Anda di halaman 1dari 27

REPORT

NON TRANSMITTED DISEASE (OXYGENATION DISORDER)


“LUNG CANCER”

Compiled to Fulfill Adult Nursing Task


Oxygenation Module

By :
Arnindya Kanti P. G2B 009 001

SithaRamadhani A. G2B 009 031

Dwi Nur R.P.S. G2B 009 036

Eva Dwi Mayrani G2B 009 063

SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE

DIPONEGORO UNIVERSITY

OCTOBER, 2010

1st CHAPTER
INTRODUCTION
A. Background
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Kanker
paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun
terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer
Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000
meningggal. Prevalensi kanker paru di Negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru
menduduki urutanke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena system pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah
sakit merasakan benar peningkatannya. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65
tahun.

Kanker paru memiliki banyak factor resiko sehingga dapat dihindari ataupun
dideteksi sejakdini. Berbagai cara dalam mencegah dan mengobati telah dilakukan untuk
penderita kanker paru. Pemerintah memiliki peran penting dalam menanggulangi kanker paru.
Kasus kanker bronkus dan paru di Indonesia tahun 2007 dengan jumlah sebanyak 2.847 kasus
(5,8 persen) sedangkan di Kota Semarang berdasarkan laporan program yang berasal dari
Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penyakit kanker paru 1.294 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Semarang, 2008). Paper ini menjelaskan lebih dalam mengenai kanker paru, khususnya insiden
di kota Semarang berdasarkan hasil wawancara dengan Ns. Harmoko, S.Kep. (Dinas Kesehatan
Kota Semarang) .

B. Purpose
Paper ini disusun agar mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan definisi kanker paru
2. Mengidentifikasi penyebab kanker paru
3. Menjelaskan tanda dan gejala kanker paru
4. Merumuskan factor risiko kanker paru
5. Mendeskripsikan pathways kanker paru
6. Menyebutkan berbagai cara menangani kanker paru
7. Menjelaskan peran tenaga kesehatan dan yayasan kanker dalam mencegah dan menangani
kanker paru di Indonesia
8. Mengetahui standar regulasi kanker paru skala Internasional, Nasional, maupun lokal di kota
Semarang.
2nd CHAPTER
LITERATURE REVIEW

A. Definisi
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Kanker paru
sering kali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura) sehingga penderita
mengalami sesak napas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak napas yang
hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.

B. PAHTWAY OF LUNG CANCER


Karsinogen lingkungan

Masuk tubuh

Cedera pada membrane sel

Pembelahan sel abnormal pada paru

primer Kanker paru sekunder

alveoli KPKSK(SCLC) KPKBSK (NSCLC) kerongkongan,


pembuluh darah,
sesak nafas, kadar O2 darah turun otak, jantung, hati

dahak darah, irama


jantung abnormal

C. PATOLOGI
 SCLC (small cell lung cancer): dominasi sel-sel kecil yang hampir semua diisi oleh mucus
dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat cell
carcinoma” karena bentuknya mirip dengan biji gandum, sel ini cenderung berkumpul
sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak
sekali ditemukan bagitu jud=ga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna
gelap sekitar pembuluh darah.
 NSCLC (Non Small Cell Carcinoma): karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik.
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan “bridge”
intraselular, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke
karsinoma insitu.
 Adenokarsinoma: khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kea rah
pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas
kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen)
karsinoma ini bias dibedakan dari mesolioma.
 Karsinoma Bronkoalveolar: merupakan subtype dari adenokarsinoma, dia mengikuti/meliputi
permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusk jaringan paru.
 Karsinoma sel besar: ini suatu subtype yang gambaran histologinya dibuat secara eksklusian
dan termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular, sel
bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel netrofil.

D. SIGNS AND SYMPTOMS


Pada fase awal tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala
berate pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat:
 Lokal (tumor tumbuh setempat):
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi karena ada obstruksi jalan nafas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- atelektasis
 Invasi local:
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium-terjadi tamponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom horner
- Suara sesak, kerena penekanan pada nervus pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
 Gejala penyakit metastasis:
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraclavikula
 Sindrom paraneoplastik:
- Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologic: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer.
- Neuromiopati
- Endokrin: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologic: eriterma multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
 Asimtomatik dengan kelainan radiologis:
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK yang terdeteksi secara radiologis
- Kelainan berupa nodul soliter.

