Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“FRAKTUR”

DiSusun Oleh :
Kelompok 7

Charlinda Desta RS : 2020-0305-030


Jessisca okololy : 2020-0305-027
Royani : 2020-0305-029
Wayan Rindang Sulistiawati : 2020-0305-028

JURUSAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2020
1. Definisi fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Nurarif &
Kusuma, 2015). Menurut Hastriati (2019), fraktur adalah terputusnya kontinitas tulang
yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang mengakibatkan oedema dan
kerusakan pembuluh darah.

Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang,


sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat
menimbulkan respon berupa nyeri. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun, biasanya berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Pada orang
tua, wanita lebih sering mengalami fraktur dari pada laki-laki berkaitan dengan perubahan
hormone pada saat menopause sehingga meningkatkan insiden osteoporosis. Nyeri
tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan
secara verbal maupun non verbal. Padahal rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan
dasar individu dan merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di
rumah sakit (Mediarti & Rosnani, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya


kontinuitas tulang dana tau tulang rawan yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik dan biasanya disertai cedera jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot,
tendon, pembuluh darah dan persyarafan.

2. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan
sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan
akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya
retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi
disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang
terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio
dkk,2014).
Penyebab fraktur menurut Hastriati (2019) dapat dibedakan menjadi:
a. Langsung, akibat proses patologik (Fraktur tejadi atau trauma akibat
kecelakaan bermotor Benturan dan cedera, seperti jatuh atau trauma akibat
kecelakaan bermotor.
b. Tidak langsung
 Fraktur patologi dapat disebabkan karena kelemahan tulang akibat
penyakit kanker
 Fraktur karena letih atau karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energi seperti karena berjalan kaki terlalu jauh.
 Penyakit-penyakit lain seperti astreumelitis

3. Manifestasi Klinis

Menurut Black dan Hawks (2014) Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi
klinis klien, riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis. Tanda dan gejala
terjadinya fraktur antara lain:

a. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokas
fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas
rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat
memiliki deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada
lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan
lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur,
intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri
biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi
karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur
sekitarnya.
f. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga
dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar
fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular
yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak
teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
j. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok.

4. Klasifikasi fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur
tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka
dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas
pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak,
saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3 harus sedera
ditangani karena resiko infeksi.
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:

a. Fraktur tertutup

Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan
dengan bagian luar.

b. Fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada
daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga
ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
membuat tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih
cepat karena terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.

c. Fraktur kompleksitas

Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas terjadi
patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi.

Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain:


a. Fraktur transversal

Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Fraktur ini , segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direkduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen ini akan stabil dan
biasanya dikontrol dengan bidai gips.

b. Fraktur kuminutif

Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua
fragmen tulang.

c. . Fraktur oblik

Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap tulang.

d. Fraktur segmental

Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis ini
biasanya sulit ditangani.

e. Fraktur impaksi

Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang
yang berada diantara vertebra.

f. Fraktur spiral

Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas. Fraktur ini menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR

IDENTITAS KLIEN
a. Nama : Tn. Y
b. Umur : 20 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Status Perkawinan : Belum menikah
g. Alamat : Gunung sari, sidorejo
h. Suku Bangsa : Indonesia/ Jawa
i. No Registrasi : 01379882
j. Diagnosa Medis : Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinestra

RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan kaki kiri pasien tidak dapat digerakan
b. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengatakan kaki kiri pasien bagian paha tidak dapat digerakan dan terasa
nyeri saat digerakan, karena pasien mengalami kecelakan saat berangkat
mengantar susu kedelai.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya bersih, udaranya bersih, jauh
dari polusi udara

PENGKAJIAN FOKUS
a. Aiway
Jalan nafas paten, tidak ada lidah jatuh kebelakang, tidak adanya benda asing
pada jalan nafas, tidak ada edema pada mulut, tidak ada nyeri telan
b. Breathing
Pola nafas pasien efektif, Respiratory rate 22x/menit, tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada pernafasan cuping
hidung, saturasi oksigen 99% .
c. Circulation
Frekeunsi nadi 80x/menit, irama teratur, tekanan darah 100/80 mmHg, Capilary
Refill <2 detik, akral hangat, suhu 36,2, warna kulit sawo matang
d. Disability
GCS 15 dengan E5 V5 M5 reaksi pupil positif terhadap cahaya, pupil berdiameter
ka/ki 3mm/3mm (sama)
e. Exprosure
Kondisi klien aman, klien berada di IGD untuk dilakukan tindakan.

