TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
dan/atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa (Ningsih, 2009).
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang
jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan
kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka
yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intraseluler. Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam
cancellous (Spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (Tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
pendek.
terdiri dari tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungssi tulang dan terletak dalam
osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak)
2013).
jaringan lunak.
pergerakan).
(hema topoiesis).
a. Kekerasan langsung
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
Fraktur Perubahan
Status Kesehatan
Diskontinuitas
tulang
Pergeseran
Laserasi Fragmen Kurang
Kulit Tulang Informasi
Perubahan Jar.
Sekitar
Gangguan
fungsi Tulang
Gangguan
Mobilitas
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih, (karena kulit masih
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
tulang.
c. Fraktur Spiral : Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
d. Fraktur Kompresi : Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
a. Fraktur Komunitif : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
(Wahid, 2013).
2.1.6. Komplikasi
a. Komlikasi Awal/Dini
a) Kerusakan Arteri
b) Kompartement Syndrom
jaringan parut.
d) Infeksi
e) Avaskuler Nekrosis
a) Delayet Union
b) Non Union
kurang.
c) Mal Union
2.1.7. Terapy
1. Fraktur Terbuka
dan disertai perdarahan yang heat dalam waktu 6-8 jam (golden period).
a. Pembersihan luka
c. Hectting situasi
d. Antibiotik
2. Fraktur Tertutup
a. Rekognisis/Pengenalan
selanjutnya.
b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
c. Retensi/Immobilisasi
d. Rehabilitasi
2.2.1. Pengkajian
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini
dibagi atas:
1. Pengumpulan Data
A. Anamnesa
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah nyeri. Nyeri
presifitasi nyeri.
digambarkan klien.
3) Region
4) Severity
5) Time
klien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
f. Riwayat Psikososial
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
serta bau faces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada eliminasi
5) Pola Aktivitas
gangguan.
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
B. Pemeriksaan Fisik
seperti :
maupun bentuk.
a) System Integumen
b) Kepala
c) Leher
menelan ada.
d) Muka
terjadi perdarahan).
f) Telinga
Tes bisk atau weber dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan
g) Hidung
i) Thoraks
j) Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainya.
- Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
k) Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi
l) Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tidak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
b. Keadaan Lokal
Pulse, Pergerakan)
c. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan Laboratorium
tulang
- Pemeriksaan Lain-lain
terjadi infeksi
Elektromyografi : terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
(Wahid, 2013).
kongestif).
tulang.
penggunanaan edema/nyeri.
kelelahan otot.
kontrol terhadap
nyeri yang
mungkin
berlangsung lama
nyeri.
penghambat
rangsangan nyeri
8. Menilai masalah
8. Evaluasi keluhan nyeri
perkembangan
(skala, petunjuk verbal dan
klien.
non verbal, perubahan tanda-
tanda vital)
penyesuaian
keketatan
bebat/spalk.
keadaan hambatan
arteri yang
menyebabkan
penurunan perfusi.
profilaktif untuk
menurunkan
thrombus vena.
klien.
kongestif).
Tujuan Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
darah dalam batas normal. sesuai keadaan klien drainase secret dan
menurunkan
kongesti paru
tromboemboli.
gangguan
pertukaran gas.
5. Evaluasi frekuensi
5. Adanya takipnea,
pernafasan dan upaya
dispnea dan
bernafas, perhatiakn adanya
perubahan mental
stridor, penggunaan otot
aksesoris pernafasan, merupakan tanda
sentral. pernapasan ,
mungkin
menunjukan
terjadinya embili
tonus otot,
mempertahankan
gerak sendi.
indikasi.
keterbatasan klien
(dekubitus,
atelektasis,
peneumonia)
mencegah
komplikasi
urinarius daan
konstipasi.
7. Berikan diet TKTP. 7. Kalori dan protein
yang cukup
diperlukan untuk
proses
penyembuhan dan
mempertahankan
fungsi fisiologis
tubuh.
tekanan yang
relative konstan
pada imobilitas.
jaringan akibat
kontaminasi fekal.
pen/traksi.
tulang.
dapat digunakan
secara prifilaksis,
mencegah atau
mengatasi infeksi.
Toksoit tetanus
untuk mencegah
infeksi tetanus
3. Kolaborasi pemberian
3. Leukositosis
antibiotic dan toksid
biasanya terjadi
tetanus sesuai indikasi
pada proses
peningkatan LED
osteomelitis.
sensitivitas infeksi.
luka/serum/tulang)
mengikuti prodram
pembelajaran
dalam perencanaan
dan pelaksanaan
program terapi
fisik.
intervensi lebih
lanjut
mengatasi masalah
sesuai kondisi
klien.
yang spesifik tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada perawatan lain untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memperoleh :
2013).