Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI IPPD

1. FRAKTUR
 Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. ( Price & Wilson, 2006 )

 Etiologi
 Fraktur akibat trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuniran
atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai tulang, besar
kemungkinan dapat menyebabkan fraktur padda tempat yang terkena dan jaringan
lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak.
 Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan
benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini sering ditemukan paa tibia-
fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan
baris-berbaris dalam jarak jauh.
 Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang
tersebut lunak ( misalnya oleh tumor ) atau tulang-ulang tersebut sangat rapuh.

 Tanda gejala
 Tidak dapat menggunakan anggota gerak
 Nyeri pembengkakan
 Terdapat trauma ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau jatuh dari
kamar mandi pada lansia, penganiyaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja,
trauma olahraga.
 Deformitas
 Kelainan gerak
Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain

 Pemeriksaan
 X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur
 Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan proses penyakit


b.

2. OSTEOPOROSIS
 Definisi
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.(
 Etiologi
 Determinan Massa Tulang
 Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara
lain :
 a. Faktor genetic
 Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
 b. Faktor mekanik
 Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung
dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan
massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
 c. Faktor makanan dan hormon
 Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetic yang bersangkutan

 2. Determinan pengurangan massa tulang
 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut
yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada
factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
 a. Faktor genetic
 Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari
seseorang denfan tulang yang besar.
 b. Factor mekanis
 Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
 c. Faktor lain
 1.) Kalsium
 Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah
dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang
negatif begitu sebaliknya.

 2.) Protein
 Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan keseimbangan
kalsium yang negatif
 3.) Estrogen
 Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
 4.) Rokok dan kopi
 Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,
akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun
tinja.
 5.) Alkohol
 Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
pasti belum diketahui.
 Tanda gejala

Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata


2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena
pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

 Pemeriksaan

 Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan ketebalan


tulang.
 CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai tingkat
massa tuang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.

 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada
pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak
meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan
klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa
lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak
cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.
3. HIPERTENSI
 Definisi
 Etiologi
 Tanda gejala
 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

4. ANGINA PECTORIS
 Definisi
 Etiologi
 Tanda gejala
 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

5. GASTRITIS
 Definisi
 GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
imflamasi atau peradangan pada mukosa lambung.
 Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath, 2000 : 1405)

 Etiologi
Penyebab umum gastritis adalah Helicobacter pylori, stres, dan beberapa jenis obat.

Penyebab lain yang bisa menyebabkan gastritis adalah:

 Minuman beralkohol
 Penggunaan kokain
 Paparan radiasi, atau menjalani terapi radiasi
 Refluks cairan empedu dari intestinal kembali kedalam lambung
 Respon autoimun: bersifat kronik dan secara tipikal tidak erosif
 Alergi makanan, misalnya susu sapi, atau produk soya, terjadi biasanya pada anak-anak
 Infeksi virus (cytomegalovirus), parasit (anisakidosis), jamur (candidiasis,
histoplasmosis), dan bakteri lain, khususnya pada orang dengan sistem imun yang

 Tanda gejala
  Nyeri yang terasa panas dan perih di perut bagian uluhati.
  Perut kembung.
  Cegukan.
  Mual.
  Muntah.
  Hilang nafsu makan.
  Cepat merasa kenyang saat makan.
  Buang air besar dengan tinja berwarna hitam.
 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

6. HEMORROID
 Definisi
 Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan (R.Sjamsuhidayat, 2004:672).
 Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung
pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar (Grace, 2007:114).
 Klasifikasi

a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk
kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.

b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
 Etiologi
 Keturunan
 Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat), konstipasi
 Perubahan hemodinamik (misalnya selama kehamilan)

 Tanda gejala
a. Perdarahan saat BAB umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma
oleh feses yang keras.
b. Benjolan pada anus
c. Nyeri hebat hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.

 Pemeriksaan
 Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

 Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada
fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lubang.

 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflex spasme otot sekunder akibat operasi
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tempat masuknya kuman sekunder akibat operasi.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anestesi regional
d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan faktor resiko hemoroid dan luka operasi
e. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi,
takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
f. Resiko konstipasi berhubungan dengan efek anestesi regional
g. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat efek anestesi
h. Resiko retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor akibat efek anestesi

7. ASMA
8. ISPA
9. STROKE HAEMORRAGIC
 Definisi
Stroke haemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak.
 Etiologi
a. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
 Tanda gejala

a. Sakit kepala hebat tiba-tiba.


b. Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya.
c. Kelemahan di lengan atau kaki.
d. Mual atau muntah.
e. Penurunan kasadaran.
f. Gangguan penglihatan.
g. Kesemutan atau mati rasa.
h. Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan.

 Pemeriksaan
Menurut Batticaca (2008), Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat
dilakukan adalah :
1. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas
darah, biokimia darah, elektolit.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk
memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah sistem
arteri karotis ).
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik ).
6. EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit
serebral ; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat peningkatan tekanan intracranial.
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau
oral.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
f. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf
sensori.
g. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
h. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
i. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan penurunan
sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

10. MENINGITIS
 Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
 Etiologi
a. Etiologi meningitis sebagian besar adalah agen infeksius, yaitu bakteri, virus, fungi, atau
parasit.
b. Bakteri yang dapat menyebabkan meningitis di antaranya adalah S.pneumoniae,
P.aeruginosa, N.meningitidis, dan H.influenzae.
c. Virus yang dapat menyebabkan meningitis misalnya enterovirus, paromyxovirus, West
Nile virus, dan Human Herpes Virus. HIV juga dapat menyebabkan aseptik meningitis.
d. Fungi yang dapat menyebabkan meningitis adalah Cryptococcus neoformans,
Coccidioides immitis, dan Blastomyces dermatitidis.
e. Parasit yang dapat menyebabkan meningitis adalah Acanthamoeba spp, Strongyloides
stercoralis, dan Taenia solium.
 Faktor Risiko
a. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko meningitis, yaitu usia,
farktor lingkungan, komorbiditas, dan status imun pasien.
b.
 Usia
Bayi memiliki risiko yang paling tinggi mengalami meningitis karena sistem imun yang
masih imatur.

 Faktor lingkungan
Penyakit infeksius lebih cepat menyebar pada lingkungan yang padat penduduk dan yang
tidak terjaga kebersihannya. Lingkungan yang rentan adalah lingkungan kampus, asrama,
dan lingkungan padat penduduk yang kumuh.

 Kondisi medis tertentu


Adanya pengguna kortikosteroid jangka panjang, prosedur operasi tertentu, pasien
kemoterapi memiliki risiko tinggi mengalami meningitis.

 Status imun pasien


Pasien dengan positif HIV dan kanker memiliki risiko meningitis yang lebih
tinggi karena status imun yang melemah.

 Tanda gejala
a. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
b. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
c. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
d. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
 Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.

 Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

 Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul.
Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan
yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
e. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
f. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
g. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
h. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

11. INFEKSI SALURAN KEMIH


 Definisi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi
pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering menderita infeksi ini daripada pria. (Nurharis Huda ; 2009).
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)

 Etiologi

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kencing :

a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated


b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –lain .

 Tanda gejala
a. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
b. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna putih,
coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
c. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh, dapat memicu
terjadinya kanker pada kandung kemih.
g. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia

 Pemeriksaan
Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin kosong dan
batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal rata-rata 10-12
ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk menentukan
adanya divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang dipakai untuk
meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam vesika.
Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.

 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lainnya.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun strikur urinari lainnya.
c. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan, tingginya tekanan urethra yang disebaabkan
oleh kelamahan destrusor, inhibisi arkus refleks, sfingter yang kuat )
d. Hipertermi
e. Intoleransi aktivitas

12. GLOMEROLUS NEFRITIS


13. DIABETES MELLITUS
 Definisi
 Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
 Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

 Etiologi

 Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

 Tanda gejala
 Gejala khas
• Banyak kencing (poliuria)
• Banyak makan (poliphagia)
• Banyak minum (polidipsia)
 Gejala lain
• Lemah, karena sel tidak bekerja dengan baik
• Kulit mengering
• Penderita menjadi kurus, karena banyak gula yang terbuang

 Pemeriksaan
Gambaran Laboratorium
• Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.
• Gula darah puasa (tidak ada masukan makanan/kalori sejak 10 jam terakhir) > 126
mg/dl
• Glukosa plasma 2 jam > 180 mg/dl

 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
b. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
d. Resiko terjadi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
e. Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

14. GONOREA
 Definisi
 Etiologi
 Tanda gejala
 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

15. CA SERVIKS
 Definisi
 Etiologi
 Tanda gejala
 Pemeriksaan
 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Anda mungkin juga menyukai