PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur ekstremitas dapat terjadi pada bagian femur dan ramus pubis.
trauma seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan lalu lintas (Desiartama &
panggul dan pubis. Tulang ini merupakan tempat dimana otot- otot melekat dan
penahan badan dalam posisi duduk (Simin, 2012). Selain trauma, fraktur bisa
femur sebesar 50% kasus dan kematian sebesar 30% menyebabkan kecacatan
seumur hidup, pelvis sebesar 10% menyebabkan cedera rangka dan jaringan
lunak. Sedangkan di Indonesia dari hasil survey tim Depkes RI angka kejadian
patah tulang cukup tinggi yakni terdapat 25% penderita fraktur yang mengalami
kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress pikilogis seperti
(2011) dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat
kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 18.138 orang
1
mengalami fraktur cruris dan 970 orang mengalami fraktur pada pubis
orang mengalami insiden fraktur tahun 2009, dimana kecacatan fisik 56%,
kematian 24%, yang sembuh 15% dan gangguan psikologis atau cemas terhadap
2009). Sedangkan data rekam medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang, menunjukkan
angka kejadian fraktur femur sebanyak 103 kasus dan fraktur pelvis sebanyak 15
kasus tahun 2014, kemudian fraktur femur menurun terdapat 83 kasus dan
fraktur pelvis meningkat sebanyak 16 kasus tahun 2015, fraktur femur sebanyak
65 kasus dan fraktur pelvis sebanyak 12 kasus tahun 2016, kemudian fraktur
femur meningkat terdapat 113 kasus dan fraktur pelvis sebanyak 17 kasus tahun
2017, lalu fraktur femur meningkat lagi terdapat 128 kasus dan fraktur pelvis
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
C. Manfaat
bawah
bawah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali
tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang
putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi
B. Etiologi
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi
retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun.
Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang
tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah
dibedakan menjadi:
1. Cedera traumatik
4
a. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang
2. Fraktur patologik
minor mengakibatkan :
terkendali
c. Rakhitis
C. Manifestasi Klinis
5
D. Tanda Dan Gejala
1. Deformitas
yang nyata.
2. Pembengkakan
sekitar.
3. Memar
4. Spasme otot
5. Nyeri
sekitarnya.
6
6. Kehilangan fungsi
8. Perubahan neurovaskular
struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau
kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
9. Syok
E. Patofisiologi
dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak
saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka
tulang dapat pecah berkeping- keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat
pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan
spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur.
7
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun
bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada
otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut
(membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari
terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak
atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma
tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan
yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi,
penyembuhan tulang.
F. Klasifikasi fraktur
Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan
fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
8
3. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
1. Fraktur tertutup
luka pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang
2. Fraktur terbuka
lainnya.
3. Fraktur kompleksitas
terjadi dislokasi
9
G. Komplikasi fraktur
1. Cedera saraf
pucat dan tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada
2. Sindroma kompartemen
oleh jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan
terjadi secara progresif pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan oleh
10
faktor-faktor internal seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang
lebih lanjut.
3. Kontraktur Volkman
perlahan diganti oleh jaringan fibrosa yang menjepit tendon dan saraf.
H. Pemeriksaan Diagnostik
vaskuler.
11
I. Penatalaksanaan
semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi,
misalnya menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur
klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya
dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu. Hal ini dilakukan pada patah
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi di dalam gips. Cara kelima berupa
reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Cara keenam berupa
operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi
interna yang biasa disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).
Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis
antara lain :
12
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang
2. Reduksi
tulang menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen,
3. Retensi
4. Rehabilitasi
13
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin.Setelah
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur ekstremitas dapat terjadi pada bagian femur dan ramus pubis.
trauma seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan lalu lintas (Desiartama
& Aryana, 2017). Sedangkan fraktur ramus inferior os pubis adalah terputus
panggul dan pubis. Tulang ini merupakan tempat dimana otot- otot melekat dan
fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih
utuh diatas lokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya
kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
B. Saran
15