Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN CLOSE FRAKTUR 1/3 PROXIMAL HUMERUS


DI RUANG CEMPAKA BARAT RSUD BUDHI ASIH

KARTIKA DWI PERMATASARI


1910721002

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I.1 Konsep Sistem Muskuloskeletal


I.1.1 Anatomi Tulang
Tulang tersusun atas rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan tubuh. Komponen
utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organic (kolagen dan
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu Kristal garam
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang juga disebut osteosid, yang mana 70% osteosid merupakan kolagen
tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organic lain yang juga
menyusun tulang berupa proteoglikan. Secara garis besar, tulang terdiri atas:
a. Tulang panjang (long bone); femur, tibia, fibula, ulna, humerus.
b. Tulang pendek (short bone); tulang karpal.
c. Tulang pipih (flat bone); tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
d. Tulang tak beraturan (irregular bone); tulang vertebrata.
e. Tulang sesmoid; tulang patella.
f. Tulang sutura; atap tengkorak.
Tulang terbagi atas daerah yang sama pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum (Arif Muttaqin, 2011).

I.1.2 Fisiologi Tulang


Tulang terdiri dari komponen-komponen sel, yaitu:
a. Osteoblast : membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang melalui proses osifikasi.
b. Osteosis : sel tulang dewasa sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas : sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik,
yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Fungsi utama pada tulang adalah membentuk rangka badan, sebagai
pengumpil dan tempat melekat otot, sebagai bagian dari tubuh untuk
melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (otot, sumsum tulang
belakang, jantung, dan paru-paru), sebagai tempat mengatur dan deposit
kalsium, fosfat, magnesium dan garam, ruang ditengah tulang tertentu
sebagai organ yang memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit (Arif Muttaqin, 2011).

I.2 Konsep Close Fraktur Humerus


I.2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang (Solomon, 2010).
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks,
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser (Wijaya dan putri, 2013).
Faktur Tertutup (Closed), tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (De Jong, 2010). Jadi,
close fraktur humerus adalah terputusnya hubungan tulang humerus tanpa luka
terbuka yang disebabkan oleh cidera dari trauma langsung maupun tidak langsung
pada lengan atas.

I.2.2 Klasifikasi Fraktur


a. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma:
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
b. Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal

I.2.3 Etiologi Fraktur


Menurut Wijaya dan Putri (2013) penyebab fraktur adalah :
a. Cedera langsung
Cedera langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya cedera.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
b. Cedera tidak langsung
Cedera tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya cedera. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor.
c. Cedera akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemutiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.

I.2.4 Manifestasi Fraktur


Deformitas, Bengkak/edema, Echimosis (Memar), Spasme otot, Nyeri,
Kurang/hilang sensasi, Krepitasi, Pergerakan abnormal, Rontgen abnormal.

I.2.5 Komplikasi Fraktur


Komplikasi awal fraktur meliputi syok, emboli lemak, sindrom
kompartemen, infeksi dan tromboemboli, serta koagulopati intravaskular
diseminata. Komplikasi lanjutan meliputi mal-union/ non union, delayed union,
nekrosis avaskular tulang, dan reaksi terhadap alat fiksasi interna (Suratun, 2008).
I.2.6 Pathway Fraktur

I.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik fraktur yaitu:
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi dan luasnya fraktur
b. Scan tulang, tonogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
taruma multiple).
e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliren ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multiple atau cedera hari.
I.2.8 Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1) Reposisi terbuka, fiksasi interna (gips, traksi)
2) Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
(nail, plat)
3) Rehabilitasi, Tujuan utama :
a) Mempertahankan ruang gerak sendi
b) Mempertahankan kekuatan otot
c) Mempercepat pengembalian ke fungsi semula
d) Latihan terdiri dari: Mempertahankan gerak ruang sendi,
Latihan otot, Latihan berjalan (Mansjoer Arif, 2011).

