SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh:
SYLVIA NOVITASARI
22030095
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka Praktik Profesi
Ners mahasiswa Stase Gawat Darurat Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta di Ruang IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul mulai
tanggal 26 Desember – 30 Desember 2022.
Mengetahui:
( ) ( )
A. Pengertian
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang,
radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu
menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang
pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (Black and Hawks, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun
karena adanya kelainan patologis (Pelawi dan Purba, 2019). Fraktur tertutup (Closed),
terjadi bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut
juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa komplikasi (Wahid, 2013).
Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar) karena itu
sering disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien
jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi
pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang
intraartikular (Dani, 2012).
Fraktur Smith atau Fraktur Colles adalah fraktur metafisis distal radius, biasanya
terjadi 3 sampai 4 cm dari permukaan sendi dengan angulasi volar apeks fraktur
(deformitas garpu perak/ silver fork deformity), dislokasi fragmen distal ke arah dorsal,
dan disertai pemendekan radius. Fraktur Colles dapat dengan atau tanpa disertai fraktur
styloideus ulnae (Hoppenfeld, 2015).
B. Etiologi
Menurut, (Hoppenfeld, 2013) etiologi fraktur colles diakibatkan karena jatuh
dengan menumpu pada tangan yang mengakibatkan fraktur dan dislokasi radius distal.
Menurut (Sjamsujidajat, 2014) etiologi fraktur colles paling sering ditemukan di
kehidupan normal karena jatuh bertumpu tangan.
Etiologi dan Faktor Resiko :
1. Usia lanjut
2. Postmenopause
3. Massa otot rendah
4. Osteoporosis
5. Kurang gizi
6. Olahraga seperti sepakbola dll
7. Aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding
8. Kekerasan
9. ACR (albumin creatinin ratio) yang tinggi
Efek ini kemungkinan disebabkan oleh gangguan sekresi 1,25 hidroksi vitamin D yang
menyebabkan malabsorpsi kalsium (Dani, 2015).
Fraktur Smith
Paralisis Gangguan
Hematoma
integritas kulit
Resiko Tinggi
trauma Penekanan pada serabut
syaraf
Nyeri Akut
F. Pemeriksaan Penunjang
Istanah, (2017) memaparkan, pemeriksan diagnostic pada penderita fraktur antara
lain:
1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih
jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon terhadap
peradangan.
G. Penatalaksanaan
Menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis antara lain :
1. Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk
mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan
lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduksi
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka. Reduksi
tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur
kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis normal.
Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi
interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alatalat tersebut
dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open Reduction Internal
Fixation).
3. Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau
traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur.
H. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. B1: Breath (Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea)
b. B2: Blood (Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, Suara jantung
bisa terdengar pada VF, Tekanan darah meningkat, Saturasi oksigen bisa
menurun < 90%)
c. B3: Brain (Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat
dan orang)
d. B4: Bladder (Produksi urine menurun, warna urine normal, oliguria, anuria)
e. B5: bowel (Konstipasi)
f. B6: Bone (Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2det RT > 2detik, diaforesis,
kelemahan.
2. Pengakajian sekunder
a. Kualitas Nyeri : Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan atau kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada
nyeri akibat kerusakan saraf dan spasme/kram otot.
b. Lokasi dan radiasi : terlokalisasi pada area jaringan atau kerusakan tulang yaitu
pada ekstermitas atas.
c. Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan.
d. Lamanya dan faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari
20 menit, tidak menurun dengan istirahat ataupun perubahan posisi.
e. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan,
tekanan darah meningkat, dispnea, pening, tanda respon vasomotor meliputi :
mual, muntah, pingsan, kulit dingin dan lembab.
f. Pemeriksaan fisik : Harus diperhatikan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu
Pain, palor, parestesia, pulse, pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskukuluskletal adalah:
- Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(1) Jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi
(2) penampakan kurang lebih besar uang logam. Diameternya bisa sampai
5cm yang di dalamnya berisi bintik-bintik hitam.
(3) Fistulae warna kemrahan atau kebiruan (livide) atau hipergigmentasi.
(4) Benjolan pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal).
(5) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas).
(6) Posisi jalan
- Feel ( palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai
dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah :
(1) Perubahan suhu di sekitar trauma (hangat) kelembaban kult. Capillary
refill time Normal 2 detik.
(2) Apabila ada pembekakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema
terutama disekitar persendian.
(3) Nyeri tekan( tendernes), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,
tengah, atau distal). Otot : Tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi,
benjolan yang terdapat dipermukaan atu melekat pada tulang. Selain itu
juga diperiksa status neurevaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat
benjolan perlu di deskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan tehadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan
ukurannya.
(4) Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Setelah melakukan
pemeriksaan feel , kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan
lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan
sesudahnya (Wahid, 2013).
1. Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2015).Community health nursing: promoting
and protecting the public’s health. 7th Ed.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
2. Apley, A. Graham. 2015. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.Jakarta: Widya
Medika.
3. Budiasmita, F., Heryati, A., & Attamimi, L. (2014). Fraktur radius ulna. Diunduh dari:
http://scribd.com.
4. Solomon & Appley, A.G. 2015. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley.Jakarta:Widya Medika.
5. Black, J.M. and Hawks, J. H. (2014) Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. 8th edn. Jakarta: Salemba Medika.
6. Istanah, U. (2017) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
7. Pelawi, A. dan Purba, J. S. (2019) ‘Teknik Pemeriksaan Fraktur Wrist Join Dengan Fraktur
Sepertiga Medial Tertutup’, Jurnal Radiologi, 7(1), pp. 22–27.
8. Wahid, A. (2013) Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Ssitem Muskuloskeletal. Jakarta:
Sagung Seto.
9. PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
1st edn. Jakarta sekatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
10. PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
11. PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. Jakarta: DPP PPNI.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya 99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id
Tanggal
Nama Mahasiswa Sylvia Novitasari -12-2022
Pengkajian
IGD RSUD Panembahan Sumber
Tempat Praktik Keluarga dan RS
Senopati Bantul Informasi
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 30-10-1970
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnose Medis : Closed Fraktur Smith
No. Rm : 230XXXX
Tanggal pengkajian : 26 Desember 2022
Ruang : IGD
Sumber Informasi : Keluarga pasien, dan Rekam Medis
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada ekstermitas atas dan untuk melakukan gerak sulit, kesadaran
compos mentis
C. Primary Survey
1. Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas
2. Breathing : Pasien tidak terpasang O2
3. Circulation : TD: 159/114 mmHg, N: 89 x/mnt, , CRT <3 dtk,
4. Disability : Kesadaran compos mentis, ADL dibatasi
5. Eksposure : terpasang infuse RL 20 tpm
D. Secondary Survey
1. Riwayat Keluhan Saat ini
Pasien mengatakan nyeri ekstermitas atas dan sulit gerak
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut keluarga, pasien mengalami nyeri pada ekstermitas atas sejak jatuh
3. Riwayat Keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
4. Genogram
Keterangan :
Perempuan
Garis perkawinan
Laki-laki Garis keturunan
1: Alat bantu,
- Nyeri : Nyeri
- Severity : skala 5
- Time : berulang
lengkap
1 Senin 26-12-2022 DS: pasien mengeluh nyeri pada tangan kiri Nyeri akut Trauma langsung Sylvia
09.00 WIB - P : Jika tangan kiri digerakkan
- Q : Nyeri seperti ditarik dan ditindih
barang berat Fraktur
- R : Nyeri terasa pada tangan kiri
- S : Skala nyeri 5 Pergeseran fragmen
- T : Nyeri terasa secara terus menerus tulang
DO:
- Pasien terlihat meringis kesakitan
- Kesadaran : compos mentis Pelepasan histamin
- TD : 159/114 mmHg
- RR : 20 x/mnt
- Nadi : 89 x/menit Merangsang nosiseptori
- Suhu : 36,7 °C (reseptor nyeri)
- SPO2 : 99%
- Deformitas, luka (- )
Nyeri Akut
Nyeri
2 Senin 26-12-2022 10.30 S: Pasien mengatakan sulit untuk bergerak karena nyeri pada tangan kiri Sylvia
O:
- Pasien tampak cemas saat bergerak
- Pasien tampak meringis menahan sakit
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terpasang infuse tangan kanan RL 20 tpm
- Kesadaran : compos mentis
- TD : 159/114 mmHg
- RR : 20 x/mnt
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36,7 °C
- SPO2 : 99%
A: Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan di ruang rawat oleh perawat RS(MRS)