E. PENYEBAB KANKER PARU-PARU


Merokok
Penyebab utama kanker paru adalah rokok. Dalam sebatang rokok mengandung zat iritan
dan juga zat karsinogen yang secara langsung dapat mengubah karakteristik sel menjadi ganas
dan menimbulkan kanker paru-paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus
kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap,
semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan
perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok
yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok).
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita)
yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,
radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga
merokok.
Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada
orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti
tuberkulosis dan fibrosis.
Sel kanker mudah menyebar ke tempat lain, karena dalam paru-paru banyak mengandung
pembuluh darah dan pembuluh limfe (getah bening). Selain rokok, faktor genetik dan keturunan
serta polusi udara juga berisiko menyebabkan kanker paru.
Terpapar gas radon, yaitu gas yang merupakan hasil pemecahan uranium di tanah, batu
dan air
Terkena/terpapar asbestas, arsenik, khromium, nikel dan tar.
Kasus di semarang :
Kanker Paru 1.294 kasus (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2008).
Lama penyembuhan :
Ernst mengungkapkan, masa orang terkena kanker paru-paru ini adalah sangat lama yaitu
sekitar 10-15 tahun. Jika sejak berusia 15 tahun orang sudah merokok, kemungkinan pada usia
sekitar 35 atau 40 tahun orang itu menderita kanker paru-paru.
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya
telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogenik. Dua karsinogenik-karsinogenik utama
didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic
aromatic hydrocarbons.
Merokok Pasif
Individu yang secara involunter terpajan pada asap tembakau dalam lingkungan yang
dekat (mobil, gedung) berisiko terhadap terjadinya kanker paru. Serat-serat asbes (asbestos fibers)
adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan
paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang
pada banyak negara-negara. Kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura atau
dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes.
Pemajanan okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenik, asbestos, gas mustrad,
krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi dikaitkan dengan terjadinya kanker
paru.
Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan
produk uranium alami. Ia pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe
radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal dengan
suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas sehingga
radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Radon gas dapat bergerak melalui
tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-
saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Kadar radon yang tinggi (lebih dari 4 pikocuri/L)
telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun
ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana. Aturlah ventilasi dengan baik jika
kadar radon di rumah terbilang tinggi.
Defisiensi vitamin A
Riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan
terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitan dengan pengaturan
defisiensi sel.
Kecenderungan Keluarga
Kecenderungan lain selain pola hidup seperti kepekaan genetik individu, mungkin
memainkan suatu peran dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan
bahwa kanker paru kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang
tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-
akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6
yang kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat
mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.
Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam kali
risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek
dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
Polusi Udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan
bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Polusi udara dari kendaraan-kendaraan,
industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan
mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-
kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya
bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa
suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru.
Karsinogen
Carcinogene adalah bahan yang dapat memicu terjadinya kanker atau keganasan. Karsinogen
dapat memengaruhi DNA atau suatu protein yang berperan pada pengaturan siklus pembelahan
sel, seperti protooncogene atau tumor supressorgene. Pada umumnya karsinogen dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu bahan kimia, radiasi, dan virus.
Bahan Kimia
Tahun 1908 kanker paru mulai dipelajari karena saat itu dilaporkan bahwa angka kejadian
kanker sangat tinggi pada pekerja industri kimia, tetapi pada saat itu belum diketahui dengan jelas
hubungan antara chemical-mutagenesis dan carcinogenesis. Terjadinya penyakit keganasan
dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu initiation phase dan promotion phase. Hal ini dapat
dijelaskan apabila bahan yang bersifat karsinogenik masuk ke dalam tubuh, maka di dalam tubuh
bahan ini langsung mengalami proses detoksifikasi untuk kemudian diekskresi. Selain itu, bahan
karsinogenik tersebut terlebih dahulu dimetabolisme dalam tubuh. Kemudian, hasil
metabolismenya didetoksifikasi dan berikutnya diekskresi. Apabila proses ini ini tidak dapat
dilakukan oleh tubuh, maka hasil metabolit dari bahan karsinogenik ini akan mengadakan ikatan
dengan rantai DNA, sehingga DNA menjadi cacat (defect).
Sebagai akibat dari adanya kecacatan DNA, tubuh berusaha untuk melakukan perbaikan
DNA yang dikenal dengan DNA repair. Bila perbaikan DNA ini tidak berhasil, sel yang
bersangkutan (sel yang memiliki DNA abnormal) tersebut akan dieksekusi atau dimusnahkan.
Apabila proses eksekusi ini tidak mampu dilakukan oleh tubuh, maka sel tersebut memiliki DNA
cacat yang bersifat permanen. Kondisi ini dikenal dengan initiation phase. Selanjutnya, sel yang
memiliki DNA cacat tersebut akan mengalami proliferasi dan diferensiasi, serta berkembang
menjadi malignant (ganas). Kondisi ini dikenal dengan promotion phase.
Beberapa contoh dari bahan kimia yang kerjanya langsung memicu terjadinya kanker
(Direct-Acting Carcinogenesis) adalah sebagai berikut.
1. Alkylating Agents:
a. dimethyl sulfate;
b. B-Propiolactotte;
c. ethylmethane sulfonate (EMS).