I.2.9 Pengkajian Keperawatan

a. Identifikasi Pasien
Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tgl. MRS, diagnosa medis, no. registrasi.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung dari lamanya serangan. Unit
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan:
1) Provoking inciden: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
2) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah
seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
3) Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakag rasa sakit
menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Saverity (scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skala nyeri/pasien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari/siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri,
bengkak, kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (Fraktur Costa) atau
pernah punya penyakit yang menular/menurun sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita esteoporoses, arthritis dan
tuberkulosis/penyakit lain yang sifatnya menurut dan menular.
f. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan/ gangguan pada personal
hygien, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan, meskipun
menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan di
RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien.
3) Pola Eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi,
pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat dari
fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat /
keluarga.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan
pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup/tidak dapat bekerja lagi.
7) Pola Sensori Kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola
kognitif atau cara berpikir pasien tidak mengalami gangguan.
8) Pola Hubungan Peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan
interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9) Pola Penanggulangan Stres
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stres dan biasanya
masalah dipendam sendiri / dirundingkan dengan keluarga.
10) Pola Reproduksi Seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum
berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta
perlindungan / mendekatkan diri dengan Tuhan

I.2.10 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan
fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi,
stress, ansietas.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi ditandai dengan
oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor
kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
I.2.11 Intervensi Keperawatan
No Tanggal/Ja Diangosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
m (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan selama ...x... jam a. Lakukan pengkajian nyeri
terputusnya jaringan diharapkan nyeri klien dapat secara komprehensif
tulang, gerakan teratasi dengan kriteria hasil: termasuk lokasi,
fragmen tulang, edema Pain control karakteristik, durasi,
dan cedera pada a. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, dan
jaringan, alat (tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi.
traksi/immobilisasi, mampu menggunakan b. Observasi reaksi nonverbal
stress, ansietas teknik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, c. Ajarkan teknik non
mencari bantuan) farmakologis (relaksasi,
b. Melaporkan bahwa nyeri distraksi dll) untuk
berkurang dengan mengetasi nyeri.
menggunakan manajemen d. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri. nyeri/kontrol nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri e. Kolaborasi dengan dokter
(skala, intensitas, bila ada komplain tentang
frekuensi dan tanda nyeri) pemberian analgetik tidak
d. Menyatakan rasa nyaman berhasil.
setelah nyeri berkurang.
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
kulit berhubungan keperawatan selama ...x... jam a. Monitor kulit akan adanya
dengan tekanan, diharapkan kerusakan kemerahan
perubahan status integritas kulit klien dapat b. Hindari kerutan pada tempat
metabolik, kerusakan teratasi dengan kriteria hasil: tidur
sirkulasi dan Tissue Integrity : Skin and c. Jaga kebersihan kulit agar
penurunan sensasi Mucous tetap bersih dan kering.
ditandai dengan oleh a. Integritas kulit yang baik d. Mobilisasi pasien (ubah
terdapat luka / ulserasi, bisa dipertahankan posisi pasien) setiap dua jam
kelemahan, penurunan (sensasi, elastisitas, sekali
berat badan, turgor temperatur, hidrasi, e. Oleskan lition atau
kulit buruk, terdapat pigmentasi). minyak/baby oil pada daerah
jaringan nekrotik b. Tidak ada luka/lesi pada yang tertekan
kulit f. Mandikan pasien dengan
c. Perfusi jaringan baik sabun dan air hangat.
d. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
berulang.
e. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulantion
fisik berhubungan keperawatan selama ...x... jam a. Monitor vital sign
dengan nyeri/ diharapkan klien dapat sebelum / sesudah latihan
ketidaknyamanan, beraktivitas secara mandiri dan lihat respon pasien
kerusakan dengan kriteria hasil: saat latihan
muskuloskletal, terapi Mobility Level b. Konsultasikan dengan
pembatasan aktivitas, a. Klien meningkat dalam terapi fisik tentang rencana
dan penurunan aktivitas fisik ambulasi sesuai dengan
kekuatan/tahanan b. Mengerti tujuan dari kebutuhan
peningkatan mobilitas c. Bantu klien untuk
c. Memverbalisasikan menggunakan tongkat saat
perasaan dalam berjalan dan cegah
meningkatan kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan berpindah. d. Ajarkan pasien atau tenaga
d. Memperagakan kesehatan lain tentang
penggunaan alat bantu teknik ambulasi
untuk mobilisasi (walker). e. Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
h. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
i. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.

I.2.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan
perencanaan intervensi, maka dilakukan implementasi dengan mengaplikasikan
intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan di dokumentasikan
dengan respon dari klien. Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi untuk
dikaji ulang apakah tujuan sudah tercapai atau perlu di modifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley. Jakarta:
Widya Medika.

Arif, Muttaqin. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Helmi, N.Z. 2013. Buku Ajar : Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba


Medika.

Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku


Kedokteran.

Nanda International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai