Anda di halaman 1dari 10

MODUL KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KELAS XII

KD 3.1 Menganalisis kebutuhan rasa nyaman, tidur, dan istirahat

KD 4.1. Melakukan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, tidur, dan istirahat

A. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mengenali kebutuhan rasa nyaman dengan benar;
2. Mengenali kebutuhan istirahat dan tidur dengan benar;
3. Memahami fisiologi dan jenis-jenis tidur dengan benar;
4. Memahami masalah tidur dengan benar;
5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan tidur dengan benar;
6. Mengkaji kebutuhan istirahat dan tidur dengan benar; serta
7. Melakukan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, tidur, dan istirahat pada anak dan dewasa
dengan benar.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik dapat


1. Mengenali kebutuhan rasa nyaman dengan benar;
2. Mengenali kebutuhan istirahat dan tidur dengan benar;
3. Memahami fisiologi dan jenis-jenis tidur dengan benar;
4. Memahami masalah tidur dengan benar;
5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan tidur dengan benar;
6. Mengkaji kebutuhan istirahat dan tidur dengan benar; serta
7. Melakukan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, tidur, dan istirahat pada anak dan dewasa
dengan benar.

C. Materi Pembelajaran

1. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman

Kebutuhan rasa nyaman dibutuhkan manusia dalam menikmati dan menjalani hidup. Setiap
manusia membutuhan rasa nyaman, baik secara fisiologis dan psikologis. Rasa nyaman
secara fisiologis dapat terpenuhi jika semua kebutuhan paling dasar manusia terpenuhi.
Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi kebutuhan oksigen yang bersih dan terhindar dari
polusi udara, cairan (minuman) sehat sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia, nutrisi
(makanan) yang memenuhi gizi seimbang dan dimasak dengan benar, tempat tinggal dan
lingkungan yang bersih sesuai dengan standar kesehatan, istirahat dan tidur yang cukup,
olahraga yang teratur, dan lain-lain. Sama halnya dengan kebutuhan fisologis, kebutuhan
psikologi juga merupakan kebutuhan mendasar yang dibutuhkan seseorang dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman. Lingkungan keluarga yang memenuhi peran dan fungsi
asah, asih, dan asuh dalam merawat keluarga. Selain itu, mendapatkan kasih sayang
keluarga, memiliki sahabat bebas dari kekerasan, baik verbal dan fisik, diterima dilingkungan
sosial, baik kelompok maupun masyarakat dan sebagainya. Diharapkan seseorang yang
memiliki rasa nyaman secara fisiologis dan psikologis dapat mencapai kesehatan serta
mempertahankan kesehatan fisik dan mentalnya secara optimal.