2. Polycyclic dan Heterocyclic Aromatic Hydrocarbons:


a. benz(a)anthracene;
b. benzo(a)pyrene;
c. dibenz(a,h)anthracerie.

3. Aromatic Amines:
a. 2-Naphtylamine (p-naphthylanzine);
b. benzidine;
c. dimethylarninoazobenzene.

Ras dan Sosioekonomi


Mortalitas kanker paru lebih tinggi pada orang bukan kulit putih yang mungkin
berhubungan dengan peningkatan kebiasaan merokok dan menggunakan rokok tanpa filter oleh
kulit hitam.
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala-
gejala penyakit belum nampak.
Letak Geografis
Kelompok geografis kanker paru pada pria dilaporkan sepanjang teluk Meksiko dan daerah
pantai .

F. PENYEMBUHAN KANKER
I. Pengobatan Kanker Secara Medis
Meliputi antara lain: kemoterapi, radiasi, pembedahan, terapi antibodi monoclonal,
terapi hormon dll. Tujuan utamanya adalah untuk memberantas, membunuh atau mengubah
sel-sel Kanker.
a. Pengobatan Kanker dengan Kemoterapi
Kemoterapi memiliki prinsip kerja yaitu meracuni atau membunuh sel - sel Kanker,
mengontrol pertumbuhan sel Kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak
menyebar atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh Kanker. Kemoterapi
bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat,
karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel Kanker yang mungkin sudah menjalar dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda
tergantung jenis Kanker-nya.

Efek samping kemoterapi adalah terjadi penurunan jumlah sel-sel darah, infeksi, anemia,
pendarahan seperti mimisan, rambut rontok, gatal dan kering pada kulit, mual dan muntah,
dehidrasi, tekanan darah rendah, sembelit, diare, gangguan sistem syaraf.

b. Pengobatan Kanker dengan Radiasi (Penyinaran)


Pengobatan Kanker dengan Radiasi biasanya dilakukan sebelum atau sesudah operasi
untuk mengecilkan tumor. Radiasi dilakukan dalam usaha menghancurkan jaringan-jaringan
yang sudah terkena Kanker.
Efek samping Radiasi adalah mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih,
infeksi/peradangan, reaksi pada kulit seperti terbakar sinar matahari, rasa lelah, sakit pada
mulut dan tenggorokan, diare dan dapat menyebabkan kebotakan.

c. Pengobatan Kanker Melalui Pembedahan


Pembedahan merupakan bentuk pengobatan Kanker yang paling tua. Beberapa Kanker
sering dapat disembuhkan hanya dengan pembedahan jika dilakukan pada stadium dini.
Untuk beberapa kasus, pengobatan Kanker terbaik merupakan kombinasi dari
pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Pembedahan atau radiasi mengobati Kanker yang
daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi bertujuan membunuh sel-sel Kanker yang berada
diluar jangkauan pembedahan maupun radiasi. Terkadang radiasi atau kemoterapi dilakukan
sebelum pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor atau setelah pembedahan untuk
menghancurkan sisa-sisa sel Kanker yang mungkin tersisa.

