Down Syndrome
Down Syndrome
SYNDROME
Oleh:
NIM.
Departemen :
PENDAHULUAN
2
Penyakit Sindrom Down sudah diketahui sejak tahun 1866 oleh Dr. Langdon
Down dari Inggris , tetapi baru pada awal tahun 60-an ditemukan diagnosis
secara pasti yaitu dengan pemeriksaan kromosom. Dahulu penyakit ini diberi
nama Mongoloid karena penderita penyakit ini mempunyai wajah seperti bangsa
Mongol.
DEFENISI
• Sindrom Down atau yang lebih • Kelainan tersebut dapat
dikenal sebagai kelainan genetic
trisomy, di mana terdapat tambahan menyebabkan
kromosom pada kromosom 21. keterlambatan
Kromosom ekstra tersebut perkembangan fisik,
menyebabkan jumlah protein
tertentu juga berlebih sehingga ketidakmampuan belajar,
menganggu pertumbuhan normal penyakit jantung, bahkan
dari tubuh dan menyebabkan kanker darah/leukimia.
perubahan perkembangan otak
yang sudah tertata sebelumnya.
4
PREVALENSI
“
INSIDEN KEJADIAN SD DIPERKIRAKAN 1 DI
ANTARA 800-1000 KELAHIRAN. FREKUENSI KEJADIAN
SD DI INDONESIA ADALAH 1 DALAM 600 KELAHIRAN
HIDUP. DI SELURUH DUNIA, PREVALENSI
KESELURUHAN ADALAH 10 SD PER 10.000 KELAHIRAN
HIDUP, MESKIPUN DALAM TAHUN TERAKHIR ANGKA INI
TELAH MENINGKAT.
USIA IBU SAAT HAMIL MEMENGARUHI RISIKO
MELAHIRKAN ANAK DENGAN SD SEMAK IN
MENINGKAT USIA IBU SAAT KEHAMILAN, SEMAKIN
BESAR RISIKO MELAHIRKAN ANAK DENGAN SD PADA
SAAT USIA IBU 20-24 TAHUN, RISIKO KOJADIAN SD
YAITU 11490, USIA 40 TAHUN SEKITAR 1:106
ETIOLOGI 5
ETIOLOGI
• 1. Penuaan sel telur wanita (aging of ova), bahwa ada pengaruh intrinksik maupun ekstrinsik
(lingkungan) dalam sel induk, yang menyebabkan pembelahan selama fase meiosis menjadi non-
disjunction. Sel telur wanita telah dibentuk pada saat masih dalam kandungan yang akan
dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut mengalami menstruasi. Dan
pada saat wanita menjadi tua kondisi sel telur tersebut kadangkadang menjadi kurang baik dan
pada waktu dibuahi oleh spermatozoa, sel benih ini mengalami pembelahan yang salah.
• 2. Keterlambatan pembuahan (delayed fertilization), akibat penurunan frekuensi bersenggama
pada pasangan tua dan mungkin juga pada ibu-ibu yang sangat muda, telah meningkatkan
kejadian keterlambatan pembuahan, dimana saat itu terjadi penuaan ovum pada meiosis II setelah
ovulasi.
• 3. Penuaan sel spermatozoa laki-laki (aging of sperm) pematangan sperma dalam alat
reproduksi pria, yang berhubungan dengan bersenggama infrekuen, berperan dalam efek ekstra
kromosom 21 yang berasal dari ayah.
6
KLASIFIKASI
PENEGAKAN DIAGNOSA
SKRINING (PRE NATAL) POST NATAL
Kardiovaskular
• Kelainan jantung bawaan ditemukan pada 40-60% bayi dengan
Sindrom Down berupa defek kanal atrioventrikuler komplit
(60%), defek septum ventrikel (32%), Tetralogi of Fallot (6%),
defek septum atrium sekundum (1%), dan Isolated Mitral Cleft
(1%).
Endokrin
• Sindrom Down mengalami peningkatan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) dengan nilai T, dan T, normal yang menyebabkan
hipotiroid subklinis (tidak memiliki gejala).
• Pubertas terlambat
MASALAH KESEHATAN 14
Hematoonkologi
• Sindrom Down memiliki 10-20 kali lipat peningkatan
risiko menderita leukemia dan sebesar 2% dapat terjadi
hingga usia 5 tahun dan 2,7% hingga usia 30 tahun.
TATALAKSANA
Click icon to add picture Click icon to add picture Click icon to add picture
TERAPI SUPORTIF
Click icon to add picture Click icon to add picture Click icon to add picture