Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NY.

E DENGAN GANGGUAN
SYSTEM PERSARAFAN MUSKULOSKELETAL (FRAKTUR)

DI RUANGAN NUSA INDAH 3 RSUD TUGUREJO

DISUSUN OLEH:

DIAN MAESARAH
2208003

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur merupakan rusaknya kontinuitas struktur tulang yang
menyebabkan pergeseran fragmen tulang hingga deformitas.Pada luka
fraktur dan luka insisi dapat terjadi edema dan nyeri yang
mengakibatkanketerbatasan lingkup gerak sendi,dan keterbatasan
klien dalam menumpuberat badannya sehingga seringkali klien
mengalami gangguan mobilitas fisik (celik,2018)
B. Etiologi
Menurut Suriya ( 2019) etiologi pada fraktur ialah Tekanan berlebihan
atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan
sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan
hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa
memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang
tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan
fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai
fraktur lengkap
C. Patofisiologi
Menurut Helmi ( 2016 ) Fraktur paling sering disebabkan oleh
trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai
tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang
tidak beraturan atau terjadi diskontinuitas di tulang tersebut.
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding
fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi
tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit
sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah
kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
pada fraktur femur terbuka biasanya akan ditemukan juga
kerusakan neurovaskular. Kondisi ini akan memberina manifestasi
peningkatan risiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan
darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi akan hilangnya
darah 500 cc dari sistem vaskular), maupun syok neurogenik
disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau
kerusakan saraf yang berjalan di bawah tulang femur. Kerusakan
fragmen tulang femur memberikan manifestasi pada hambatan
mobilitas fisik dan akan diikuti dengan adanya spasme otot paha yang
memberikan manifestasi deformitas khas pada paha yaitu pemendekan
tungkai bawah dan apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan
intervensi yang optimal maka akan memberikan risiko terjadinya
malunion pada tulang femur. Kondisi klinik dari fraktur femur terbuka
pada fase awal akan memberikan implikasi pada berbagai masalah
keperawatan pada pasien, meliputi respon nyeri hebat akibat rusaknya
jaringan lunak dan kompresi saraf, risiko tinggi injuri pada jaringan.
D. Pathways
E. Manifestasi klink
Manifestasi klinik fraktur menurut Muttaqin ( 2015 ) ialah
1. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat
menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat
menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau
angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat
memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan
sekitar.
3. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme
otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
5. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan
berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus ,
meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme
otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur
sekitarnya.
6. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang
terjadi.
7. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau
karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang
terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang
atau gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovascular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas
atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari
fraktur
10.Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar
atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur menurut suriya ( 2019 ) adalah
1. Reduksi
Reduksi fracture berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.Reduksi tertutup,
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.
Reduksi terbuka,dengan pendekatan bedah.Alat fiksasi internal
dalam bentuk pin,kawat,sekrup,plat,paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan
internal mempertahankan dan mengembalikan fungsi status
neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah,nyeri,
perabaan,gerakan.Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan
untuk penyatuan tulang yang mengalami fracture adalah sekitar 3
bulan.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeariksaan penunjang pada fraktur menurut Muttaqin ( 2015 ) ialah
1. Radiografi pada dua bidang : mencari lusensi dan diskontinuitas
pada korteks tulang.
2. Tomografi, CT scan, MRI (jarang).
3. Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotope: scan tulang
terutama berguna ketika radiografi atau CT scan memberikan hasil
negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis).
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
b) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, hubungan dgn pasien, alamat
2. Pengkajian
a) Alasan utama datang ke rumah sakit
b) Keluhan utama (saat pengkajian)
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan dahulu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat pengobatan & alergi
3. Pola pengkajian gordon
a) Pola nutris / metabolik
Makan , Minum
b) Persepsi/Penatalaksanaan Kesehatan
Keyakinan tentang sembuh dari penyakitnya
c) Pola Istirahat Tidur
Waktu Tidur, Jumlah, Insomnia
d) Pola Aktivitas dan Latihan
Menggunakan Alat Bantu atau tidak , Kebersihan diri, Aktivitas
sehari-hari, Rekreasi, Kemampuan perawatan diri
e) Pola Eliminasi
Frekuensi, Masalah yang dirasakan.
f) Pola Nilai dan Kepercayaan
Pelaksanaan Ibadah,Larangan/Pantangan Agama
g) Perubahan Sensori
h) Pola Kognitif Perseptual
Bicara, Bahasa,Kemampuan Membaca,Tingkat Ansietas
i) Pola Koping
Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya, Koping
adaptasi yang sering terjadi
j) Pola Peran Berhubungan
Status Perkawinan,Pekerjaan,Kualitas bekerja,Hubungan
dengan orang lain,System dukungan
4. Pengkajian Fisik
a) Keadann umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene
& lain-lain.
b) Data sistemik
(1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
(2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, & lain-lain.
(3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, & lain-lain.
(4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, & lain-lain
(5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi
waktu, orientasi tempat, orientasi manusia, & lain-lain.
(6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual & tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon & rektum,
rectal toucher, & lain-lain.
(7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan &
cara jalan, kemampuan mencukupi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-
lain.
(8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, & lain-lain.
(9) Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum,
testis, prostat, payudara, & lain-lain
(10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran),
BAK, vesika urinaria.
c) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Pemeriksaan Radiologi
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut ( D 0077 )
2. Gangguan mobilitas fisik ( D 0054 )
3. Resiko infeksi ( D 0142 )
C. Intervensi
a. Nyeri akut
MANAJEMENT NYERI ( I 08238 )
Observasi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon non verbal
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi , kualitas ,
intensitas nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping pengguanaan analgesik
Teraupetik
- Berikan teknik non farmakologi untuk mengeurangi rasa nyeri
( tarik napas dalam )
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi pereda nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiei
- Anjurkan menggunakan analgesik yang tepat
- Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Koloborasi
Pemberian analgesik , jika perlu
b. Gangguan mobilitas fisik
DUKUNGAN MOBILISASI (I. 05173)
Monitoring
- Identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan gerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitorkondisi umum selama melakukan mobilisasi
Teraupetik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( mis.pegar
tempat tidur )
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakkan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sedeerrhana yang harus dilakukan ( misal
duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi )
c. Resiko infeksi
PENCEGAHAN INFEKSI (L.14539)
Monitoring
Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Teraupetik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontok dengan pasien dan
lingkunga pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cuci tangan dengan benar
- Ajarkan batuk efektif
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Ajurkan meningkatkan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Koloborasi
Koloborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Çelik,et.al 2018 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OP


FRAKTUR DENGAN MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG 1(1), 1–8.

Helmi, N. Z. (2016) Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. 2nd edn. Edited by


Tigger Finger. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2015) Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada


Praktik Klinik Keperawatan. Edited by P. E. Karyuni and M. Ester.
Jakarta: EGC.

PPNI (2018) Standar diagnosa keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP


PPNI.

PPNI (2018) Standar Intervensi keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP


PPNI.

PPNI (2018) Standar Luaran keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Suriya, M., & Zurianti. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Pada Sistem Muskuloskletal. Sumbar: Pustaka Galeri Mandiri

Anda mungkin juga menyukai