II. Pengobatan Alternatif Kanker


Pengobatan alternatif kanker meliputi pengobatan dengan herbal anti Kanker,
akupunktur, akupresur, homeopati, aromaterapi, dll. Pengobatan Kanker dengan ramuan herbal
adalah suatu pengobatan dengan menggunakan berbagai macam ekstrak dari tumbuh-tumbuhan
a. ekstrak dari Sarang Semut
terbukti ampuh untuk membantu dalam pengobatan melawan Kanker dengan cara
melakukan detoxifikasi jaringan darah dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh untuk
bersama-sama memberantas sel Kanker.
Karena Kanker sendiri merupakan kelompok penyakit, maka dapat dikatakan bahwa
tidak ada satu solusi pengobatan untuk semua. Yang disarankan adalah menggunakan
kombinasi pengobatan-Kanker yang disesuaikan dengan kondisi pasien (psikis, psikologis &
keuangan), jenis Kanker, lokasi maupun stadium yang dialami.
Kesuksesan pengobatan-Kanker amat bergantung kepada kesabaran, konsistensi &
semangat hidup pasien. Yang tidak kalah penting adalah keyakinan bahwa Kanker bukanlah
akhir dari segalanya.

Saran untuk memerangi Kanker:


 Berikan komitmen total untuk memerangi penyakit Kanker
 Cari petunjuk/saran dari medical practitioner yang dapat di percaya.
 Konsumsi herbal antikanker, seperti: Sarang Semut, Buah Merah
 Keladitikus, dan Mengkudu.
 Pola makan yang benar.
 Hidup bebas stress.

b. “keladi tikus” (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber)


Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan
ditemukannya tanaman “keladi tikus” (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber) sebagai tanaman
obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit
berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 sentimeter ini hanya
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. “Tanaman ini sangat banyak
ditemukan di Pulau Jawa,” kata Drs Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu
di Indonesia. Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H. Teo, Dip
Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri
Cancer Care Penang, Malaysia.
G. Lung cancer di international
Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara lebih
canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang
dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. “Dosis yang
diperlukan tergantung penyakit yang diderita,” kata Boni. Untuk mendapatkan obat tersebut,
penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan
dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. “Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus obatnya, dengan harga
langsung dari Malaysia, sekitar 40-60 Ringgit Malaysia,”
“Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu
pembayaran.”. Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah satu
dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker ginjal.

H. STADIUM KANKER PARU

Stadium Manifestasi Klinis

Stadium I Pertumbuhan kanker paru masih terbatas pada paru-


paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru

Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening

Stadium IIIa Kanker telah menyebar keluar paru-paru tetapi


masih bisa diambil dengan operasi bedah

Stadium IIIb Kanker telah menyebar keluar paru-paru dan tidak bisa
diambil dengan operasi bedah

Stadium IV Kanker telah menyebar ke organ/jaringan tubuh yang


lain (metastasis)
I. KEBIJAKAN PEMERINTAH
•Kebijakan pemerintah yang berani dalam rangka meningkatkan kualitas hidup bangsa sangat
meningkatkan kualitas hidup bangsa sangat diperlukan agar bangsa Indonesia memiliki
ketahanan fisik dan psikis yang baik dan siap bersaing dalam tataran Internasional. Kebijakan
adalah membatasi seseorang untuk merokok, membatasi peredaran rokok, menaikan cukai
hingga menutup pabrik rokok.
•PP No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.