2. Konsep Istirahat Dan Tidur


Istirahat dan tidur merupakan dasar untuk menjaga kesehatan. Seseorang yang
sedang sakit memerlukan kebutuhan istirahat dan tidur yang lebih dibandingkan dengan
orang yang sehat. Dengan istirahat yang cukup Anda dapat menjaga dan meningkakan
kesehatan. Kebutuhan untuk istirahat bervariasi di antara individu. Istirahat menyiratkan
ketenangan, relaksasi tanpa tekanan emosional dan kebebasan dari kecemasan.
Menurut Alimul (2012) istirahat merupakan keadaan tidak beraktivitas dan keadaan
rileks tanpa adanya tekanan emosional serta memerlukan ketenangan. Kata istirahat berarti
berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. Pada kenyataannya beberapa orang beristirahat dengan beberapa aktivitas
seperti berjalan di udara segar dan tempat yang tenang, membaca buku, menonton film, atau
sekadar menyalurkan hobi yang disukainya. Kebutuhan istirahat klien yang dirawat di rumah
sakit akan berbeda dengan kebutuhan seseorang yang sehat. Pemenuhan kebutuhan
istirahan klien harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan toleransi tubuh dalam
melakukan aktivitas. Misalnya seorang klien dengan gangguan jantung membutuhkan
istirahat total di atas tempat tidur (bed rest). Kebutuhan istirahat dapat dirasakan seseorang
yang dirawat di rumah sakit apabila dapat memenuhi karakteristik istirahat.
Menurut Narrow (dalam Perry dan Potter, 2005) terdapat beberapa karakterisik
istirahat sebagai berikut.
a. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi. Klien yang mengetahui bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan mendapatkan ketenangan psikologis dibandingkan klien
yang menganggap bahwa penyakitnya sama sekali tidak dapat disembuhkan.
Ketenangan psikologis ini membuat klien dapat rileks sehingga beristirahat dengan baik.
b. Merasa diterima. Klien yang memiliki perasaan tidak diterima atau ditolak dengan kondisi
penyakitnya akan merasa cemas dengan tingkatan yang berbeda-beda bahkan dapat
menimbulkan kepanikan pada diri klien. Untuk itu, agar klien dapat beristirahat dan fokus
terhadap proses penyembuhannya, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai kondisi
kesehatan serta langkah-langkah yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan klien.
c. Mengetahui yang sedang terjadi. Kekawatiran klien dengan apa yang dialaminya juga
merupakan hal yang dapat menganggu istirahat klien. Penjelasan yang akurat dan jelas
mengenai kondisi klien serta tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan pengobatan
sangat dibutuhkan agar klien merasa nyaman di rumah sakit. Ketidaktahuan klien akan
prosedur pengobatan dan pemeriksaan diagnostik akan mengakibatkan penolakan klien
dalam setiap tindakan perawatan. Hal ini akan mempersulit dan memperlambat proses
pengobatan.
d. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dirasakan klien saat
dirawat di rumah sakit sangat berperan dalam proses istirahat klien. Lingkungan rumah
sakit yang nyaman, tenang, bersih, dan suasana yang mendukung proses penyembuhan
sangat dibutuhkan. Pembatasan jam berkunjung dan pengunjung sangat dibutuhkan agar
klien dapat beristirahat dengan tenang. Selain hal tersebut, kodisi klinik klien yang dapat
menimbulkan ketidaknyaman sangat perlu diperhatikan, seperti rasa nyeri, sesak, batuk,
dan sebagainya.
e. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan. Melibatkan
klien dalam melaksanakan berbagai aktivitas sesuai dengan kondisi dan indikasi
kesehatan klien sangat diperlukan sehingga klien merasa dihargai serta merasakan
kepuasan dari aktivitas tersebut. Misalnya saat mengukur suhu dengan menggunakan
termometer axilla, klien ditawarkan untuk membersihkan ketiaknya sendiri dengan tisu
yang disediakan atau dibantu oleh petugas.
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu diperlukan. Klien harus benar-benar diyakinkan
selama dirawat di rumah sakit atau proses penyembuhan semua kebutuhan aktivitas
sehari-hari dapat terpenuhi dengan baik dan semua petugas akan memberi bantuan
dengan sebaik mungkin sehingga klien tidak cemas atau takut.

Selain memerlukan istirahat yang cukup, Anda juga memerlukan tidur untuk
mempertahankan status kesehatannya. Menurut Alimul (2012) tidur merupakan keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas
yang minimal, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan proses fisiologis,
dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan luar. Guyton (1997) juga
mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan bawah sadar, dalam hal ini orang tersebut
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.
Tidur telah dianggap sebagai keadaan kesadaran dengan persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan berkurang. Tidur ditandai oleh aktivitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan dalam proses fisiologis tubuh, dan penurunan
respons terhadap rangsangan eksternal.
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi deaktivasi sistem saraf pusat
sebab pada orang yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif dalam sinkronisasi
terhadap neuron-neuron substansia retikulasi dari batang otak. Hal ini dapat diketahui
melalui pemeriksaan neuron-neuron substansia retikularis dari batang otak dan
pemeriksaan electroenchepalogram (EEG). Alat tersebut dapat memperlihatkan fluktuasi
energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Saat tidur seseorang juga dapat memilih
secara selektif rangsangan yang dapat membangunkannya, misalnya seseorang akan
segera terbangun jika mendengar suara alarm kebakaran dan akan tetap tertidur
meskipun mendengar suara bising. Seseorang yang kebutuhan istirahat dan tidurnya
tidak terpenuhi dengan baik akan menyebabkan mudah tersinggung, tertekan, lelah, dan
mungkin memiliki kontrol yang buruk terhadap emosi.

