By :
Arnindya Kanti P. G2B 009 001
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE
DIPONEGORO UNIVERSITY
OCTOBER, 2010
1st CHAPTER
INTRODUCTION
A. Background
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Kanker
paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun
terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer
Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000
meningggal. Prevalensi kanker paru di Negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru
menduduki urutanke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena system pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah
sakit merasakan benar peningkatannya. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65
tahun.
Kanker paru memiliki banyak factor resiko sehingga dapat dihindari ataupun
dideteksi sejakdini. Berbagai cara dalam mencegah dan mengobati telah dilakukan untuk
penderita kanker paru. Pemerintah memiliki peran penting dalam menanggulangi kanker paru.
Kasus kanker bronkus dan paru di Indonesia tahun 2007 dengan jumlah sebanyak 2.847 kasus
(5,8 persen) sedangkan di Kota Semarang berdasarkan laporan program yang berasal dari
Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penyakit kanker paru 1.294 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Semarang, 2008). Paper ini menjelaskan lebih dalam mengenai kanker paru, khususnya insiden
di kota Semarang berdasarkan hasil wawancara dengan Ns. Harmoko, S.Kep. (Dinas Kesehatan
Kota Semarang) .
B. Purpose
Paper ini disusun agar mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan definisi kanker paru
2. Mengidentifikasi penyebab kanker paru
3. Menjelaskan tanda dan gejala kanker paru
4. Merumuskan factor risiko kanker paru
5. Mendeskripsikan pathways kanker paru
6. Menyebutkan berbagai cara menangani kanker paru
7. Menjelaskan peran tenaga kesehatan dan yayasan kanker dalam mencegah dan menangani
kanker paru di Indonesia
8. Mengetahui standar regulasi kanker paru skala Internasional, Nasional, maupun lokal di kota
Semarang.
2nd CHAPTER
LITERATURE REVIEW
A. Definisi
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Kanker paru
sering kali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura) sehingga penderita
mengalami sesak napas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak napas yang
hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.
Masuk tubuh
C. PATOLOGI
SCLC (small cell lung cancer): dominasi sel-sel kecil yang hampir semua diisi oleh mucus
dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat cell
carcinoma” karena bentuknya mirip dengan biji gandum, sel ini cenderung berkumpul
sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak
sekali ditemukan bagitu jud=ga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna
gelap sekitar pembuluh darah.
NSCLC (Non Small Cell Carcinoma): karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik.
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan “bridge”
intraselular, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke
karsinoma insitu.
Adenokarsinoma: khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kea rah
pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas
kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen)
karsinoma ini bias dibedakan dari mesolioma.
Karsinoma Bronkoalveolar: merupakan subtype dari adenokarsinoma, dia mengikuti/meliputi
permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusk jaringan paru.
Karsinoma sel besar: ini suatu subtype yang gambaran histologinya dibuat secara eksklusian
dan termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular, sel
bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel netrofil.
3. Aromatic Amines:
a. 2-Naphtylamine (p-naphthylanzine);
b. benzidine;
c. dimethylarninoazobenzene.
F. PENYEMBUHAN KANKER
I. Pengobatan Kanker Secara Medis
Meliputi antara lain: kemoterapi, radiasi, pembedahan, terapi antibodi monoclonal,
terapi hormon dll. Tujuan utamanya adalah untuk memberantas, membunuh atau mengubah
sel-sel Kanker.
a. Pengobatan Kanker dengan Kemoterapi
Kemoterapi memiliki prinsip kerja yaitu meracuni atau membunuh sel - sel Kanker,
mengontrol pertumbuhan sel Kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak
menyebar atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh Kanker. Kemoterapi
bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat,
karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel Kanker yang mungkin sudah menjalar dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda
tergantung jenis Kanker-nya.
Efek samping kemoterapi adalah terjadi penurunan jumlah sel-sel darah, infeksi, anemia,
pendarahan seperti mimisan, rambut rontok, gatal dan kering pada kulit, mual dan muntah,
dehidrasi, tekanan darah rendah, sembelit, diare, gangguan sistem syaraf.
Stadium IIIb Kanker telah menyebar keluar paru-paru dan tidak bisa
diambil dengan operasi bedah
Pasal 2 ayat (1) UU No 19 tahun 2007 tentang cukai ang menyatakan “Bahwa rokok merupakan
salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi individu dan masyarakat,
oleh karena itu diperlukan upaya pengamanan”.
•SK (Surat Keputusan) Gubernur No.16 Tahun 2004 tentang Pengendalian Rokok
di Tempat Kerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
•PP no 19 tahun 2003:
- Berisi tentang pengamanan rokok, produksi rokok, iklan & label rokok, tempat umum,
kawasan tanpa rokok.
- Dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan bahaya akibat merokok dan juga
implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan, dengan tujuan :
a. melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok;
b. membudayakan hidup sehat;
c. menekan perokok pemula;
d. melindungi kesehatan perokok pasif.
•pasal 2 ayat 1 UU no. 19 tahun 2007:
- Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 2006, tecatat 9230 iklan di media
elektronik, sebanyak 68% tidak memenuhi ketentuan, dan hanya 32%
yang memenuhi ketentuan. Selain itu, ada 7.000 artikel ilmiah yang membuktikan ketidak
puasaan karena rokok mendapatkan perlakuan sebagaimana layaknya barang konsumsi
biasa.
- Pemerintah telah mengajukan kejahatan kandungan rokok yang tertuang dalam pasal 2
ayat (1) UU No 19 tahun 2007 tentang cukai yang menyatakan jika barang-barang
yang dapat menimbulkan dampak negatif dikenai cukai.
•SK Gubernur No. 16 Tahun 2004:
- Salah satu kisah sukses Penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah di Provinsi DKI
Jakarta. Diawali dengan pertemua-pertemuan lintas program yang membahas tentang
KTR di tingkat provinsi, akhirnya disepakati akan melakukan advokasi kepada Gubernur
DKI bersama- sama dengan LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok).
- Dengan upaya yang gigih dan penuh kesabaran, akhirnya Gubernur merespon KTR
dengan mengeluarkan SK (Surat Keputusan) gubernur.
- No.16 Tahun 2004 tentang Pengendalian Rokok di Tempat Kerja di Lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya SK tersebut disosialisasikan di seluruh
jajaran pemerintah daerah sampai kecamatan dan kelurahan bahwa di Lingkungan Kerja
di DKI harus ada KTR
Penujang dari SK gubernur No 16 tahun 2004 adalah denganPeraturan Daerah DKI No.75
tahun 2005.
• Peraturan daerah ini mengatur mengenai kawasan dilarang merokok di tempat umum,
tempat kerja, angkutan umum, tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat
proses belajar mengajar dan tempat pelayanan umum.
QUESTION
1. Semarang sebagai kota industri yang terdapat banyak pabrik memiliki peluang besar
terhadap kejadian kanker paru. Adakah laporan mengenai tenaga kerja pabrik yang
terkena kanker paru? Pabrik apa saja?
= Ada, khususnya tenaga kerja yang telah lama terpapar polusi pabrik/perusahaan.
Terbanyak pada pabrik pengolah kayu, industri meubel, cat, tekstil, besi, dan baja.
4. Apakah letak georafis semarang ikut andil dalam kejadian kanker paru ?semarang
bawah- atas atau semarang pesisir-kota ?
= Belum ada penelitian terhadap letak geografis dengan pasien kanker paru di
Semarang karena pasien masih tersebar di berbagai lokasi.
8. Factor apa saja yang memepengaruhi tingkat kepahaman pasien tentang kanker paru ?
= Yang paling berpengaruh adalah faktor pendidikan, ekonomi dan sosial. sebagai
contoh, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, dia akan lebih memahami
tentang kanker paru, apa penyebabnya dan bagaimana pemberantasannya. Demikian
juga dengan faktor sosial dan ekonomi, semakin tinggi pendapatan seseorang tentu
akan sangat berpengaruh pada gaya hidupnya, baik gaya hidup yang sehat maupun
gaya hidup yang kurang sehat. hal tersebut juga bergantung pada lingkungan
pergaulannya.
9. Kebijakan apa yang diberlakukan Rumah Sakit bagi pasien Kanker Paru?
= Rumah sakit negeri dan beberapa rumah sakit swasta di Semarang sudah menerima
Jamkesmas, sehingga pasien kanker paru khususnya pasien yang kurang mampu
membiayai pengobatannya dapat menerima keringanan biaya. Bahkan di Rumah Sakit
Umum Pusat Kariadi, Rumah sakit Elizabeth sudah cukup lama menerima layanan
Jamkesmas, sementara Rumah Sakit Telogorejo maish sekitar 2 bulan ini, menerima
pasien dengan Jamkesmas.
10. Apakah ada kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan sektor lain
dalam hal penanganan pasien Kanker Paru ?