 Pasal 2 ayat (1) UU No 19 tahun 2007 tentang cukai ang menyatakan “Bahwa rokok merupakan
salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi individu dan masyarakat,
oleh karena itu diperlukan upaya pengamanan”.
•SK (Surat Keputusan) Gubernur No.16 Tahun 2004 tentang Pengendalian Rokok
di Tempat Kerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
•PP no 19 tahun 2003:
- Berisi tentang pengamanan rokok, produksi rokok, iklan & label rokok, tempat umum,
kawasan tanpa rokok.
- Dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan bahaya akibat merokok dan juga
implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan, dengan tujuan :
a. melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok;
b. membudayakan hidup sehat;
c. menekan perokok pemula;
d. melindungi kesehatan perokok pasif.
•pasal 2 ayat 1 UU no. 19 tahun 2007:
- Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 2006, tecatat 9230 iklan di media
elektronik, sebanyak 68% tidak memenuhi ketentuan, dan hanya 32%
yang memenuhi ketentuan. Selain itu, ada 7.000 artikel ilmiah yang membuktikan ketidak
puasaan karena rokok mendapatkan perlakuan sebagaimana layaknya barang konsumsi
biasa.
- Pemerintah telah mengajukan kejahatan kandungan rokok yang tertuang dalam pasal 2
ayat (1) UU No 19 tahun 2007 tentang cukai yang menyatakan jika barang-barang
yang dapat menimbulkan dampak negatif dikenai cukai.
•SK Gubernur No. 16 Tahun 2004:
- Salah satu kisah sukses Penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah di Provinsi DKI
Jakarta. Diawali dengan pertemua-pertemuan lintas program yang membahas tentang
KTR di tingkat provinsi, akhirnya disepakati akan melakukan advokasi kepada Gubernur
DKI bersama- sama dengan LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok).
- Dengan upaya yang gigih dan penuh kesabaran, akhirnya Gubernur merespon KTR
dengan mengeluarkan SK (Surat Keputusan) gubernur.
- No.16 Tahun 2004 tentang Pengendalian Rokok di Tempat Kerja di Lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya SK tersebut disosialisasikan di seluruh
jajaran pemerintah daerah sampai kecamatan dan kelurahan bahwa di Lingkungan Kerja
di DKI harus ada KTR
 Penujang dari SK gubernur No 16 tahun 2004 adalah denganPeraturan Daerah DKI No.75
tahun 2005.
• Peraturan daerah ini mengatur mengenai kawasan dilarang merokok di tempat umum,
tempat kerja, angkutan umum, tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat
proses belajar mengajar dan tempat pelayanan umum.

Dampak Positif dari kebijakan pemerintah


 melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi penyakit yang fatal dan
 dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan rokok;
 melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari dorongan lingkungan dan
pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap rokok;
 meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, kemampuan dan
kegiatan masyarakat terhadap bahaya terhadap bahaya kesehatan terhadap penggunaan
rokok. Selain itu, tentunya ada upaya dari pemerintah untuk menekan tingkat polusi udara.
Hasil penelitian Budiawan di Jerman beberapa tahun lalu menyebutkan, tingkat penderita dan
kematian akibat kanker paru di negara itu turun sebesar 30-40 persen. Hal itu berkat
kebijakan pemerintah untuk meningkatkan standar emisi gas buang kendaraan dan kontrol
ketat terhadap aktivitas industri. Di Jerman, kendaraan bermotor diwajibkan minimal
berstandar Euro3. Hampir di setiap titik kota terdapat alat pemantau kualitas udara. "Jadi
persoalan kanker juga dapat ditekan melalui sebuah tool atau kebijakan pemerintah soal
kualitas udara yang bersih dan sehat," ungkap doktor lulusan Jerman ini.

Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Pencemaran Udara.


This is the critical point.. Kita sebagai masyarakat yang tidak punya wewenang mengatur pabrik2
ataupun mengurus BBM selain menanam pohon di lingkungan sekitar ataupun rajin olahraga di pagi
hari demi kesehatan. Kita hanya bisa berharap kepada pemerintahuntuk mengurus dan mengatur
sarana-prasarana yang menjadi sumber pencemar udara..Well, pemerintah kita faktanya memang
sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menangani masalah pencemaran udara. Mari kita
lihat kebijakannya berikut ini.. :
 Dasar-Dasar Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara :
o Undang-undang No.23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
o Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
 Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Pasal 6 ayat (1) : “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup”.
- Pasal 14 ayat (1) : “untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usahadan/ atau
kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkunganhidup”.
- Pasal 14 ayat (2) : “ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan
danpenanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan
pengaturanpemerintah”.
- Pasal 15 ayat (1) : “setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapatmenimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memilikianalisis mengenai dampak
lingkungan hidup”
- Pasal 16 ayat (1) : “Setiap penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan limbah hasil usaha dan/ kegiatan”.
- Pasal 18 ayat (1) : “Setiap usaha dan/ atau kegiatan yang menimbulkan dampak besardan penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis dampak lingkungan untukmemperoleh izin
melakukan usaha dan/ atau kegiatan.
- Pasal 18 ayat (3) : “dalam izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dicantumkanpersyaratan
dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkunganhidup”.
- Pasal 20 ayat (1) : “tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan
pembuangan limbah ke media lingkungan hidup
- Pasal 22 ayat (1) : “Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penanggungjawab usaha
dan/ atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturanperundang-undangan di
bidang lingkungan hidup”.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
 pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ ataukomponen lain
ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udaraambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapatmemenuhi fungsinya.
 pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan
 pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
 sumber pencemar adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan bahanpencemar
ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimanamenstinya.
 udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang beradadi
dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhikesehatan
manusia, makhluk hidup, dan unsure lingkungan hidup lainnya.
 baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/ ataukomponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggangkeberadaannya
dalam udara ambien.
 emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatanyang
masuk dan/ atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/ atautidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
 sumber emisi adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan emisi darisumber
bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidakbergerak
spesifik
 sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat
 yang berawal dari kendaraan bermotor.
 sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada
suatutempat yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan
berat lainnya.
 sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
 sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang
 berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah
 baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimal dan/ atau beban
 emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.
 ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat ataubahan
pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraanbermotor.
 pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan
 pencemaran udara serta pemulihan mutu udara (pasal 1 butir 2)

PENCEGAHAN PENCEMARAN UDARA DAN PERSYARATAN PENATAAN


LINGKUNGAN HIDUP
- pasal 20 : “Pencegahan pencemaran udara meliputi upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya pencemaran udara dengan cara :
a. penetapan baku mutu udara ambien, baku mutu emisi sumber tidak bergerak, bakutingkat
gangguan, ambang batas emisi gas buang dan kebisingan kendaraan bermotorsebagaimana dimaksud
pada BAB II Peraturan Pemerintah ini;
b. penetapan kebijaksanaan pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17, 18, dan 19.
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
- pasal 4
(1) baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udaraambien untuk
mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalamPeraturan Pemerintah ini”
- pasal 5
(1) baku mutu udara ambien daerah ditetapkan berdasarkan status mutu udara ambien di
daerah yang bersangkutan.
(2) Gubernur menetapkan baku mutu udara ambien daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan baku mutu udara ambien nasional.
(3) baku mutu udara ambien daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan ketentuan sama dengan atau lebih ketat dari baku mutu udara ambien nasional.
(4) apabila Gubernur belum menetapkan baku mutu udara ambien daerah, maka berlaku
mutu udara nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
3rd CHAPTER

QUESTION

Berikut daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada nara sumber :

1. Semarang sebagai kota industri yang terdapat banyak pabrik memiliki peluang besar
terhadap kejadian kanker paru. Adakah laporan mengenai tenaga kerja pabrik yang
terkena kanker paru? Pabrik apa saja?
= Ada, khususnya tenaga kerja yang telah lama terpapar polusi pabrik/perusahaan.
Terbanyak pada pabrik pengolah kayu, industri meubel, cat, tekstil, besi, dan baja.

2. Berapa banyak kejadian paru pada remaja? Apa penyebab mayoritasnya?


= Kejadian kanker paru pada kalangan remaja terbilang sedikit jumlahnya. Penyebab
mayoritas pada remaja adalah mereka yang terpapar dalam jangka lama dengan
polusi, asap rokok, memiliki genetik mengidap kanker paru, dan adanya riwayat
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

3. Adakah razia terhadap pedagang yang menggunakan bahan kimia (karsiogenik)?


Rata-rata pedangang apa yang sering menggunakan bahan pemicu kanker paru?
= Ada, dalam kegiatan ini Dinas Kesehatan bekerja sama lintas sektoral dengan
berbagai pihak. Dinas kesehatan dan BAPPEDAL mendata, memonitoring, dan
menangani perusahaan yang menghasilkan banyak polusi/limbah. Sedangkan
kewenangan melakukan razia sepenuhnya diserahkan kepada pihak Satpol PP.
Namun, razia kepada pedagang makanan dan minuman dilakukan oleh Dinas
Kesehatan dan balai laboratorium kota Semarang.

4. Apakah letak georafis semarang ikut andil dalam kejadian kanker paru ?semarang
bawah- atas atau semarang pesisir-kota ?
= Belum ada penelitian terhadap letak geografis dengan pasien kanker paru di
Semarang karena pasien masih tersebar di berbagai lokasi.