3. Fisiologi dan Jenis-Jenis Tidur


Pengaturan kegiatan tidur terjadi karena adanya mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur lalu terbangun. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon, bagian atas
spons serta sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur.
Sistem tersebut yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Sybchronizing
Regional (BSR).
Dalam prosesnya, tidur dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tidur gelombang lambat
(Slow Wave Sleep) atau disebut juga tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur
paradoks atau tidur Rapid Eye Movement (REM).
a. Tidur Gelombang Lambat (Slow Wave Sleep) atau Tidur Non-Rapid Eye Movement
(NREM)
Jenis tidur ini merupakan jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan dalam
sistem pengaktifan retikularis. Jenis tidur ini dikenal dengan dengan tidur yang dalam,
istirahat penuh atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang
otak bergerak lebih lambat sehingga menyebabkan tidur tanpa mimpi. Tidur
gelombang lambat juga disebut gelombang delta. Ciri-ciri tidur gelombang lambat,
antara lain tubuh dalam kondisi benar-benar istirahat, tekanan darah menurun,
frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan
kecermatan metabolisme basal berkurang 10–30%. Tidur REM bukan berarti tidak
mengalami mimpi sama sekali, tetapi pada tahap ini juga timbul mimpi dan kadang-
kadang mimpi buruk. Hanya saja mimpi dalam tidur NREM tidak dapat diingat kembali
berbeda dengan tidur REM. Jadi, pada tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi
dalam ingatan.
Tahapan tidur jenis gelombang lambat dapat diuraikan sebagai berikut.
 Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri-ciri, antara lain
tubuh rileks, masih sadar dengan lingkunagn, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun
segera. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.
 Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri-
ciri antara lain bola mata menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperatur tubuh menurun, serta metabolisme menurun. Tahap ini berlangsung
pendek dan berakhir 10–15 menit dan 40–45% total tidur.
 Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas serta
proses tubuh lainnya melambat karena disebabkan oleh dominasi sistem saraf
parasimpatis. Tahap ini sulit untuk bangun.
 Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
sekresi lambung menurun, serta tonus otot menurun. Terjadi 30–40 menit setelah
onset tidur. Tidur Paradoks atau Tidur Rapid Eye Movement (REM) Tidur paradoks
atau tidur Rapid Eye Movement (REM) merupakan jenis tidur yang disebabkan
penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin
tertekan secara berarti. Tidur jenis ini berlangsung pada tidur malam yang terjadi 5–
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80–100 menit,
tetapi apabila kondisi tubuh sangat lelah, awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur
ini tidak ada. Ciri-ciri tidur paradoks/REM sebagai berikut:
 Tidur REM biasanya disertai mimpi aktif dan mimpi diingat.
Pada tahap tidur REM biasanya lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur
nyenyak gelombang lambat walaupun telah diberikan rangsangan sensorik.
 Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang dan menunjukkan hambatan yang
kuat pada serat-serat proyeksi spinal dari area eksitatorik batang otak.
 Frekuensi denyut jantung dan pernapasan tidak teratur (ireguler) dan ini sifat dari
keadaan tidur dengan mimpi.
 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini
khususnya mencakup pergerakan cepat dari mata.
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irreguler, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, serta metabolisme
meningkat.
 Rahang bawah rileks.
 Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif dan metabolisme otak meningkat
sebanyak 20%. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, konsentrasi
dalam belajar, memori serta adaptasi. Setiap manusia akan mengalami tahap-
tahapan saat tidur yang disebut sebagai siklus tidur. Selama siklus tidur orang
melewati empat tahap tidur NREM. Biasanya berlangsung sekitar 1 jam pada
orang dewasa. Saat orang tidur melewati dari tahap I NREM melalui tahap II dan
tahap III dalam waktu sekitar 20–30 menit. Tahap IV berlangsung sekitar 30 menit.
Tahap ini diikuti kembali tahap III dan tahap II, setelah itu terjadi tidur REM sekitar
10 menit. Proses tersebut disebut satu siklus tidur pertama.
Pada umumnya, sesorang yang tidur selama 7–8 jam akan mengalami 4–6 siklus
tidur. Orang-orang yang terbangun harus memulai lagi tahap I NREM ketika tidur
kembali. Peningkatan tidur REM dan bermimpi cenderung lebih panjang jika
seseorang sangat lelah dan tidur REM menjadi lebih pendek. Sebaliknya,
seseorang yang tidak terlalu lelah maka tahap II dan IV tidur REM akan lebih
singkat dan tidur REM akan lebih panjang. Secara umum, siklus tidur normal pada
orang dewasa dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Siklus Tidur


