Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (price&wilson, 2006)

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang /osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat
trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam
posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

Angka kejadian fraktur femur keseluruhan adalah 11,3 dalam 1000


per tahun. fraktur pada laki-laki adalah 11,67 dalam 1000 per tahun,
sedangkan pada perempuan 10,65 dalam 1000 per tahun. dibeberapa belahan
dunia akan berbeda status sosiol ekonomi dan metodelogi yang digunakan di
area penelitian (Mahartha, 2014)

B. Tujuan khusus dan Umum


 Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyusunan makalah tentang fraktur femur mahasiswa


diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
fraktur femur.

 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan definisi fraktur femur

2. Menjelaskan etiologic fraktur femur

3. Menjelaskan patofisiologi fraktur femur

4. Menjelaskan WOC fraktur femur


5. Menjelaskan manifestasi klinis fraktur femur

6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang fraktur femur

7. Menjelaskan penatalaksanaan fraktur femur

8. Menjelaskan asuhan keperawatan fraktur femur


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (price&wilson, 2006)

Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu
bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa
tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas, batang
femur dan ujung bawah (Mansjoer, 2000)

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang /osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat
trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam
posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

2.2 Etiologi

penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Sachdeva (1996),

1. Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:


a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses
penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur
dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.3 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al,
1993).

2.4 WOC

2.5 Manifestasi Klinis


1. tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. nyeri pembengkakan
3. terdapat trauma
4. gangguan fungsi anggota gerak
5. deformitas
6. kelainan gerak
7. krepitasi atau gejala lain
8. Nyeri hebat di tempat fraktur
9. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
10. Rotasi luar dari kaki lebih pendek

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. X-ray : menentukan lokasi atau luasnya fraktur
2. Scan tulang : memperlihatkan fraktur ,mengidentifikasikan kerusakan
jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
faskuler.
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat,menurun
pada perdarahan,peningkatan leokosit sebagai respon terhadap
peradangan.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
6. Profil Koungulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah,transfusi, atau cendera hati.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari


patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar
tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan
waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu
yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi
(Corwin, 2010).
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat
dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:

1. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha
untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi
menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi
sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai
diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah
pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah
pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang
dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.
2. Fiksasi Interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna
merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang
disertai komplikasi (Djuwantoro, 1997).
3. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk
membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.
Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang
patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih
kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut (Anonim ,
2010).
2.8. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
 Identitas Klien
Usia : Semua umur
Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
Pekerjaan : lebih banyak diderita oleh pekerja bangunan
Keluhan Utama : tidak dapat menggunakan anggota gerak, terdapat trauma,
gangguan fungsi anggota gerak, Nyeri hebat di tempat fraktur , Tak mampu
menggerakkan ekstremitas bawah
 Review Of System :
B 1 (Breath) : RR >20x menit
B 2 (Blood) : Nadi>100x/menit TD 120/80 mmhg
B 3 (Brain) : tidak didapatkan keluhan
B 4 (Bladder) : tidak didapatkan keluhan
B 5 (Bowel) : tidak didapatkan keluhan
B 6 (Bone) : Nyeri Akut pada ekstermitas bawah, gangguan fungsi
anggota gerak, Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah. Adanya luka,
luka warna kemerahan.
P :nyeri karena post-op
Q :nyeri terasa cekot-cekot
R :nyeri dibagian luka bekas operasi
S :skala > 5 (VAS 0-10)
T :ketika beraktivitas

2.7 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur


adalah sebagai berikut:

1) Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
2) Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup).
3) Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010) Hidupku Sehat. Jakarta: EGC

Djuawantoro, D. (1997) Fraktur Batang Femur. No 120: Cermin Dunia


Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2010). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media

Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Jakarta: Media Acscupius.