5. Apa penyebab terbanyak dari kasus tersebut?


= Pasien yang terpapar dalam jangka waktu lama/panjang dengan polusi, asap rokok,
memiliki genetik mengidap kanker paru, dan adanya riwayat penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK). Dalam banyak kasus, mayoritas pasien tuberkulosis akan mengidap
kanker paru di masa yang akan datang.

6. Apakah vitamin A diberikan kepada anak-anak dalam program posyandu? Bagaimana


jadwal pemberiannya terhadap pencegahan kanker paru sejak dini?
= Ya, vitamin A diberikam pada posyandu balita setiap bulan Januari dan Agustus.
Namun, vitamin tersebut tidak ditujukan untuk pencegahan kanker paru karena
pengaruhnya sangat kecil.
7. Berapa Rata-rata usia pasien ?
= Rata-rata pasien yang telah teridentifikasi kanker paru adalah pasien dewasa dan
usia diatas 40 tahun karena pada masa ini mereka sangat rentan dengan kanker paru
dan adanya kebiasaan hidup kurang sehat.

8. Factor apa saja yang memepengaruhi tingkat kepahaman pasien tentang kanker paru ?
= Yang paling berpengaruh adalah faktor pendidikan, ekonomi dan sosial. sebagai
contoh, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, dia akan lebih memahami
tentang kanker paru, apa penyebabnya dan bagaimana pemberantasannya. Demikian
juga dengan faktor sosial dan ekonomi, semakin tinggi pendapatan seseorang tentu
akan sangat berpengaruh pada gaya hidupnya, baik gaya hidup yang sehat maupun
gaya hidup yang kurang sehat. hal tersebut juga bergantung pada lingkungan
pergaulannya.

9. Kebijakan apa yang diberlakukan Rumah Sakit bagi pasien Kanker Paru?
= Rumah sakit negeri dan beberapa rumah sakit swasta di Semarang sudah menerima
Jamkesmas, sehingga pasien kanker paru khususnya pasien yang kurang mampu
membiayai pengobatannya dapat menerima keringanan biaya. Bahkan di Rumah Sakit
Umum Pusat Kariadi, Rumah sakit Elizabeth sudah cukup lama menerima layanan
Jamkesmas, sementara Rumah Sakit Telogorejo maish sekitar 2 bulan ini, menerima
pasien dengan Jamkesmas.
10. Apakah ada kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan sektor lain
dalam hal penanganan pasien Kanker Paru ?
= Ada. DKK mengadakan kerja sama dengan BAPPEDAL dalam hal kesehatan
lingkungan dan sanitasi untuk menangani pabrik di Kota Semarang. selain itu DKK
juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Darat dalam menanganan polusi udara.
11. Bagaimana mengenai penyuluhan kanker paru di semarang? Tenaga kesehatan apa
saja yang berperan dalam penyuluhan tersebut?
= Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan penyuluhan untuk pencegahan kanker
paru di pabrik-pabrik dan di masyarakat. pada pelaksanaannya di pabrik, Dinas
Kesehatan Kota Semarang mendelegasikan tenaga kesehtan dari Puskesmas untuk
mendirikan pos UKK(Unit Kesehatan Kerja). pos tersebut bertugas untuk melakukan
pembinaan, menyediakan alat pelindung diri untuk tenaga kerja pabrik, dan
membangun poliklinik yang akan meninjau dan melakukan pengawasan pada
kesehatan pekerja pabrik dalam jangka waktu 6 bulan sekali.
Sedangkan untuk di masyarakat, DKK Semarang melakukan penyuluhan dikhususkan
di masyarakat sekitar daerah industri, dengan cara membentuk FKK (Forum
Kesehatan Kelurahan). Saat ini FKK di kota Semarang berjumlah 177, yang tersebar
di seluruh kelurahan di Kota Semarang. Tenaga kerja yang berperan untuk memberi
pengarahan dan penyuluhan tersebut adalah perawat dan bidan.
12. Adakah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kanker paru? Apa saja
peranannya?
= Ada, yayasan tersebut diantaranya adalah Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. Yayasan tersebut merupakan
Lembaga Swadaya Masyarakat dan biasanya mendapatkan dukungan dari World
Health Organization (WHO). Peran yayasan itu adalah memberikan penyuluhan dan
seminar pencegahan kanker paru, memberikan bantuan bahkan penampungan pasien
kanker yang kurang mampu.