= Ada. DKK mengadakan kerja sama dengan BAPPEDAL dalam hal kesehatan
lingkungan dan sanitasi untuk menangani pabrik di Kota Semarang. selain itu DKK
juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Darat dalam menanganan polusi udara.
11. Bagaimana mengenai penyuluhan kanker paru di semarang? Tenaga kesehatan apa
saja yang berperan dalam penyuluhan tersebut?
= Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan penyuluhan untuk pencegahan kanker
paru di pabrik-pabrik dan di masyarakat. pada pelaksanaannya di pabrik, Dinas
Kesehatan Kota Semarang mendelegasikan tenaga kesehtan dari Puskesmas untuk
mendirikan pos UKK(Unit Kesehatan Kerja). pos tersebut bertugas untuk melakukan
pembinaan, menyediakan alat pelindung diri untuk tenaga kerja pabrik, dan
membangun poliklinik yang akan meninjau dan melakukan pengawasan pada
kesehatan pekerja pabrik dalam jangka waktu 6 bulan sekali.
Sedangkan untuk di masyarakat, DKK Semarang melakukan penyuluhan dikhususkan
di masyarakat sekitar daerah industri, dengan cara membentuk FKK (Forum
Kesehatan Kelurahan). Saat ini FKK di kota Semarang berjumlah 177, yang tersebar
di seluruh kelurahan di Kota Semarang. Tenaga kerja yang berperan untuk memberi
pengarahan dan penyuluhan tersebut adalah perawat dan bidan.
12. Adakah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kanker paru? Apa saja
peranannya?
= Ada, yayasan tersebut diantaranya adalah Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. Yayasan tersebut merupakan
Lembaga Swadaya Masyarakat dan biasanya mendapatkan dukungan dari World
Health Organization (WHO). Peran yayasan itu adalah memberikan penyuluhan dan
seminar pencegahan kanker paru, memberikan bantuan bahkan penampungan pasien
kanker yang kurang mampu.
DISCUSSION
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ns. Harmoko, S.Kep, kami mendapatkan beberapa
persamaan dan perbedaan antara teori dengan implementasi di kota Semarang.
3. Kebijakan pemerintah
Sebenarnya dalam kebijakan pemerintah nasional, ada pembatasan bagi perokok , membatasi
peredaran rokok, menaikan cukai hingga menutup pabrik rokok. Namun, pada kenyataannya
pemerintah Semarang belum menerapkan kebijakan tersebut. Dinas Kesehatan hanya
memberi perhatian dan tidakan tegas kepada pedagang makanan dan minuman berbahan
kimia.
4.
5th CHAPTER
A. Conclusion
Kanker paru merupakan penyakit idiopatik karena sebagian besar disebabkan oleh faktor-
faktor yang tidak diketahui dengan pasti. Penyebab yang tidak diketahui pasti tersebut karena
merupakan hasil gaya hidup tidak sehat ketika sepuluh hingga dua puluh tahun sebelum
positif kanker paru. Pasien kanker paru di Semarang mayoritas karena faktor asap rokok,
polusi pabrik, bahan karsinogenik, genetik, dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan berbagai upaya dalam mencegah dan
menangani kanker paru. Namun, pemerintah kota Semarang belum memberikan perhatian
khusus bagi masalah kanker paru.
B. Recommendation
Pemerintah Kota Semarang sebaiknya memberikan perhatian kepada pasien kanker paru.
Meskipun jumlah penderita kanker paru tidak terbilang banyak tetapi penanganan sejak dini
lebih baik sebelum terjadi peningkatan jumlah yang signifikan di masa yang akan datang.
Tenaga kesehatan juga memiliki peran yang besar dalam mencegah dan menangani kanker
paru. Tenaga kesehatan berkolaborasi dalam mengembangkan inovasi teknologi pengobatan
kanker paru. Selain itu, kebijakan umum pemerintah Semarang dalam pembatasan peredaran
dan penggunaan rokok sebaiknya lebih ditegaskan.
REFERENCES
Alwi, Idrus. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan.
Brunner, Lillian Sholtis and Doris Smith Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 1. Terj. Agung Waluyo, dkk. Jakarta : EGC.
http://sukadukakehidupan.wordpress.com/2009/03/15/kanker-dan-keladi-tikus-typhonium-
flagelliforme-rodent-tuber/ )
Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Terj. Jane Freyana Budi. Jakarta : EGC.
(http://sukadukakehidupan.wordpress.com/2009/03/15/kanker-dan-keladi-tikus-typhonium-
flagelliforme-rodent-tuber/ )