PEMERIKSAAN FISIK (PENDEKATAN HEAD TO TOE)


a. Keadaan umum : Kesadaran Composmentis
b. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Respirasi : 22x/menit
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,2˚C
c. Head to toe :
- Kepala : Mesocephal
- Muka : Pucat
- Mata : Kongjungtiva tidak animus, sclera tidak ikterik
- Hidung : Hidung simetris, bersih, tidak ada secret
- Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
- Mulut : Bersih
- Leher : Terpasang neckolar
- Dada :
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ic teraba di ICS ke 5 mid klavikula sinestra
Perkusi : Pekak
Auskultrasi : Bunyi jantung I dan II lup dup

Paru-paru :
Inspeksi : Tidak ada jejas di dada
Palpasi : Pengembangan dada kuat angkat ka/ki
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultrasi : Suara nafas vesikuler

- Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada jejas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Kuadran I sonor, Kuadran II, III, IV, Tympani
Auskultrasi : Bising usus terdengar 23x/menit

- Genitalia : Bersih terpasang DC


- Rectum : Tidak terkaji
- Ekstermitas atas kekuatan otot ka/ki : 5/5
- Ekstermitas bawah kekuatan otot ka/ki :

GENOGRAM
Keterangan :

:Laki-laki

:Perempuan

& :Sudah meninggal

:Pasien

:Tinggal serumah

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN NORMAL

Hematologi
Rutin
- Hemoglobin 13.6 13.5-17.5
- Hematokrit 42 33-
- Leukosit 10.5 45
4.5-11.0
- Trombosit 239 150-450
- Eritrosit 5.01 4.50-5.90
- Golongan Darah O
Hemostasis
- PT 14.5 10.0-15.0
- APTT 30.3 20.0-40.0
- INR 1.210
Kimia Klinik
Elekrolit
- Na darah 137 136-145
- Kal darah 3.1 3.3-5.1
- Clorida darah 10.2 98-106
- Glukosa darah 60-
sewaktu 40
Serologi Hepatitis
HBSAg Rapid Non Reactive Non Reactive

HASIL RONTGEN
Hasil :
- Tampak fraktur di OS Femur 1/3 tengah kiri
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
- Tak tampak klasifikasi abnormal
- Tak tampak erosi/destruksi tulang
- Tak tampak soft tissue mass/ sweilling
- Pergeseran sendir (-)
Kesimpulan : Fraktur OS Femur 1/3 tengah kiri
THERAPY

Jenis terapi Dosis Golongan

Cairan IV
Nacl 0,9% 20tpm Cairan elektrolit
Obat parenteral
Inj. Ranitidin 50mg Antasida
Inj. Cefazolin 1gr Antibiotik
Fenitoin 100mg Anti epilepsy
Inj. Metamizol 1gr Anti inflamasi

ANALISA DATA
Data Problem Etiologi

DS: Nyeri akut Agen cidera Fisik


Klien mengeluh nyeri pada
kaki kiri bagian paha
P: Nyeri bertambah saat di
gerakkan
Q: Nyeri seperti diremas-
remas
R: Nyeri pada bagian femur
1/3 tengah sinestra (di
sekitar pada kiri)
S: Skala nyeri 7
T: Hilang timbul
DO:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak
meringis kesakitan
TD: 100/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 36,2
DS: Hambatan Penurunan Kekuatan
Klien mengeluh kaki mobilitas fisik Otot
kirinya sulit untuk
digerakkan
DO:
- Kekuatan otot
ektremitas atas
ka/ki: 5/5,
ekstremitas bawah
ka/ki: 5/3
- Klien tampak
membutuhkan
bantuan orang lain
saat beraktifitas
DS: Resiko infeksi Adanya luka terbuka
Klien mengatakan bagian
paha klien sebelah kiri
tampak ada luka dan
merasa sakit.
DO:
- Leukosit 10.5
ribu/ul
- Suhu 36,2
- Tampak ada
kemerahan
- Klien tampak
menahan sakit

PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan - Berikan
keperawatan selama 8 jam penjelasan pada
di harapkan nyeri klien tentang
berkurang dan dapat penyebab nyeri
teratasi dengan kriteria - Mengkaji skala
hasil : nyeri
- Mengkaji skala - Ajarkan klien
nyeri P,QRST tentang teknik
- Skala nyeri mengurangi rasa
turun menjadi 4 nyeri
- Klien mampu - Obsservasi TTV
mengontrol - Kolaborasikan
nyeri dengan tim
medis dalam
pemberian
analgesik
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan - Berikan istirahat
Mobilitas Fisik keperawatan selama 8 jam yang cukup
di harapkan pasien mampu - Berikan latihan
memiliki cukup energi aktivitas secara
untuk beraktivitas dengan bertahap
kriteria hasil : - Bantu klien
- Klien mampu dalam
melakukan memenuhi
aktivitas kebutuhan
mandiri sesuai sesuai yang
kemampuan diinginkan
- Klien mampu
untuk
memenuhi
kebutuhan
dirinya sendiri
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindkaan - Observasi TTV
keperawatan selama 8 jam - Lakukan
di harapkan pasien tidak perawatan luka
terjaid infeksi dengan
kriteria hasil :
- Tidak ada
tanda-tanda
infeksi
- Luka bersih,
tidak lembab
dan tidak kotor

PENATALAKSANAAN/ IMPLEMENTASI

Diagnosa Hari, Implementasi Respon klien


tanggal, jam
1. Nyeri akut Senin, 16 Memberikan S:
November penjelasan kepada Klien bersedia untuk
2020, klien tentang mendengarkan
07.30 penyebab nyeri penjelasan dari perawat
O:
- Klien
tampak
meringis
kesakitan
- Klien
tampak
pucat

07.45 Mengkaji skala nyeri S:


P: Nyeri bertambah
saat digerakan
Q: Nyeri seperti di
remas-remas
R : Nyeri pada bagian
femur 1/3 tengah
sinesta
S: Skala nyeri 7
T: Hilang timbul

08.00 Mengajarkan teknik S: Klien bersedia


relaksasi nafas dalam mengikuti instruksi
perawat
O: Klien tampak
mengikuti apa yang
diajarkan oleh perawat
08.15 Mengobservasi S:
tanda-tanda vital O:
TD :100/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2˚C
RR : 22x/menit

2. Hambatan 08.30 Memberikan istirahat S : Klien mengatakan


mobilitas yang cukup kaki kirinya terasa
fisik nyeri sulit beristirahat
O:
- Klien
tampak sulit
beristirahat
- Klien
tampak
meringis
kesakitan
08.45 Membantu dalam S : Klien bersedia
beraktivitas untuk dibantu oleh
perawat dalam
beraktivitas
O : Klien tampak masih
sulit untuk beraktivitas

3. Resiko 09.15 Mengobservasi S : Klien bersedia


infeksi tanda-tanda vital O:
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/menit
S: 36,2
RR : 22x/menit

09.30 Memberikan S : Klien bersedia


perawatan luka O:
- Klien
tampak
meringis
kesakitan
- Luka bersih,
tidak ada
tanda-tanda
infeksi

EVALUASI

Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri Akut S : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
bagian paha
- P: Nyeri bertambah saat
digerakan
- Q : Nyeri seperti di remas-
remas
- R : Nyeri pada bagian fremur
1/3 tengah sinesta (disekitar
paha kiri)
- S : Skala nyeri 7
- T : Hilang timbul
O : Klien tampak meringis kesakitan
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2. Hambatan Mobilitas Fisik S : Klien mengeluh kaki kirinya sulit


digerakan
O : klien tampak sulit beraktivitas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

3. Resiko Infeksi S : Di bagian paha sebelah kiri klien ada


luka
O : klien tampak menahan sakit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
-Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.

Digiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah, Ed. I,
Yogyakarta: Rapha publishing
Hastriati, A.Y. (2019). Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentangcaraperawatan Pasien Fraktur
di Rsud Arifin Achmad. Fakultas Kedokteran 3(1), 25–33.

Mediarti, D., Rosnani., dan Seprianti, S. M. 2015. Pengaruh Pemberian Kompres Dingin
Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstermitas Tertutup di IGD RSMH Palembang
2012. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan2(3): 253-260

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Wiarto. Giri. 2017. Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai