejang anoksik
operasi dokter atau berdiri di tempat ibadah adalah penting.9 Ada penurunan
tekanan darah dan perlambatan detak jantung yang menyebabkan kurangnya aliran
9
darah ke otak. Gejala awal termasuk kabur dan hilang penglihatan, dering di telinga
dan pusing.10
lebih sering pada saat-saat ketika anak lelah atau santai atau bosan) dan lebih lama
daripada kejang absens. Melamun muncul seperti anak menatap ke depan dengan
mereka. Biasanya tidak ada kehilangan tonus otot dalam lamunan dan kelap-kelip
kelopak mata tidak terjadi. Beberapa diagnosis lain yang mungkin adalah eidetic
kejang psikogenik dan kejang pseudose) menyerupai kejang epilepsi, tetapi tidak
memiliki bukti elektrofisiologis atau bukti klinis untuk epilepsi. Etiologi kejang
penunjang pada individu yang terkena dampak berbeda.9 Faktor psikogenik dapat
dapat diidentifikasi dalam semua kasus. Serangan seperti kejang dapat termasuk
gerakan atau gangguan kesadaran, dan dapat meniru kejang fokal motorik atau
tubuh, berputar, dan memukul kepala. Muncul akibat gerakan berlebihan bersifat
10
jinak dari gerakan atau kebiasaan yang menghibur diri yang banyak bayi tunjukkan
dalam transisi bangun tidur. Parasomia termasuk teror malam hari, dan berjalan saat
tidur muncul dari tidur non-REM yang dalam (tahap 3 & 4), biasanya pada sepertiga
pertama tidur malam. Parasomnia dapat salah didiagnosis sebagai kejang lobus
temporal namun gairah kebingungan dan teror malam biasanya lebih lama.10
Gangguan yang sering muncul adalah tics. Tics adalah gerakan yang tidak
disengaja, tiba-tiba, cepat, berulang, tidak berirama, sederhana atau kompleks. Tics
motorik sederhana melibatkan satu otot atau sekelompok otot (termasuk otot
Migrain dengan aura dan variannya sangat umum dan sudah diketahui bahwa
visual kejang oksipital lebih cenderung berwarna dan dapat mencakup berbagai
Jitteriness terjadi pada periode bayi baru lahir, biasa terjadi pada bayi yang
tampak baik pada hari pertama kehidupan sebagai temuan sementara yang hilang
abstinensi neonatal.13 Jitteriness dapat dibedakan dari kejang epilepsi karena dapat
meningkat ketika bayi tidak tertutup, distimulasi, terkejut atau menangis, tetapi
menurun ketika bayi dibungkus atau anggota tubuh yang terkena dipegang.13
11
F. Patofisiologi dan Patogenesis Kejang
yang berlangsung lama (50 ms). Paroxysmal depolarization shift merangsang lepas
muatan listrik yang berlebihan pada neuron otak dan merangsang sel neuron lain
eksitasi sinaptik oleh neurotransmitter glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi
yang berulang.15
Pada pasien dengan epilepsi fokal, terdapat sekelompok sel neuron yang
epileptikus. Sekelompok sel neuron ini akan merangsang sel di sekitarnya untuk
melepaskan muatan listriknya. Keadaan ini merupakan transisi fokal interiktal atau
korteks. Terdapat penyebaran cepat proses eksitasi (spike) dan inhibisi (gelombang
ombak) pada kedua hemisfer otak melalui jaras kortikoretikular dan talamokortikal.
Status epileptikus terjadi akibat proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus
12
G. Diagnosis
baik umum maupun fokal, serta nyeri atau cedera akibat kejang.
Pemeriksaan fisis dimulai dengan menilai tanda vital, mencari tanda trauma
akut kepala, dan ada tidaknya kelainan sistemik. Pemeriksaan ditujukan mencari
cedera yang terjadi mendahului atau selama kejang, adanya penyakit sistemik,
paparan zat toksik, infeksi, dan kelainan neurologis fokal. Bila dijumpai kelainan
fokal, misalnya paralisis Todd's, harus dicurigai adanya lesi intrakranial. Bila terjadi
2. Pemeriksaan Penunjang
13
pungsi lumbal, elektroensefalografi, dan pencitraan neurologis. Pemilihan jenis
a. Pemeriksaan laboratorium
etiologi dan komplikasi akibat kejang lama. Jenis pemeriksaan yang dilakukan
bergantung pada kondisi klinis pasien. Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien
dengan kejang lama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, darah perifer lengkap,
pada kejang demam. Jika dicurigai adanya meningitis bakterialis perlu dilakukan
chain reaction (PCR) terhadap virus herpes simpleks dilakukan pada kasus dengan
kecurigaan ensefalitis.3
b. Pungsi lumbal
penurunan kesadaran atau gangguan status mental, perdarahan kulit, kaku kuduk,
kejang lama, gejala infeksi, paresis, peningkatan sel darah putih, atau pada kasus
yang tidak didapatkan faktor pencetus yang jelas. Pungsi lumbal ulang dapat
dilakukan dalam 48 atau 72 jam setelah pungsi lumbal yang pertama untuk
herniasi.4
14
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa
disertai demam pada anak usia di bawah 12 bulan karena manifestasi klinis
meningitis tidak jelas atau bahkan tidak ada. Pada anak usia 12-18 bulan dianjurkan
melakukan pungsi lumbal, sedangkan pada usia lebih dari 18 bulan pungsi lumbal
c. Elektroensefalografi
EEG. Beberapa anak tanpa kejang secara klinis ternyata memperlihatkan gambaran
Hanya sindrom epilepsi saja yang menunjukkan kelainan EEG yang khas.