Sumber: Alimul, 2012
4. Fungsi Tidur dan Kebutuhan Tidur
Tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Pada saat tidur,
Anda menyimpan energi sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang
penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yaitu efek pada sistem saraf
dan efek struktur tubuh. Efek pada sistem saraf diperkirakan tidur dapat memulihkan
kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Pada efek
struktur tubuh, tidur dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh karena selama
tidur terjadi penunurunan kerja semua organ tubuh. Kebutuhan tidur pada manusia
bergantung pada tingkat perkembangan, misalnya pada masa neonatus (0–1 bulan)
hampir sebagian besar waktu yang digunakan untuk tidur
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Tidur
Pemenuhan kebutuhan tidur dipengaruhi oleh kualitas maupun kuantitas tidur seseorang.
Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tidur dan mendapatkan jumlah
tidur REM dan NREM yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan kuantitas tidur
adalah total waktu individu tidur. Kualitas dan kuantitas tidur seseorang dapat
dipengaruhi beberapa faktor berikut ini.
a. Usia
Usia merupakan faktor terpenting yang memengaruhi kebutuhan istirahat dan tidur.
Pada anak-anak cenderung tidur lebih banyak, rata-rata dewasa sehat membutuhkan
waktu 7 ½ jam untuk tidur setiap malamnya dan waktu tidur lansia berkurang
dibangkan usia yang lainnya. Pada anak-anak dan remaja awal, jumlah tidur
gelombang lambat (NREM) relatif stabil dan kontuinitas serta dalamnya tidur manusia
semakin berkurang seiring bertambahnya waku.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan seseorang cepat tertidur atau mengahalangi
seseorang untuk tertidur. Kondisi aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur. Sebaliknya, lingkungan yang berisik dapat
menganggu atau menghambat seseorang untuk tidur. Pada umumnya, Anda
merasakan tidur yang paling nyaman jika berada di rumah sendiri.
c. Kelelahan
Seseorang yang sedang kelelahan biasanya akan lebih cepat tertidur. Hal ini
disebabkan semakin lelah seseorang, semakin pendek periode pertama paradoks
(REM). Selain akan lebih cepat tertidur, sesorang yang mengalami kelelahan
biasanya juga memiliki tidur yang sangat nyenyak. Kelelahan juga dapat
memengaruhi pola tidur seseorang.
d. Stres Psikologis
Anxietas dan depresi sering mengganggu tidur seseorang. Kadang kala seseorang
disibukkan dengan masalah pribadi (psikologis) sehingga merasa gelisah dan tidak
cukup rileks untuk memulai tidur. Kecemasan dapat meningkatkan norepineprin
dalam darah yang dapat menstimulasi sistem saraf simpati sehingga sesorang
menjadi tidak mengantuk.

