Fraktur komplit
Fraktur tidak komplit
Fraktur tertutup
Fraktur terbuka/fraktur komplikata
tipe fraktur ekstermitas
fraktur collum humerus
fraktur humerus
fraktur suprakondiler humerus
fraktur radius dan ulna (fraktur antebrachi)
fraktur colles
fraktur metacarpal
fraktur phalang proksimal, medial, dan distal
Untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua
adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi
seperti semula.
Komplikasi awal
a. Syok
b. Emboli lemak
c. Compartment Syndrome
Komplikasi lambat
a. Nekrosis avaskular tulang
b. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
c. Tarikan fragmen tulang juga dapat menyebabkan
kesalahan bentuk dari penyatuan tulang (malunion).
Kondisi kegawatdaruratan terkait fraktur
yang mengancam nyawa
Pendarahan Arteri Besar
Crush Syndrome
Sindroma Kompartemen
Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Fraktur
Pengkajian
Keluhan utama
Riwayat perkembangan
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan sekarang
Pemeriksaan fisik
Riwayat psikososial
Pemeriksaan diagnostic
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman dn nyeri yang berhubungan dengan
spasme otot, edema, dan kerusakan jaringan.
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan.
c. Cemas atau takut atau berduka.
d. Kurang pengetahuan.
e. Perubahan perfusi jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
h. Gangguan citra tubuh.
i. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
j. Perubahan fungsi peran.
Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress atau ansietas.
Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan
tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik
sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi
Tujuan :
Klien mendapatkan penyembuhan luka sesuai waktu,
bebas drainase purulent atau eritema dan demam.
Pengertian Pembidaian
Saleh (2006), menyatakan bahwa pembidaian
(splinting) adalah suatu cara pertolongan pertama
pada cedera atau trauma pada sistem
muskuloskeletal yang harus diketahui oleh dokter,
perawat, atau orang yang akan memberikan
pertolongan pertama pada tempat kejadian
kecelakaan. Pembidaian adalah cara untuk
mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Fitch (2008), menyatakan bahwa pembidaian
mengimobilisasi ekstremitas yang mengalami cedera dan
melindungi dari cedera yang lebih lanjut, mengurangi
nyeri dan perdarahan serta digunakan untuk memulai
proses penyembuhan. Pemakaian pembidaian pada
pasien rawat jalan termasuk didalamnya fraktur,
dislokasi dan sprain otot. Stabilisasi dari ektremitas yang
patah tulang dengan pembidaian membantu kesejajaran
tulang dan mengurangi ketidaknyamanan. Sesudah
dilakukan reduksi dari dislokasi, posisi anatomi dijaga
dengan pembidaian.
Tujuan Pembidaian
a. Untuk mencegah gerakan (imobilisasi) fragmen
patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
b. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada
jaringan lunak sekitar tulang yang patah
(mengurangi/mencegah cedera pada pembuluh
darah, jaringan saraf perifer dan pada jaringan
patah tulang tersebut).
c. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang
timbul.
d. Untuk mencegah terjadinya syok.
Tipe-tipe Bidai atau
Splin
Gilbert (2011) menyatakan bahwa pembidaian
membantu mengurangi komplikasi sekunder dari
pergerakan fragmen tulang, trauma neurovaskular dan
mengurangi nyeri. Ada beberapa macam splint, yaitu:
a. Hard splint (bidai kaku)
b. Soft splint (bidai lunak)
c. Air slint atau vacuum splint
d. Traction splint (bidai dengan traksi)
Komplikasi Pembidaian
Saleh (2006) menyatakan bahwa komplikasi
pembidaian biasanya timbul bila kita tidak melakukan
pembidaian secara benar, misalnya;
a. Bisa menekan jaringan saraf, pembuluh darah atau
jaringan dibawah bidai yang bisa memperparah
cedera yang sudah ada, bila dipasang terlalu ketat.
b. Bila bidai terlalu longgar bisa menimbulkan
kerusakan pada saraf perifer, pembuluh darah, atau
jaringan sekitarnya akibat pergerakan ujung ujung
fragmen patah tulang.