Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau Tenaga
fisik Kekuatan dan sudut dan tenaga tersebut, kedaan tulang itu sendiri dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price, Wilson, 2003). Fraktur adalah
potah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma. atau tenaga fisik (Brunner &
Buddarth, 2000)
Fraktur adalah terputusnya kontuinilast ulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsortisinya (Smeltzer dan Bare, 2002)
B. Etiologi
b. Fraktur Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur. Dapat terjadi pada
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada sutang yang
mengakibatkan rusaknyo atau terputusnya kontinuitas tutang Ketika patah tulang,
terjadi kerusakan di korteka, pembuluh darah, sumsum Tulang dan jaringan lunak.
Akibat dari hai tersebut terjadi pordarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi
tulang bawah periostrum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Tajadinya respon infiamasi akibat sirikulasi jaringan nekrotik ditandai derigan
fase vasodilatasi dan plasma dan leukosi, ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera,tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk biasa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan
lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang
lain. Hematom menyebabkan dilami kapiler di otat sahingga meningkatkan
tekanan kapler di olat, sehingga meningkatkan Sekanan kapiler, kemudian
menalimulasi halamin pada otot yang iskemik dan menyebatikan protein plasma
hilang dan masuk ke intersisal Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema
yang terbentuk akan menekan ujung syaral, yang bila berlangsung lama bisa
menyebabkan syndrom comportement
Tulang bergenerasi sama seperti jaringan Tubuh yang lan, Fraktur.
merangsang merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan sulang-tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel. Pada stadium poliferasi sel merjadi fibrokartilago Sel yang
mengalami politerasi terus masuk kedalam lapisan yang lebih dalam dan
bergenerasi sehingga terjadi osteogenesis. Sel-sel yang berkembang memiliki
potensi yang kardiogenik.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu :
Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat
bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyerni dapat diberi
obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu
pemasangan bidai/spalk, maupun memasang gips.
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Fraktur harus segera diimobilisasi untuk memungkinkan pembentukan
hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan. Penyambungan kembali
tulang (reduksi penting dilakukan agar terjadi pemulihan posisi yang
normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup/OREF), misalnya dengan pemasangan.
gips, skin traksi maupun bandaging. Apabila diperlukan pembedahan
untuk fiksasi (reduksi terbuka ORIF) pin atau sekrup dapat dipasang untuk
mempertahankan sambungan. (Elizabeth J. Corwin, 2009: 339)
3. Membuat tulang kembali menyatu Imobilisasi jangka panjang setelah
reduksi penting dilakukan agar terjadi pembentukan kalus dan tulang baru.
Imobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan pemasangan gips
atau penggunaan bidai
4. Mengembalikan fungsi sepert semula Imobilisasi dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi, Maka
untuk mencegah hal tersebut diperlukan. upays mobilisasi. (Anonim,
2008)
F. Pengkajian
a. Identitas pasien
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan passen saat ini,
biasanya pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur, kondisi hak yang
lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah, dan nafsu
makan menurun
2) Eliminasi
a) Miksi
b) Auskutasi : Dengarkan bunyi bising usus dan catat freikuensinya dalam 1 merit
c) Palpasi : Raba ketegangan kulit panut, adanya.kemungkinan pembesaran hepar,
adanya massa atau cairan.
d.) Perkusi Dengarkan bunyi yang dihasilkan dari ketukan di rongga abdomen
bandingkan dengan rumyi normal.
7) Gentourtnana Amati keactaan genetala, kebersihan dan pemasangan kateter
serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
8) Ekstreinitas Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan lukua), oedema,
dan. pengisian kapiler, sunu bagian airal serta temuan lain saat pemeriksaan.
9) Se Sistem integumen Amati wama kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turger
kulit, adanya luka serta temuan lain saat pemeriksaan.
10) Sistem neurologi (diperksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit yang
berhubungan dengan sistem neurologis) Glascow Come score
b.) Tingkat kesadaran
c.) Refliess fisiologis
d.) Refliek patologs
e.) Nervus cranial I-XII
H. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
3.
I. Intervensi
Dafar Pustaka
Brunner & Suddarth (2002) Buku aar keperawatan medika bedah Edsl 8, Jakarta:
EGC
Elizabeth J. Consin. (2000). Buku Saku Patotsiologi Corwin: Jakarta: Aditya
Media Price. Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine M. C. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis
Rasjed Chairuddin, 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga, Jakarta:
PT.Yarsif Watampone (Anggota IKAPI).