e. Obat
Beberapa obat-obatan dapat memengaruhi proses dan kualitas tidur seseorang.
Contoh obat-obatan yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang
antara lain jenis obat dieretik menyebabkan insomnia atau beta-blockers juga dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Amphetamin dan antidepresan dapat
mengurangi tidur REM yang abnormal. Meperidin hydrochloride (domerol) dan
morpine dapat menekan tidur REM yang menyebabkansering terbangun dan tidak
mengantuk.
f. Diet
Asam amino L-tryptophan yang ditemukan pada makan berprotein dapat membantu
Anda lebih cepat tertidur. Makanan yang mengandung asam amino L-tryptophan
antara lain telur, ikan salmon, produk susu, kacang kenari, kentang, gandum, pisang,
dan daging merah. Di dalam tubuh triptofan akan diubah menjadi molekul yang
disebut 5-HTP (5-hydroxtryptophan) yang digunakan untuk membuat hormon
serotonin dan melatonin dalam otak. Serotonin merupakan hormon yang dapat
memberikan perasaan nyaman, senang, dan mengurangi stres. Melantonin adalah
hormon yang mengatur siklus alami tubuh untuk bangun dan tidur. Hormon ini
membuat Anda tidur lebih nyenyak dan bangun lebih segar. Sebaliknya, minuman
seperti teh, kopi, dan soda dapat menyebabkan Anda kesulitan untuk cepat tertidur.
Alkohol dapat mempercepat Anda teridur, tetapi beberapa jam kemudian akan
terbangun dan tidak dapat tidur kembali.
g. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi kelelahan seseorang.
Misalnya, seorang siswa belajar hingga larut malam dalam rangka persiapan
menghadapi ujian sekolah.
h. Merokok
Merokok mengandung nikotin yang membuat seseorang sulit untuk tidur
dibandingkan dengan seseorang yang tidak merokok. Selain itu, perokok lebih sering
mengalami apnea tidur karena asap rokok dapat mengiritasi jaringan hidung dan
tenggorokan. Merokok juga dapat menyebabkan sering terbangun dan mengganggu
siklus tidur bangun alamiah (ritme sirkardian terganggu).
i. Penyakit
Penyakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
menyebabkan seseorang membutuhkan kebutuhan tidur yang lebih besar, misalnya
klien yang menderita infeksi limpa akan membutuhkan lebih banyak waktu istirahat
dan tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak pula keadaan sakit yang menjadikan
klien kurang tidur bahkan tidak dapat tidur, seperti penderita diabetes melitus yang
sering terbangun karena sering buang air kecil atau penderita ISPA yang sering
terbangun karena batuk dan sesak serta hal lainnya.

6. Masalah Kebutuhan Tidur


Ada beberapa masalah kebutuhan tidur yang dapat dialami seseorang, mulai dari
gangguan kuantitas tidur dan kualitas tidur serta gangguan pola tidur. Masalah atau
gangguan tidur dapat dikategorikan menjadi gangguan tidur primer, gangguan tidur
sekunder, dan parasomnia. Gangguan tidur primer merupakan gangguan tidur yang
disebabkan oleh individu itu sendiri. Gangguan tidur tersebut termasuk insomnia,
hipersomnia, narcolepsi, apnea tidur, dan parasomnia. Gangguan tidur sekunder
merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan klinis lainnya, seperti
gangguan fungsi tyroid, depresi, alkohol, atau zat lainnya:
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas. Seseorang akan mengalami keadaan tidur
sebentar atau sulit tidur. Proses gangguan ini kemungkinan besar disebabkan oleh
adanya gangguan psikologis, seperti rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stres.
Insomnia terbagi menjadi tiga jenis sebagai berikut.
Inisial insomnia
Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan sesorang untuk jatuh tertidur
atau mengawali tidur.
 Intermiten insomnia

Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk tetap tidur karena


selalu terbangun pada malam hari.

 Terminal insomnia
Terminal insomnia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk tidur kembali
setelah bangun tidur pada malam hari.