bersifat umum, multifokal, atau fokal pada daerah temporal maupun frontal.
Pemeriksaan EEG segera dalam 24-48 jam setelah kejang atau sleep
EEG tidak selalu berhubungan dengan beratnya klinis. Gambaran EEG yang normal
d. Pencitraan neurologis
15
Foto polos kepala memiliki nilai diagnostik kecil meskipun dapat
menunjukkan adanya fraktur tulang tengkorak. Kelainan jaringan otak pada trauma
kepala dideteksi dengan CT scan kepala. Kelainan gambaran CT scan kepala dapat
menderita penyakit susunan saraf pusat, kejang fokal, dan riwayat keganasan.16
daerah serebelum atau batang otak. MRI dipertimbangkan pada anak dengan kejang
yang sulit diatasi, epilepsi lobus temporalis, perkembangan terlambat tanpa adanya
H. Tatalaksana
Umumnya kejang tonik klonik berhenti spontan dalam 5 menit. Bila kejang
tidak berhenti dalam 5 menit, maka kejang cenderung berlangsung lama. Status
epileptikus (SE) adalah kejang lama lebih dari 30 menit atau kejang berulang tanpa
pulihnya kesadaran di antara kejang. Terdapat dua jenis status spileptikus yaitu SE
mengancam jiwa dengan risiko terjadinya gejala sisa neurologis. Risiko ini
tergantung pada penyebab dan lamanya kejang. Makin lama kejang berlangsung,
makin sulit untuk menghentikannya. Tujuan tata laksana kejang tonik klonik umum
16
lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status
epileptikus.3
Sumber: Setyabudhy, Mangunatmaja Irawan. Kejang. In: Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2015:31–39.
Pada beberapa kasus alur tatalaksana diatas tidak juga harus selalu di ikuti, misalnya
kejang pada bayi, pilihan utama bukanlah golongan benzodiazepine tetapi Fenobarbital
maka penting juga untuk mengetahui dosis dan cara pemberian OAE (obat antiepilepsy).
17
Sumber: Laino D, Mencaroni E, Esposito S. Management of Pediatric Febrile Seizures. 2018
I. Prognosis
kejang juga penting untuk mencegah terjadinya rekurensi pada kejang, anak dengan
kondisi kejang berulang bahkan masuk kedalam status epileptikus berpotensi 10%
- 56% untuk mengalami status epileptikus lagi dikemudian hari, hal ini tentunya
sangat berpengaruh terutama bagi fungsi mental dan kemampuan otak anak, apalagi
anak yang masih dalam tahap perkembangan, melihat hal ini maka perlunya
pemberian terapi rumatan bagi anak sampai satu tahun bebas kejang terutama bagi
18
BAB III
PENUTUP
merupakan suatu komorbiditas utama dalam perkembangan otak anak, hal ini
diferensial yang dapat digunakan oleh para tenaga medis ketika mendapatkan kasus
kejang. Tujuan utamanya adalah anak yang datang dengan kejang tidak mengalami
atau curiga kejang dapat dilakukan dengan maksimal, dalam makalah ini juga
menyerupai kejang.
19
DAFTAR PUSTAKA
2018;31(4):296–306.
6. Brodie MJ, Zuberi SM, Scheffer IE, RS F. Seminar in Epileptology The 2017
8. Berg AT, Berkovic SF, Brodie MJ, Jeffrey B, et al. Revised terminology and
2010;1:676–685.
20
200M;70(suppl II):ii9-14.
https://www.epilepsydiagnosis.org/epilepsy-imitators.html#overview.
Published 2019.
11. Perez DL, Lafrance WC, Lafrance Curt. Nonepileptic Seizures: An Updated
12. Patel Hema, Dunn DW, Austin JK, JL D, et al. Psychogenic nonepileptic
2016;2(10):32–36.
Seizures. 2018.
Epilepsia. 2018;59(June):155–169.
21
22