Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA

Ruang Poli Klinik Jiwa RSD Gunung Jati Cirebon

Disusun untuk memenuhi tugas praktek

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH :
MUHAMAD SALMAN ALPARIZZI
NIM : 21021

AKADEMI KEPERAWATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2024
A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan
emosi perilaku bizar (Dermawan, 2013).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana
namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan
precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari, 2011).
Rentang Respon Skizofrenia
B. Rentang respon skizofrenia

Respon adaptif Respon maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Gangguan


- Persepsi akurat kadang menyimpang pikiran / waham
- Emosi - Ilusi - Halusinasi
konsisten - Perilaku ganjil - Kesulitan untuk
dengan - Menarik diri memproses
pengalaman emosi
- Perilaku sesuai - Isolasi social
- Hubungan - Pelaku tidak
positif terorganisir

C. Etiologi
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan
terjadinya skizofrenia (Hawari, 2011)Teori teori tersebut antara lain:
1.⁠ ⁠Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi
teori ini tidak dapat dibuktikan.
2.⁠ ⁠Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan.
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam.
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
lisergik diethylamide (LSD-25). Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-
gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3.⁠ ⁠Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak
dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau
penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
4.⁠ ⁠Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud, skizofrenia
terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
5.⁠ ⁠Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa
yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau
gangguan psikomotorik yang lain).
Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita
skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat dipastikan
factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan bagi
saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan
kembar satu telur 61-86% (Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak
sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk
skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri).
2.⁠ ⁠Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan overaktivitas
pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung dengan temuan bahwa
amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat
menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja
dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2
3.⁠ ⁠Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata
lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek,
pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di
beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit
di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada
penderita skizofrenia.

D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara
lain:
1.⁠ ⁠Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan
emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan,
waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2.⁠ ⁠Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja
atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.

3.⁠ ⁠Skizofrenia Katatonia


Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului
oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.
4.⁠ ⁠Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan
proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5.⁠ ⁠Episode Skizofrenia akut
'Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan- akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya
gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-
gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini cenderung
untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi
(Hawari, 2011).
E. Manifestasi Klinis Skizofrenia
1.⁠ ⁠Gejala Primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol
adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
a. Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
b. Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2) Perilaku negativisme atas permintaan
3) Otomatisme: merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
c. Gejala psikomotor
1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2) Stereotipi
3) Katelepsi: mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
4) Echolalia dan echopraxia
d. Autisme.
2.⁠ ⁠Gejala Sekunder
a. Waham
b. Halusinasilstilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan penglihatan
yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga
dapat terjadi.
F. Penatalaksanaan Skizofrenia
1.⁠ ⁠Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola
fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis
antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang
benar- benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang
lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati
Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional
antara lain :
1) Haldol (haloperidol) 5. Stelazine (trifluoperazine)
2) Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine (chlorpromazine)
3) Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4) Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer
atypical antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok
konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan
(kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek
samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk
meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien
mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4
minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat
dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-
lahanSistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic
antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang
tersedia, antara lain:
1) Risperdal (risperidone)
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang
pertama.Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon
(berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril
memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus
yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang
berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus
memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli
merekomendaskan penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No. Nama Genetik Sediaan Dosis


1. Klopromazin Tablet, 25 dan 100 mg, 5 - 5 mg/hari
Injeksi 25mg/ml
2. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
3. Flupenazin Tablet 2,5 mg , 5 mg 10 - 15 mg/ hari
4. Flupenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
5. Levomeprazin Tablet 25mg, Injeksi 25 25 - 50 mg/hari
mg/ml
6. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari
7. Tioredazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari
8. Sulpirid Tablet 200 mg, Injeksi 300 - 600 mg/hari, 1-
50 mg/ml 4 mg/hari
9. Pimozid Tablet 1dan 4 mg 1 – 4 mg/hari
10. risperidon Tablet 1,2,3 mg 2 – 6 mg/hari

1) Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal
dan resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah. Biasanya obat
antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
lama pada Clozaril)
2) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita
berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral
dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu.
Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang
pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal
ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang
lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal
antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan antipsikotik
atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila
terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
3) Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuhPenelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
4) Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan
otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal
ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada
tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik
(biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah
atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,
protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping
ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat
antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat- obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan
menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical
antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikitPeningkatan berat badan juga
sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obatHal ini sering
terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah
raga dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang
terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku
dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa
demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan
yang segera.
2.⁠ ⁠Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dankomunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yangdapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakitDengan demikian,
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang,berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaanremisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia
kembali seringkali mendapatkan manfaat dariterapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera,topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lamadan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanaksaudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencanayang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan daripenyangkalan tentang
keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien
mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalumengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektifdalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps
adalahdramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%
dan 5 - 10% denganterapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, danhubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau tilikan. atau
suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkanisolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasienskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya
dalam interpretatif,tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia. cara
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofreniatelah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatuhubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi olehdapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahliterapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan
antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatanpasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadapkaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur
dan penggunaan namapertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan dirasakan
sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
3.⁠ ⁠Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.
Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus
direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga
pasien tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada
pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya
fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus
memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas
hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien.
Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.
G. Pohon Masalah Skizofrenia
1. Pathway Skizofrenia

Penampilan diri terganggu

Resiko Perubahan
persepsi sensori:
Perawatan diri kurang
Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial Kemauan Menurun


Menarik diri

Harga diri rendah

Koping keluarga / individu tidak efektif Kegagalan perpisahan / kehilangan


2. Diagnosa Keperawatan Skizofrenia
a. Isolasi sosial b.d harga diri rendah
b. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik diri
c. Kurang perawatan diri b.d menarik diri
K. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Intervensi
1. Gangguan persepsi Sensoris: SP 1:
Halusinasi Pendengaran 1. Identifikasi isi, waktu terjadi,
situasi pencetus, dan respon
terhadap halusinasi
2. Mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
SP 2:
mengontrol halusinasi dengan cara
minum obat secara teratur
SP 3:
Mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap – cakap dengan orang lain
SP 4:
Mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas terjadwal

Anda mungkin juga menyukai