b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan dengan total
jam tidur lebih dari sembilan jam pada malam hari. Masalah tidur ini kemungkinan
disebabkan masalah psikologi, depresi, kecemasan, dan dapat pula disebabkan
kondisi kesehatan, seperti kerusakan sistem saraf pusat atau gangguan metabolisme
(diabetik acidosis dan hipotiroid). Pada berbagai situasi kadang-kadang hipersomnia
dijadikan mekanisme koping sesorang untuk menghindari masalah yang harus
dihadapinya.
c. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disegaja pada waktu tidur atau
disebut dengan istilah mengompol. Enuresis dibagi menjadi dua jenis, yaitu enuresa
nokturnal (mengompol di saat tidur) dan enuresa diurnal (mengompol pada saat
bangun tidur). Enuresa nokturnal umumnya gangguan pada tidur NREM.
d. Apnea Tidur
Apnea tidur merupakan episode berulang henti napas yang dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia dan terbangun berkali-kali. Keadaan ini dapat terjadi akibat
gangguan ventilasi ketika tidur, gangguan mental lain, dan dapat pula akibat
langsung pengaruh fisiologik atau zat (termasuk medikasi).
Penderita sering mengeluh mengantuk berlebihan di siang hari sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa kantuk yang berlebihan disebabkan
seringnya terbangun di malam hari karena penderita berusaha bernapas dengan
normal. Apnea tidur paling sering terjadi pada laki-laki terutama saat tidur terlentang.
Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat
mengakibatkan henti napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama dapat
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak
teratur. Ada tiga tipe apnea tidur, yaitu obstruktif apnea (obstructive apnea), sentral
apnea (central apnea), dan apnea campuran (mix apnea).
Obstruktif apnea merupakan apnea tidur yang paling sering ditemukan. Hal ini terjadi
ketika struktur faring atau oral cavity menghalangi aliran udara. Biasanya terjadi pada
penderita yang sangat gemuk dan penderita mendengkur dengan keras. Napas
pendek bergantian dengan diam yang berlangsung 20–30 detik. Dengkuran yang
keras terjadi karena penderita bernapas melalui aliran udara yang tersumbat
sebagian. Adanya periode diam atau berhenti bernapas disebabkan obstruksi
sempurna jalan napas. Berhentinya napas kadang-kadang terjadi 60–90 detik
sehingga terjadi sianosis. Sebagian besar penderita tidak menyadari gangguan ini.
e. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya
tertidur dalam keadaan berdiri mengemudikan kendaraan atau di saat sedang
membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan gangguan neurologis yang sampai saat ini
masih belum diketahui penyebabnya. Untuk sementara narcolepsi dipercaya sebagai
gangguan genetik akibat gangguan sistem saraf pusat sehingga tidak mampu
mengontrol tidur REM. Saat serangan narcolepsi, seseorang langsung memasuki
tahapan tidur REM.
f. Mengigau
Mengingau dikategorikan dalam gangguan tidur apabila terlalu sering dan di luar
kebiasaan. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang
pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
g. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menganggu pola
tidur. Di beberapa literatur juga memasukan nokturnal enuresis, mengigau
(sleeptalking), dan bruxism.

7. Gangguan Pola Tidur secara Umum


Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami
gangguan atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat
yang disebabkan ketidaknyamanan atau menganggu gaya hidup yang diinginkan.
Gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur yang disebut disomnia. Gangguan ini
terlihat pada klien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan
sering menguap atau mengantuk. Penyebab gangguan pola tidur ini, antara lain
kerusakan transpor oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh
obat, immobilisasi, nyeri kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dan
lain-lain.

Rangkuman

Kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan yang dibutuhkan manusia dalam menikmati dan
menjalani hidup. Setiap manusia membutuhan rasa nyaman, baik secara fisiologis dan psikologis.
Rasa nyaman secara fisiologis dapat terpenuhi jika semua kebutuhan paling dasar manusia
terpenuhi. Kebutuhan untuk istirahat bervariasi di antara individu. Istirahat menyiratkan
ketenangan, relaksasi tanpa tekanan emosional, dan kebebasan dari kecemasan. Tidur
merupakan keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan
tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri-ciri adanya
aktivitas yang minimal, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan proses fisiologis,
dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan luar. Dalam prosesnya, tidur dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tidur gelombang lambat (Slow Wave Sleep) atau disebut juga tidur Non
Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur paradoks atau tidur Rapid Eye Movement (REM). Ada dua
efek fisiologis dari tidur, yaitu efek pada sistem saraf dan efek struktur tubuh. Efek pada sistem
saraf dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
Pada efek struktur tubuh, tidur dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh karena
selama tidur tejadi penurunan kerja semua organ tubuh. Masalah atau gangguan tidur dapat
dikategorikan menjadi gangguan tidur primer, gangguan tidur sekunder, dan parasomnia.
Gangguan tidur primer merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh individu itu sendiri.
Gangguan tidur tersebut termasuk insomnia, hipersomnia, narcolepsi, apnea tidur, dan
parasomnia. Gangguan tidur sekunder merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh
gangguan klinis lainnya, seperti gangguan fungsi tyroid, depresi, alkohol atau zat lainnya.

Latihan

1. Tn. A (45 Tahun) bekerja di percetakan. Selama satu minggu ini sering terlambat ke kantor. Tn.
A tampak lesu dan tidak bersemangat. Tn. A mengatakan cemas dengan kondisi kesehatan
putranya yang baru saja operasi di RS. Tn. A sering menguap ketika bekerja, kurang fokus,
dan sklera matanya berwarnah merah. Berdasarkan kasus di atas Tn. A mengalami ....
a. gangguan istirahat
b. gangguan tidur
c. gangguan rasa nyaman
d. gangguan istirahat dan tidur
e. Anxietas
2. Seorang ibu mengeluh anaknya yang paling kecil sering kali megompol di malam hari. Semalam
anaknya mengompol sebanyak dua kali. Anak tersebut mengalami gangguan tidur berupa ....
a. enuresis diurnal
b. enuresis nokturnal
c. Insomnia
d. Narkolepsi
e. apne tidur
3. Seorang ibu mengeluh anaknya yang paling kecil sering kali megompol di malam hari.
Semalam anaknya mengompol sebanyak dua kali. Gangguan tidur yang dialami anak tersebut
terjadi pada siklus tidur tahap ....
a. tahap II dan III tidur NREM
b. tahap I dan II tidur NREM
c. tahap IV tidur NREM
d. tahap I tidur NREM
e. tahap tidur REM
4. Seorang ibu mengeluh anaknya yang paling kecil sering kali mengompol di malam hari.
Semalam anaknya dapat mengompol sebanyak dua kali. Berdasarkan kasus di atas, kategori
gangguan tidur anak tersebut adalah ....
a. Primer
b. Sekunder
c. Parasomnia
d. Disomnia
e. Insomnia
5. Tn. P (79 Tahun) seorang kakek yang memiliki satu cucu berusia 6 tahun. Jumlah tidur Tn. P
lebih sedikit dibandingkan dengan cucunya. Hal ini disebabkan ....
a. gelombang lambat (NREM) relatif lambat dan kontinuitas
b. gelombang lambat (NREM) relatif stabil dan kontinuitas
c. gelombang lambat (NREM) relatif stabil dan bertahap
d. gelombang paradoks (REM) relatif stabil dan kontinuitas
e. gelombang paradoks (REM) relatif lambat dan kontinuitas
6. perhatikan tabel dibawah ini.

No Ciri-ciri tidur
1. Mimpi aktif dan mimpi diingat

2. Mimpi berkurang

3. Pergerakan bola mata melambat

4. Frekuensi jantung dan pernapasan tidak teratur

5. Sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak


gelombang lambat

6. Tekanan darah dan frekuensi napas menurun

Berdasarkan tabel di atas, ciri-ciri tidur REM adalah ....


a. (1), (5), dan (6)
b. (2), (3), dan (7)
c. (1), (3), dan (7)
d. (2), (5), dan (6)
e. (3), (5), dan (6)
7. Kakek T (70 tahun) mengeluh sering pusing dan sulit untuk tidur. Setelah diwawancarai,
diketahui bahwa kakek T memiliki kebiasaan minum kopi sebelum tidur. Berdasarkan kasus di
atas, faktor yang memengaruhi kebutuhan tidur kakek T adalah ....
a. Usia
b. Diet
c. Penyakit
d. stres psikologis
e. kelelahan
8. Kakek T juga mengeluh jika malam hari sering terbangun dan ini terjadi setiap hari. Kakek T
mengalami ....
a. Insomnia
b. initial insomnia
c. intermitten insomnia
d. terminal insomnia
e. apnea sentral
9. Tn. Z mengalami kecelakaan mobil saat berpergian ke luar kota. Tn. Z sudah dilarang istrinya
untuk menyetir sendiri karena sering tertidur di mana pun tanpa disadari. Tn. Z mengalami
masalah tidur ....
a. Parasomnia
b. Insomnia
c. Narkolepsi
d. apne tidur
e. Narkolepsi
10. Tn. Z mengalami kecelakaan mobil saat bepergian ke luar kota. Tn. Z sudah dilarang istrinya
untuk menyetir sendiri karena sering tertidur di mana pun tanpa disadari. Terapi obat untuk
mengontrol masalah tidur Tn. Z adalah ....
a. golongan ampetamin
b. golongan antidepresan
c. golongan kortikosteroid
d. golongan beta-bloker
e. golongan meperidin

Anda mungkin juga menyukai