13. Adakah alokasi dana khusus bagi pasien kanker paru?


Belum ada. karena kanker paru di Kota Semarang tidak termasuk 10 besar penyakit
yang harus ditangani, karena penderita yang tidak terlalu banyak.
4th CHAPTER

DISCUSSION

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ns. Harmoko, S.Kep, kami mendapatkan beberapa
persamaan dan perbedaan antara teori dengan implementasi di kota Semarang.

1. Penyebab kanker paru


Pasien kanker paru di Semarang mayoritas karena terpapar polusi udara, asap rokok,
bahan-bahan karsinogenik, genetik, dan penyakit paru obstruksi kronik. Namun, belum
ditemukan kasus yang diakibatkan gas radon dan defisiensi vitamin A. Menurut beliau, pengaruh
defisiensi vitamin A masih terlalu jauh dan sulit jika dihubungkan dengan kanker paru.
Sedangkan pengaruh letak geografis dengan kejadian kanker paru di Semarang belum dilakukan
penelitian. Namun, keberadaan pabrik di Semarang mempengaruhi tenaga kerja untuk semakin
mudah terpapar kanker paru.

2. Pengobatan kanker paru


Kanker paru dapat ditangani dengan pengobatan medis dan tradisional. Namun,
menurut beliau Dinas Kesehatan tidak menyarankan pasien untuk melakukan pengobatan
tradisional karena tidak ada penelitian secara ilmiah.

3. Kebijakan pemerintah
Sebenarnya dalam kebijakan pemerintah nasional, ada pembatasan bagi perokok , membatasi
peredaran rokok, menaikan cukai hingga menutup pabrik rokok. Namun, pada kenyataannya
pemerintah Semarang belum menerapkan kebijakan tersebut. Dinas Kesehatan hanya
memberi perhatian dan tidakan tegas kepada pedagang makanan dan minuman berbahan
kimia.

Namun, pemerintah Semarang sudah memberlakukan undang-undang No.23 tahun


1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 16 ayat (1) yang isinya, “Setiap
penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
dan/ kegiatan”. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan BAPPEDAL dan satpol PP dalam
memonitoring limbah ataupun polusi.
Tidak hanya pasal itu yang telah diberlakukan tetapi juga pasal-pasal lain dalam undang-
undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

4.
5th CHAPTER

CONCLUSION AND RECOMMENDATION

A. Conclusion

Kanker paru merupakan penyakit idiopatik karena sebagian besar disebabkan oleh faktor-
faktor yang tidak diketahui dengan pasti. Penyebab yang tidak diketahui pasti tersebut karena
merupakan hasil gaya hidup tidak sehat ketika sepuluh hingga dua puluh tahun sebelum
positif kanker paru. Pasien kanker paru di Semarang mayoritas karena faktor asap rokok,
polusi pabrik, bahan karsinogenik, genetik, dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan berbagai upaya dalam mencegah dan
menangani kanker paru. Namun, pemerintah kota Semarang belum memberikan perhatian
khusus bagi masalah kanker paru.

B. Recommendation

Pemerintah Kota Semarang sebaiknya memberikan perhatian kepada pasien kanker paru.
Meskipun jumlah penderita kanker paru tidak terbilang banyak tetapi penanganan sejak dini
lebih baik sebelum terjadi peningkatan jumlah yang signifikan di masa yang akan datang.
Tenaga kesehatan juga memiliki peran yang besar dalam mencegah dan menangani kanker
paru. Tenaga kesehatan berkolaborasi dalam mengembangkan inovasi teknologi pengobatan
kanker paru. Selain itu, kebijakan umum pemerintah Semarang dalam pembatasan peredaran
dan penggunaan rokok sebaiknya lebih ditegaskan.
REFERENCES

Alwi, Idrus. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan.

Brunner, Lillian Sholtis and Doris Smith Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 1. Terj. Agung Waluyo, dkk. Jakarta : EGC.
http://sukadukakehidupan.wordpress.com/2009/03/15/kanker-dan-keladi-tikus-typhonium-
flagelliforme-rodent-tuber/ )

Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Terj. Jane Freyana Budi. Jakarta : EGC.
(http://sukadukakehidupan.wordpress.com/2009/03/15/kanker-dan-keladi-tikus-typhonium-
flagelliforme-rodent-tuber/ )

Anda mungkin juga menyukai