OLEH:
Victoria Zepa Zada
9102320001
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi
Menurut Kemenkes (2018), kanker nasofaring adalah kanker yang muncul pada
daerah nasofaring (area diatas tenggorokan dan di belakang hidung), yang menunjukkan
bukti adanya diferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastruktur.
Kanker nasofaring adalah kanker yang muncul pada lapisan luar nasofaring, yaitu
bagian belakang hidung dan balik langit-langit rongga mulut (faring) (Mardah, 2016).
B. Etiologi
Menurut Susila (2014), penyebab dari kanker nasofaring adalah:
1. Makanan berpengawet
Adanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat memberikan
efek mutagenic bagi masyarakat
2. Genetik
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma nasofaring meningkatkan risiko
penyakit.
3. EBV (Virus Epstein-Barr)
Virus umumnya ini biasanya menghasilkan tanda-tanda dan gejala ringan, seperti
pilek. Kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi mononucleosis. Virus Epstein-Barr
juga terkait dengan beberapa kanker langka, termasuk karsinoma nasofaring.
4. Merokok
Zat nikotin dan tar yang ada di rokok mengandung zat karsinogen yang memicu
terjadinya kanker.
5. Jenis kelamin
Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
6. Ras
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Asia dan Afrika Utara. Di
Amerika Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker,
dibandingkan orang Asia kelahiran Amerika.
C. Patofisiologi
Kanker nasofaring merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari
sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai
pada salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan
jaringan sekitarnya. Lokasi yang paling sering menjadi awal terbentuknya karsinoma
nasofaring adalah pada fosa Rossenmuller. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa
sekitarnya kemudian terjadi perlahan, seperti layaknya metastasis lesi karsinoma
lainnya. Penyebaran kanker nasofaring dapat berupa penyebaran ke atas Tumor meluas
ke intrakranial menjalar sepanjang fosa medialis, disebut penjalaran Petrosfenoid,
biasanya melalui foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus, fosa kranii media
dan fosa kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N. I dan N. VI).
Kumpulan gejala yang terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis
tumor ini disebut Sindrom Petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan
neuralgia trigeminal (parese N. II - N.VI). Penyebaran ke belakang Tumor meluas ke
belakang secara ekstrakranial menembus fascia faringobasilaris yaitu sepanjang fosa
posterior (termasuk di dalamnya foramen spinosum, foramen ovale dan sebagainya), di
mana di dalamnya terdapat N. IX dan XII; disebut penjalaran retroparotidian. Yang
terkena adalah grup posterior dari saraf otak yaitu N. VII dan N. XII beserta nervus
simpatikus servikalis. Kumpulan gejala akibat kerusakan pada N. IX dan N. XII disebut
Sindrom Retroparotidean/Sindrom Jugular Jackson. Nervus VII dan VIII jarang
mengalami gangguan akibat tumor karena letaknya yang tinggi dalam sistem anatomi
tubuh. Penyebaran ke kelenjar getah bening merupakan salah satu penyebab utama
sulitnya menghentikan proses metastasis suatu karsinoma. Pada karsinoma nasofaring,
penyebaran ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma
kelenjar getah bening pada 12 lapisan submukosa nasofaring. Biasanya penyebaran ke
kelenjar getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di lateral retrofaring
yaitu Nodus Rouvierre. Di dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan berkembang biak
sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan pada leher bagian
samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri karenanya sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai
otot di bawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini
merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Limfadenopati servikalis merupakan gejala
utama yang mendorong pasien datang ke dokter. 4. Metastasis jauh sel-sel kanker dapat
ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya
jauh dari nasofaring. Yang sering ialah tulang, hati dari paru. Hal ini merupakan
stadium akhir dan prognosis sangat buruk.
D. WOC
Ikan yang Individu di Asia Meningkatkan Nikotin dan tar Banyak terjadi
Tenggara, Timur, HLA di dalam gen
diawetkan EBV Antigen (Ig merupakan zat pada laki-laki
Utara yang diturunkan
A class) karsinogen kegenerasi
selanjutnya
Pengawetan yang Gaya hidup :
tidak sempurna pada Banyak Memicu
Muncul tanda – merokok,
proses pengaraman mengonsumsi pertumbuhan
tanda EBV infeksion minuman
ikan asin sel abnormal
di sel neoplastik beralkohol, dan
lingkungan kerja
Jaringan abnormal di
Pertumbuhan sel
nasofaring bersifat Tidak ada Indikasi
Pertumbuhan Akibat dari infeksi abnormal
rapuh dan mudah Pertumbuhan sel MK Kemoterapi
sel abnormal virus EBV berdarah abnormal
Infiltrasi tuba
Sumbatan Akumulasi sekret eutansius
Darah keluar dari Pertumbuhan sel Nyeri pada
hidung yang pada nasal Metastase melalui
mulut dan hidung abnormal benjolan
menetap kelenjar getah
Gangguan fungsi bening
tuba
Hipervaskularisasi
Merangsang
Menekan syarat
Benjolan pada pengeluaran
Menutup jalan nafas Efusi telinga trigeminus
Adanya pembuluh leher dopamine, serotin,
tengah
darah kecil neurokinin tipe I
Metabolisme anaerob
menurun MK : Nyeri
kronis
ATP menurun
ADP menurun
Kelemahan
Penurunan kekuatan
otot
MK : Gangguan
mobilitas fisik
E. Gejala Klinis
Menurut Susila (2018), tanda dan gejala dari kanker nasofaring adalah:
1. Masa pada leher (post nasal drip, discharge, perdarahan, obstruksi)
2. Hidung (post nasal drip, discharge, perdarahan, obstruksi)
3. Telinga (tinnitus, discharge, nyeri telinga, kurang pendengaran)
4. Nyeri kepala
5. Mata (diplopia, strabismus, kebutaan)
6. Facial numbness
7. Gangguan menelan/berbicara
8. Penurunan berat badan
9. Tanda fisik Pembengkakan limfe leher
10. Pembengkakan limfe bilateral
11. Pembengkakan limfe hingga ke fossa supraklavikula
12. Cranial nerve plasy
13. Dermatomiositis
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Kemenkes (2018), pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :
1. Radiologi
CT Scan
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus frontalis
sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan dengan
kontras. Teknik pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit.
CT berguna untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta
penyebaran kelenjar getah bening regional.
USG abdomen
Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat keraguan pada
kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen dengan
kontras.
Foto Thoraks
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan maka
dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
Bone Scan
Untuk melihat metastasis tulang
2. Patologis
Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring BUKAN dari
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah bening
leher. Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.
3. Darah
Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
Alkali fosfatase, LDH
SGPT – SGOT
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soepardi et al (2012), penatalaksanaan metode pengobatan pada penderita
kanker nasofaring. Penatalaksanaan Stadium I Radioterapi, stadium II & III Kemoradiasi,
stadium IV dengan N < 6 cm Kemoradiasi, Stadium IV dengan N > 6 cm Kemoterapi dosis
penuh.
Menurut Sukardja (2012) terapi medik yang dapat digunakan untuk mengobati
karsinoma nasofaring ialah :
1. Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau
partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan sel
kanker. Radio terapi masih memegang peranan terpenting dalam pengobatan karsinoma
nasofaring Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan pengobatan tambahan
yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra siklin, faktor transfer, interferon,
kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam tubuh.
Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan
mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung rambut.
3. Terapi kombinasi
Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara kemo-
radioterapi dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang cukup
memuaskan dan memperlihatkan hasil yang memberi harapan kesembuhan total pasien
karsinoma nasofaring
4. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar
pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih. Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan,
tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi.
5. Trakeostomy
Pembedahan yang dilakukan pembuatan lubang pada trakea yang ada dileher
I. Analisa Data
Ambulasi dimulai
dari yang ditoleransi
diri
Ambulasi sederhana
dapat membantu
klien dalam proses
awal melakukan
ambulasi
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF (KOMUNITAS)
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. A (L/P)
2. Umur : 40 th
3. Alamat : Sby
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan :-
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku Bangsa : Jawa
9. Status Pasien : Rawat Inap
10. Status Rujukan : Dirujuk dari :
Datang sendiri :
11. Diagnosis Rujukan: Ca. Nasofaring
12. Data Keluarga Tinggal Satu Rumah:
No Nama Umur Gender Hub. Pendidika Pekerjaan Status
. (Inisial) (th) (L/P) dgn n Kesehatan
Pasien
1 Ny.B 48th P Istri SMA Wiraswasta
2 An.R 25th P Anak SMA Wiraswasta
3 An.Y 20 th L Anak SMA Wiraswasta
Keterangan
: Perempuan
:Laki- Laki
: Pasien
:Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Nyeri, sulit untuk berbicara dan menelan, lemas
3. Sistem Persarafan
a. Kesadaran : compos mentis GCS (EVM): E4 V5 M6
b. Pupil : √ Isokor ◊ Anisokor
Diameter : 3 / 3 mm Reflek cahaya : + / +
c. Reflek fisiologi : √ Ada ◊ Tidak
d. Reflek patologi : -
e. Gangguan persepsi sensorik : ◊ Ya √ Tidak Masalah Keperawatan
Pusing : …….. ◊ Ya √ Tidak Tidak ada masalah
Kebutuhan tidur : 7 jam/hari keperawatan
f. Lain-lain: Tidak ada
4. Sistem Perkemihan
a. Keluhan: ◊ Kencing menetes ◊ Inkontinensia ◊ Retensi
◊ Disuria ◊ Hematuria ◊ Anuria
b. Produksi Urine : 1200 ml/hari ◊ Warna: kuning jernih
√ Bau: amoniak Masalah Keperawatan
c. Intake cairan: ◊ Oral 100cc/hari Tidak ada masalah
◊ Parenteral : ……… cc/hari keperawatan
Status balance cairan: 1000 cc
d. Lain-lain: Klien mengatakan sulit makan dan minum karena nyeri telan yang
dirasakan
5. Sistem Pencernaaan
a. Terpasang NGT : ◊ Ya √ Tidak
Jumlah cairan keluar : - Karakteristik : -
b. Abdomen : ◊ Nyeri tekan ◊ Luka operasi ◊ Jejas ◊ Kolostomi
◊ Supel ◊ Flet ◊ Distensi
c. Bising usus : 18 kali/menit
d. Keluhan: Mual ◊ Ya √ Tidak
Muntah ◊ Ya √ Tidak Jumlah :
Nyeri telan: √ Ya ◊ Tidak
e. Diare / konsipasi / melena : -
Jumlah : - Karakteristik :-
f. Kebiasaan BAB: 4 kali/minggu.
g. Jadwal makan : 3 Kali/hari.
h. Jenis makanan: nasi, sayur, dan lauk
i. Porsi makan : 3-5 sendok makan ◊ Habis √ Tidak
j. Lain-lain: klien mengatakan nyeri pada saat makan dan minum.
Masalah Keperawatan
Nyeri akut, Defisit nutrisi
6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
a. Pergerakan sendi : √ Bebas ◊ Terbatas
b. Kelainan ekstremitas : ◊ Ya √ Tidak
c. Kelainan tulang belakang : ◊ Ya √ Tidak
d. Fraktur : ◊ Luas ◊ Bersih ◊ Kotor
e. Traksi/Spalk/Gips : ◊ Ya √ Tidak
f. Kompartemen sindrom : ◊ Ya √ Tidak
g. Kulit: ◊ ikterik ◊ Sianosis ◊ Kemerahan ◊ Hiperpigmentasi
h. Akral : √ Hangat ◊ Panas ◊ Dingin √ Kering ◊ Basah
i. Turgor : √ Baik ◊ Kurang ◊ Jelek
j. Luka jenis : ◊ Luas ◊ Bersih ◊ Kotor Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
k. Lain-lain: tidak ada keluhan
keperawatan
2. Kondisi emosional saat ini: marah / sedih / takut / stress / bingung / putus asa
harga diri rendah (HDR) / gangguan body image / menarik diri / lain-lain
3. Pemahaman tentang penyakit & harapan hidup
A. Pasien : Sudah tahu : sejak kapan? Sejak masuk RS
Fase: denial / anger / bargaining / depresi / acceptance
Belum tahu ingin tahu / tidak mau tahu
Tanggapan pasien tentang penyakitnya dan masa depannya:
Klien mengatakan takut kalau tidak bisa sembuh dan takut jiaka operasi yang diakan
dilakukan gagal
istr
Istri klien mengatakan selalu menguatkan suaminya dan mendoakan agar penyakit
yang diderita cepat membaik
4. A. Mood : normal / cemas / gangguan insight / preokupasi
B. Afek : serasi / tidak serasi
cobaan
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
V. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan pasangan pasien:
PNS / Swasta / Wirausaha / buruh / petani / pensiunan / dagang / tidak bekerja
2. Yang dominan merawat pasien sehari-hari :
√ Pasangan Tetangga
√ Anak √ Perawat / tenaga kesehatan lain
Orang tua Anggota keluarga lain
Tidak ada yang merawat
3. Hubungan pasien dengan lingkungannya: baik / menarik diri / isolasi sosial /
kurang interaksi / lain-lain ..............................................................................
4. Hubungan pasien dengan keluarganya: harmonis / konflik / lain-lain ..........
4. Bagaimana keadaan dan aktivitas pasien saat ini?
Masih mampu mengerjakan sendiri
√ Sebagian dengan bantuan orang lain
Dengan menggunakan alat bantu
Selalu tergantung orang lain
Hanya tiduran saja
Lain-lain (jelaskan!)
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
X. DIAGNOSIS MEDIS
A. Utama : Ca Tiroid
Stadium : II
Staging : T N M1
B. Paliatif
Nyeri : jenis : Nosiseptif somatic tulang
Nosiseptif somatic bukan tulang
√ Nosiseptif visceral
Deaferentasi : terus menerus / iontermitten
Apakah Saudara merasa nyeri sehubungan dengan penyakit Saudara derita sekarang?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Apakah Saudara dibedah satu bulan terakhir?
1. Ya
2. Tidak
Apakah Saudara mengalami nyeri (bukan nyeri biasa) satu minggu terakhir?
1. Ya
2. Tidak
DATA FOKUS
Riwayat nyeri : Ya Sejak : 1 minggu terakhir
Tidak
Frekuensi : Terus menerus
Kadang-kadang dengan gerakan
Istirahat Lain-lain
Lokasi (arsirlah!)
Kualitas : tajam / sharp √ aching / sakit √ throbbing / berdenyut
pressure like / seperti ditekan √ gnawing / perih sekali √
rasa tertarik / dragging rasa terjepit / squeezing
rasa seperti diremas nyeri kolik / coliky
pain burning / rasa terbakar stinging / sengatan listrik
seperti ditusuk / lancinating numb / matirasa / kaku
parestesi / kesemuatan
Skala nyeri
Surabaya, …………………………….
Perawat,
VICTORIA Z ZADA
ANALISIS DATA
No MASALAH
DATA ETIOLOGI
. KEPERAWATAN
1 Ds: Klien mengatakan nyeri yang Merangsang pengeluaran Nyeri akut
dirasakan seperti tertusuk dan hilang mediator inflamasi Hal 172 (D.0077)
tibul skala 3-5 pada daerah leher ↓
dserta bertamba parah jiaka menelan Merangsang bradikinin
sesuatu ↓
Do: Merangsang nosiseptor
- Terdapat bejolan pada pada leher ↓
- klien tampak tersiksa dan Impuls dikirim ke kornu
memejamkan matanya ketika ingin dorsalis medulla spinalis
menelan ludah karena merasakan ↓
nyeri, klien juga tidak bisa makan Impuls dikirim ke thalamus
↓
dan minum air dengan nyaman
Korteks cerebri
- Klien tampak meringis kesakitan ↓
- Skala nyeri 5 Interpretasi nyeri
- Klien tampak gelisah ↓
Nyeri akut
2. Ds: klien mengatakan nafsu makan Pembesaran pada tiroid Defisit nutrisi
sudah menurun sejak 1 bulan terakhir ↓ Hal 56 (D.0019)
dan mmengabiskan makanan 3-5 Gangguan mengunyah
sedok dalam sekali makan. ↓
Nyeri saat menelan
Do: ↓
- berat badan mengalami Nafsu makan berkurang
penurunan. ↓
- bising usus 18x/menit Intake tidak adekuat
↓
- membran mukosa pucat
Defisit nutrisi
- mukosa bibir kering
- ketika makan dan minum sakit
untuk menelan
- klien tampak lemah
SKORING MASALAH KEPERAWATAN: Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis
JURNAL
6. Berikan
kompres air
hangat dengan
suhu 30 - 45⁰C
selama 15
menit untuk
menurunkan
nyeri
berdasarkan
jurnal Zahroh
& Faiza
(2018), tentang
Pengaruh
Kompres
Hangat
Terhadap
Penurunan
Nyeri Pada
Penderita
Kanker.
(TANGGAL: 10-05-2021)
(TANGGAL: 12-04-21)
P : Intervensi dilanjutkan
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang telah didapatkan, meliputi data
pengkajian, hasil analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi dari proses asuhan
keperawatan paliatif yang telah dilakukan pada Tn. A.
4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil pada Tn. A yang berusia 40
tahunyang sudah menikan dengan Ny. B dan diberkai anak 2 orang. Saat dilakukan pengkajian
pada Tn. A dipatkan pasien galami Ca nasofaring yang di tandai dengan pasien mengeluh
terdapat benjolan pada area leher dan makin lam makin membesar serta mengalami nyeri pada
saat menelan dan saat menelan makanan 1 bulan terakhir mengalmi penurunan napsu makan
sengingan berdapak pada penurunan berat bada pasien, setelah dilakukan pemerikasan dipatkan
terdapat bejolan pada leher sengga pasien diagnosa mengalmi ca nasofaring dan di stadium II
dan di ajurkan opersi sehingga pasien di rawat ginap di RS.