Price & Wilson (2006) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b/d spasme Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada klien 1. Agar keluarga pasien
otot, gerakan fragmen tulang, keperawatan selama 3x24 jam penyebab nyeri dan cara atau pasien mengerti
edema, cedera jaringan lunak, diharapkan nyeri klien mengatasi nyeri. dengan cara mengatasi
pemasangan traksi, berkurang, dengan kriteria hasil 2. Berikan kompres dingin nyeri.
stress/ansietas. Ditandai dengan : selama fase akut (24-48 jam 2. Mengurangi nyeri dan
Klien mengatakan merasa nyeri - klien kooperatif pertama) sesuai keperluan. mencegah malformasi.
pada bagian kaki yang cedera, - skala nyeri berkurang < 3 3. Ajarkan latihan gerak 3. Mempertahankan kekuatan
nyeri dikarenakan post-op, rasa - Nadi Normal 90-100 x/mnt pasif/aktif. otot dan meningkatkan
terasa cekot-cekot dibagian -klien merasa nyaman saat 4. Bantu klien untuk sirkulasi vaskuler.
luka bekas operasi, skala nyeri beraktivitas. melakukan imobilasasi 4. Meningkatkan sirkulasi
> 5 (VAS 0-10) ketika bagian yang di pasang umum, menurunakan area
beraktivitas. TD >120/90 dengan gips, traksi dengan tekanan lokal dan kelelahan
mmHg, RR >20 x/mnt, S 36,5- tirah baring otot.
37,5 5. Tinggikan posisi 5. Menurunkan edema dan
ekstremitas yang terkena. mengurangi rasa nyeri.
6. Ajarkan penggunaan teknik 6. Mengalihkan perhatian
manajemen nyeri (latihan terhadap nyeri,
napas dalam, imajinasi meningkatkan kontrol
visual, aktivitas terhadap nyeri yang mungkin
dipersional) berlangsung lama.
7. Kolaborasi pemberian 7. Menurunkan nyeri melalui
analgetik sesuai indikasi. mekanisme penghambatan
rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perifer.
Gangguan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan tempat tidur a. Menurunkan risiko
2. fraktur terbuka, pemasangan keperawatan selama 3x24 jam yang nyaman dan aman kerusakan/abrasi kulit yang
traksi (pen, kawat, sekrup). diharapkan luka sedikit (kering, bersih, alat tenun lebih luas. Meningkatkan
Ditandai dengan adanya luka, membaik, dengan kriteria kencang, bantalan bawah sirkulasi perifer dan
terlihat warna kemerahan pada hasil : siku, tumit). b. Menurunkan risiko
bagian luka, TD >120/80mmHg, - Klien Kooperatif b. Masase kulit terutama kerusakan/abrasi kulit yang
Nadi>100x/menit -Tidak ada daerah penonjolan tulang lebih luas.
- Klien menyatakan dan area distal bebat/gips. c. Meningkatkan sirkulasi
ketidaknyamanan hilang, c. Lindungi kulit dan gips pada perifer dan
menunjukkan perilaku tekhnik daerah perianal
untuk mencegah kerusakan d. Observasi keadaan kulit,
kulit/memudahkan penekanan gips/bebat
penyembuhan sesuai indikasi, terhadap kulit, insersi
mencapai penyembuhan luka pen/traksi.
sesuai waktu/penyembuhan lesi
terjadi
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan perawatan pen a. Mencegah infeksi
ketidakadekuatan pertahanan keperawatan selama 3x24 jam steril dan perawatan luka sekunderdan mempercepat
primer (kerusakan kulit, taruma diharapkan tidak terjadi infeksi sesuai protokol penyembuhan luka.
jaringan lunak, prosedur dengan kriteria hasil : b. Ajarkan klien untuk b. Meminimalkan kontaminasi.
invasif/traksi tulang). Ditandai - Klien mencapai penyembuhan mempertahankan sterilitas Antibiotika spektrum luas
dengan tampak luka, luka luka sesuai waktu, bebas insersi pen. atau spesifik dapat
tampak memar, TD drainase purulen atau eritema c. Kolaborasi pemberian digunakan secara
>120/80mmHg, dan demam antibiotika dan toksoid profilaksis, mencegah atau
Nadi>100x/menit tetanus sesuai indikasi. 4. mengatasi infeksi. Toksoid
Analisa hasil pemeriksaan tetanus untuk mencegah
laboratorium (Hitung infeksi tetanus.
darahlengkap, LED, c. Leukositosis biasanya
Kultur dan sensitivitas terjadi pada proses infeksi,
luka/serum/tulang) anemia dan peningkatan
d. Observasi tanda-tanda LED dapat terjadi pada
vital dan tanda-tanda osteomielitis. Kultur untuk
peradangan lokal pada mengidentifikasi organisme
luka. penyebab infeksi.
d. Mengevaluasi
perkembangan masalah
klien.
1.1 Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS : NyeriAkut Cedera Fraktur
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian
kaki yang cedera Merangsang pelepasan mediator
kimia (bradikinin)
P :nyeri karena
post-op
Q :nyeri terasa
Nyeri Akut
cekot-cekot
R :nyeri dibagian
luka bekas
operasi
S :skala > 5
(VAS 0-10)
T :ketika
beraktivitas

DO :
- Adanya cedera pada kaki
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak berhati-hati saat mengganti
posisi
- TD: 130/90 N: 110x/mnt

3 DS :- Gangguan integritas kulit Pergeseran fragmen tulang


DO :
-adanya luka Spame otot
-terlihat warna kemerahan pada bagian luka
- TD: 120/80 N: 100x/mnt Peningkatan tekanan kapiler

Pelepasan histamin

Protein plasma hilang


Edema

Penekanan pembuluh darah

Putus vena atau arteri

Kerusakan Integritas Kulit

4 DS :- Resiko infeksi Pergeseran fragmen tulang


DO :
- tampak luka Spame otot
- luka tampak memar
- TD >120/80mmHg Peningkatan tekanan kapiler
- Nadi>100x/menit
Pelepasan histamin

Protein plasma hilang


Edema

Penekanan pembuluh darah

Putus vena atau arteri

Resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai