Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA

OLEH :

KELOMPOK 8

JOHNIYANTO U. Y. RANDJAWALI ELMI NGONGO

NOSTRI K. ATAKASI EMILIANA MELAN KORI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA

A.DEFINISI

1.   Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi,
kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku
bizar.

2.   Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan
precox artinya muda/sebelum waktunya).

B.   Etiologi Skizofrenia

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia. Teori teori tersebut antara lain:

1. Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini
tidak dapat dibuktikan.

2. Metabolisme

Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan metabolisme


karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu
makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor
katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan
pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam lisergik diethylamide (LSD-
25). Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-
gejala skizofrenia, tetapi reversible.

3. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf
tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah
dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan
suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian
dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

4. Teori Sigmund Freud

Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud, skizofrenia
terdapat:

1) Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik

2) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta
terjadi suatu regresi ke fase narsisisme

3) Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik


tidak mungkin.

5. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer
(gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala
sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang
lain).

C.   Pembagian Skizofrenia


Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara
lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi
dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan
halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau
antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor
seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham
dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului
oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder
dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses
berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan
dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu
arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-
gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal
depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk
menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
 
D.   Manifestasi Klinik Skizofrenia
1. Gejala Primer
 Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol
adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
 Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
 Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2) Perilaku negativisme atas permintaan
3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
 Gejala psikomotor
1)    Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2)    Stereotipi
3)    Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
4)    Echolalia dan echopraxia
 Autisme.
2. Gejala Sekunder
1) Waham
2) Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi
salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan penglihatan yang
paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat
terjadi

E.   Rentang Respon Skizofrenia

RENTANG RESPON SKIZOFRENIA

F.    Penatalaksanaan Skizofrenia


1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok
bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3
kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional,
newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik
konvensional antara lain :
 Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
 Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
 Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
 Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer
atypical antipsycotic.
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama,
pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.
Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian
antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil
secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih
dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical
antipsycotic yang tersedia, antara lain :
o Risperdal (risperidone)
o Seroquel (quetiapine)
o Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal
yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak
merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada
kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah
putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat
Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para
ahli merekomendaskan penggunaan. Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No   Nama Generik                           Sediaan                                               Dosis


1.     Klorpromazin      

2      Haloperidol          

3      Perfenazin            
4      Flufenazin            
5      Flufenazin dekanoat
6      Levomeprazin      
7      Trifluperazin        
8      Tioridazin            
9      Sulpirid                
Injeksi 50 mg/ml         
10    Pimozid              
11     Risperidon          

 
Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia
episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk
terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu
beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal
dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama
6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita
berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila
hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya,
atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita
berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi
yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi
lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah
mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk
menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat
diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti
dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat
bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah
sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah
episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien
Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan
sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari
satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan
yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab
tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping
Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku,
sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya
mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada
tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya
benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek
samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana
terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial
grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya
akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,
sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut.
Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau
mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan
obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet
dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang
terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor
yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-
penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

1. Terapi Psikososial
a.    Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,
berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b.    Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c.    Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d.    Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan antara
dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan
pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien
skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan
dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang
mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih
disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang
merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi,
atau eksploitasi.
2. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah
sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke
arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
G.   Pohon Masalah Skizofrenia

H.   Asuhan Keperawatan Skizofrenia


1. Pengkajian keperawatan skizofrenia
a) Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.
d) Psikososial
1) Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-
1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep Diri
Kemunduran  kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
e) Status Mental
5) Penampilan Diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien.
6) Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
7) Aktifitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
8) Emosi
Emosi dangkal
9) Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
10) Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
11) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
12) Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
13) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf
tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
14) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
15) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak
tepat.
16) Tilik diri
Tak ada yang khas.
f) Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin
mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, intirahat tidur.

2. Diagnosa Keperawatan Skizofrenia


a) Isolasi sosial b.d harga diri rendah
b) Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik diri
c) Kurang perawatan diri b.d menarik diri
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a.      Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial b.d harga diri rendah
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi sosial Tujuan umum
b.d harga diri Klien dapat
- - -
rendah melakukan hubungan
sosia secara bertahap
Tujuan khusus 1 a.    Klien dapat a.    Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
Klien dapat membuna mengungkapkan          Sapa klien secara ramah baik percaya akan
hubungan saling perawaannya secara verbal maupun nonverbal menimbulkan
percaya b.    Ekspresi wajah          Perkenalkan diri dengan kepercayaan klien
bersahabat sopan kepada perawat
c.    Ada kontak mata          Tanya nama lengkap klien sehingga akan
d.    Menunjukkan rasa dan nama panggilanyang disukai memudahkan dalam
senang          Jelaskan tujuan pertemuan, pelaksanaan tindakan
e.    Mau berjabat tangan jujur dan menepati janji selanjutnya
f.     Mau menjawab          Tunjukkan sikap empati dan
salam menerima klien apa adanya
g.    Klien mau duduk          Beri perhatian kepada klien
berdampingan b.    Beri kesempatan untuk
h.    Klien mau mengungkapkan perawaannya
mengutarakan tentang penyakit yang diderita
masalah yang c.    Sediakan waktu untuk
dihadapi mendengarkan klien
d.    Katakana pada klien bahwa dia
adalah seorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri
Tujuan khusus 2 Klien mampu a.    Diskusikan kemampuan dan aspek Reinforcement positif
Klien dapat mempertahankan positif yang dimilikiklien dan beri akan meningkatkan
mengidentifikasi aspek yang positif reinforcement atas kemampuan harga diri klien
kemampuan dan mengungkapkan perasaannya
aspek positif yang b.    Saat bertemu klien hindarkan
dimiliki memberi penilaian negatif
c.    Utamakan memberi pujian yang
realistis
Tujuan khusus 3 a.    Kebutuhan klien a.    Diskusikan kemampuan klien yang Peningkatan
Klien dapat menilai terpenuhi masih dapat digunakan selama sakit kemampuan klien akan
kemampuan yang b.    Klien dapat b.    Diskusikan juga kemampuan yang mendorong klien untuk
data digunakan melakukan dapat dilanjutkan penggunaan di madiri
aktivitas terasarah rumah sakit dah di rumah nantinya

Tujuan khusus 4 a.    Klien mampu a.    Rencanakan bersama klien aktivitas Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat beraktivitas sesuai yang dapat dilakukan setiap hari secara mandiri menjadi
menetapkan dan kemampuan sesuai kemampuan, kegiatan modal awal untuk
merencanakan b.    Klien mengikuti mandiri, kegiatan dengan bantuan meningkatkan harga
kegiatan sesuai TAK minimal, kegiatan dengan bantuan diri
kemampuan total
b.    Tingkatkan kegiatan klien sesuai
toleransi kondisi klien
c.    Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan 
(sering klien takut melaksanakannya)
Tujuan khusus 5 Klien mampu a.    Berikan kesempatan kepada klien Melalui aktivitas, klien
Klien dapat beraktivitas sesuai mencoba kegiatan yang telah akan mengetahui
melakukan kegiatan kemampuan direncanakan kemampuannya
sesuai dengan kondisi b.    Beri pujian atas usaha dan
sakit dan keberhasilan klien
kemampuannya c.    Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah
Tujuan khusus 6 a.    Klien mampu a.    Beri pendidikan kesehatan kepada Perhatian keluarga dan
Klien dapat melakukan apa keluarga tentang cara merawat klien pengertian keluarga
memanfaatkan yang diajarkan dengan isolasi social dan harga diri akan membantu
system pendukung b.    Klien mau rendah meningkatkan harga
yang ada memberikan b.    Bantu kelluarga memberi dukungan diri klien
dukungan selama klien dirawat
c.    Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah

b.     Diagnosa keperawatan: resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendenganran b.d menarik diri
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Resiko Tujuan umum
perubahan Klien dapat
persepsi berinteraksi dengan
- - -
sensori: orang lain sehingga
halusinasi tidak terjadi
pendengaran halusinasi
b.d isolasi Tujuan khusus 1 Klien dapat a.    Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
sosial Klien dapat membuna mengungkapkan          Sapa klien secara ramah baik percaya akan
hubungan saling perasaan dan secara verbal maupun nonverbal menimbulkan
percaya keberadaannya          Perkenalkan diri dengan kepercayaan klien
secara verbal sopan kepada perawat
a.    Klien mau          Tanya nama lengkap klien sehingga akan
menjawab dan nama panggilanyang disukai memudahkan dalam
salam          Jelaskan tujuan pertemuan, pelaksanaan tindakan
b.    Klien mau jujur dan menepati janji selanjutnya
berjabat          Tunjukkan sikap empati dan
tangan menerima klien apa adanya
c.    Mau          Beri perhatian kepada klien
menjawab b.    Beri kesempatan untuk
pertanyaan mengungkapkan perawaannya
d.    Ada kontak tentang penyakit yang diderita
mata c.    Sediakan waktu untuk
e.    Klien mau mendengarkan klien
duduk d.    Katakana pada klien bahwa dia
berdampingan adalah seorang yang berharga
dengan dan bertanggung jawab serta
perawat mampu menolong diri sendiri
Tujuan khusus 2 Klien dapat a.    Kaji pengetahuan klien tentang Dengan mengetahui
Klien dapat menyebutkan perilaku menarik diri dan tanda- tanda dan gejala
menyebutkan penyebab menarik tandanya menarik diri akan
penyabab menarik diri yang berasal b.    Beri kesempatak kepada klien menentukan langkah
diri dari : untuk mengungkapkan perasaan intervensi selanjutnya
a.    Diri sendiri penyebab menarik diri atau tidak
b.    Orang lain mau bergaul
c.    Lingkungan c.    Diskusikan dengan klien
tentang perilaku menarik diri,
tanda dan gejala
d.    Berikan pujian tentang
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
Tujuan khusus 3 Klien dapat a.    Kaji pengetahuan klien tentang Reinforcement positif
Klien dapat menyebutkan keuntungan dan manfaat bergaul dapat meningkatkan
menyebutkan keuntungan dengan orang lain harga diri
keuntungan berhubungan dengan b.    Beri kesempatan kepada klien
bersosialisasi dengan orang lain, misalnya untuk mengungkapkan
orang lain dan banyak teman, tidak perasaannya tentang keuntungan
kerugian todak sendiri, bias berhubungan dengan orang lain
bersosialisasi dengan berdiskusi, terasa c.    Diskusikan dengan klien
orang lain ramai, dapat bercanda tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
d.    Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila todak bergaul
dengan orang lain
e.    Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan
perasaannya tentang kerugian
bila tidak  berhubungan dengan
orang lain
f.     Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
g.    Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain

c.      Diagnosa keperawatan: Kurang perawatan diri b.d menarik diri


Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Kurang perawatan Tujuan umum
diri b.d menarik diri Pasien
mengungkapkan
- - -
keinginan untuk
melakukan kegiatan
hidup sehari-hari
Tujuan khusus 1 Klien mampu a.    Dukung pasien untuk melakukan Kegiatan mandiri
Klien mampu melakukan aktivitas kegiatan hidup sehari-hari sesuai dapar meningkatkan
melakukan kegiatan sehari-hari tingkat kemampuan pasien kemampuan aktivitas
hidup sehari-hari a.    Pasien makan b.    Dukung kemandirian pasien, yang dapat dilakukan
secara mandiri dan sendiri tanpa tapi berikan bantuan saat pasien klien
mendemontrasikan bantuan. tidak dapat melakukan beberapa
suatu keinginan b.    Pasien memilih kegiatan
untuk melakukannya pakaian yang c.    Perlihatkan secara konkret,
sesuai, berpakaian bagaimana melakukakn kegiatan
merawat dirinya yang menurut pasien sulit
tanpa bantuan. melakukannya
c.    Pasien d.    Bantu dalam menyiapkan
mempertahankan perlengkapan ADLs
kebersihan diri e.    Berikan pengakuan dan
secara optimal penghargaan positif untuk
dengan mandi kemampuannya mandiri
setiap hari dan
melakukan
prosedur defekasi
dan berkemih
tanpa bantuan.
I.      Daftar Pustaka
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga
University Press
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC
Schizophrenia. www.merck.com diakses tanggal 15 Oktober 2011
Schizophrenia. www.emedicine.com diakses tanggal 15 oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai