Disusun oleh:
DIYAH AYU INDRIYANI
JNR0220027
2. Etiologi
Penyebab fraktur femur menurut (Wahid, 2013) antara lain :
1). Disebabkan trauma
a. Trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya frakturcostae antara lain
kecelakaaan lalu lintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh
pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
b. Trauma tembus, penyebab utama trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur
costa adalah luka tusuk dan luka tembak.
2). Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa terutama akibat gerakan yang menimbulkan
putaran rongga dada secara berlebihan, atau akibat adanya gerakan berlebihan stres
fraktur seperti pada gerakan olahraga lempar martil, soft ball, tenis dan golf.
Fraktur
Pergeseran
fragmen tulang Spasme otot Laserasi kulit &
jaringan
Deformitas Peningkatan
Post de Putus vena
kelenjar kapiler
entry kuman
Gangguan fungsi
Pelepasan histamin
muskuloskeletal Pendarahan
Resiko Infeksi
Protein plasma
Gangguan hilang Kehilangan cairan
Mobilitas Fisik
Penekanan
pembuluh darah
Penurunan perfusi
jaringan
6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan pengembalian fungsi
serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi
fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang di
pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.
4) Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan
mencari bantuan personal jika diperlukan
7. Konsep Askep
a. Pengkajian
1) Identitas : Berisi nama, tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, nama ayah/ibu,
pekerjaan ayah/ibu, agama, suku/bangsa, tanggal masuk RS, dan tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama : pada umumnya keluhan utama pada fraktur femur adalah
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut bisa kronik tergantung lamanya serangan.
Riwayat Masa Lampau : Apakah klien sudah pernah sakit dan dirawat di
Rumah Sakit dengan penyakit yang sama ataupun tidak.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada dalam keluarga klien yang sakit
seperti klien, atau ada yang menderita penyakit keturunan ataupun penyakit
menular.
4) Riwayat Sosial : Siapa yang mengasuh klien dan apa alasannya, gambaran
umum klien (periang, pendian, pemalu, pemarah, dll), lingkungan rumah
(bersih/kotor, ventilasi, keamanan rumah, penataan benda-benda, dll), serta
pemenuhan kebutuhan bermain klien di rumah.
5) Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Head to Toe atau persistem
Menurut (wahid, 2013) pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu
pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum
dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan
total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan
daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a) Gambaran umum
Perlu menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat
merupakan tanda-tanda, seperti:
(1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
(2) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
(3) Tanda-tanda vital tidak normal
b) Secara sistemik
1) Sistem integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema,
nyeri tekan.
2) Kepala
Biasanya diikuti atau tergantung pada gangguan kepala.
3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau getah bening
(4) Muka
Biasanya wajah tampak pucat, dan meringis
(5) Mata
Biasanya konjungtiva anemis atau sklera tidak ikterik
(6) Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada masalah pada
pendengaran.
(7) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
(8) Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, pucat, sianosis
(9) Thoraks
Inspeksi
Biasanya pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi
Biasanya pergerakan sama atau simetris, fermitus terraba sama.
Perkusi
Biasanya suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainya.
Auskultasi
Biasanya suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
(10) Jantung
Inspeksi
Biasanya tidak tampak iktus kordis
Palpasi
Biasanya iktus kordis tidak teraba
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(11) Abdomen
Inspeksi
Biasanya bentuk datar, simetris tidak ada hernia.
Palpasi
Biasanya tugor baik, hepar tidak teraba
Perkusi
Biasanya suara thympani
Auskultasi
Biasanya bising usus normal ± 20 kali/menit
No Diagnosa
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasionalisasi
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi Observasi
agen tindakan
1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
pencedera fisik keperawatan
karakteristik, durasi, lokasi, karakteristik,
(tindakan selama 1x24 jam,
frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi,
oprasi) diharapkan
dan intensitas nyeri kualitas, dan intensitas
tingkat nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan
nyeri 2. Untuk mengetahui skala
kriteria hasil:
3. Identifikasi respon nyeri nyeri dan
- Tanda vital
nyeri non verbal karakteristik nyeri
membaik
4. Identifikasi faktor 3. Untuk mengetahui
- Keluhan nyeri
yang memperberat tingkat nyeri yang
menurun
dan memperingan sebenarnya dirasakan
- Sikap
nyeri pasien
meringis
5. Identifikasi 4. Untuk mengurangi
menurun
pengetahuan dan faktor yang dapat
- Gelisah
keyakinan nyeri memperparah nyeri yang
menurun
6. Identifikasi pengaruh di rasakan
- Kesulitan tidur
budaya terhadap 5. Untuk mengetahui
menurun
respon nyeri sejauh mana pemahaman
7. Identifikasi pengaruh dan pengetahuan
nyeri pada kualitas terhadap nyeri yang
hidup dirasakan
8. Monitor keberhasilan 6. Karena budaya pasien
terapi komplementer bisa mempengaruhi
yang sudah diberikan bagaimana pasien
9. Monitor efek mengartikan nyeri itu
samping penggunaan sendiri
anlgetik 7. Untuk mencegah
terjadinya penurunan
Terapeutik
kualitas hidup dari
1. Berikan terapi non- pasien itu sendiri
farmakologis untuk 8. Agar kita mengetahui
mengurangi rasa sejauh mana kemajuan
nyeri yang dialami pasien
2. Kontrol lingkungan setelah dilakukan terapi
yang memperberat komplementer
rasa nyeri 9. Agar ketika timbul ciri-
3. Fasilitasi istirahat dan ciri abnormal pada tubuh
tidur pasien kita dapat
4. Pertimbakan jenis menghentikan
dan sumber nyeri pemberian obat
dalam pemilihan analgetik itu sendiri
strategi meredakan
nyeri Terapeutik
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi nyeri
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi Observasi
tidur b.d tindakan 1. Identifikasi pola
1. Untuk mendata masalah
kurangnya keperawatan aktivitas dan tidur yang dialami pasien
kontrol tidur selama 1x24 jam, 2. Identifikasi faktor
2. Untuk mengumpulkan
diharapkan pola pengganggu tidur data yang mendukung
tidur membaik 3. Identifikasi makanan dalam pemenuhan
dengan kriteria dan minum yang kebutuhan pasien
hasil: menggangu tidur
3. Untuk mengtahui
- Keluhan ( mis. Kopi, teh pengarunya terhadap
kesulitan tidur alkohol, makanan pola tidur
menurun yang mendekati 4. Untuk mengetahu
- Keluhan pola waktu tidur, minum efeksamping yang
tidur berubah banyak air sebelum terjadi
menurun tidur)
- Keluhan tidak 4. Identifikasi obat tidur Terapeutik
puas tidur yang di konsumsi
1. Untuk memberikan rasa
menurun
nyaman terhadap pasien
- Terapeutik
2. Agar pasien mampu
1. Modifikasi beristirahat cukup
lingkungan ( mis. 3. Agar pasien mampu
Pencahayaan, merasakan tenang
kebisingan, suhu, 4. Untuk menjaga kualitas
matras, tempat tidur) tidur yang baik
2. Batasi waktu tidur 5. Agar pasien mampu
siang jika perlu rileks dan merasa lebih
3. Fasilitasi santai
menghilangkan stres 6. Untuk membantu
sebelum tidur kualitas tidur
4. Tetapkan jadwal tidur
5. Lakukan prosedur Edukasi
untuk meningkatkan
1. Agar pasien tahu
kenyamanan (mis.
mengenai pentingnya
Pijat, pengaturan
istirahat yang cukup
posisi, terapi
2. Untuk membiasakan
akuresur)
waktu tidur rutin
6. Sesuaikan jadwal
3. Untuk menghindari
pemberian obat
terjadinya gangguan
dan/atautindakan utuk
kualitas tidur
menunjang siklus
4. Agar mendapat efek
tidur-terjaga
tenang pada pasien
Edukasi 5. Untuk memberikan
pemahaman yang baik
1. Jelaskan pentingnya
kepada pasien terkait
tidur cukup selama
pola tidur
sakit
6. Untuk menunjang
2. Anjurkan menepati
penyembuhan pasien
kebiasaan waktu tidur
dengan baik
3. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang menggangu
tidur
4. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap REM
5. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
Psikologis, gaya
hidup, sering berubah
shif kerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologis
lainnya
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan 1. Agar pasien mengetahui
prosedur mobilisasi tujuan dan prosedur
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
mobilisasi dini 2. Untuk mempercepat
3. Anjurkan mobilisasi proses penyembuhan
sederhana yang harus 3. Agar pasien mampu
dilakukan (mi. Duduk melakukan mobilisasi
di tempat tidur) sederhana secara
Kolaborasi mandiri
- Kolaborasi
-
Daftar Pustaka
Alimul Hidayat, Aziz, 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer dan Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.12. Jakarta: EGC.
Wahid, 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gsnggusn Muskuloskeletal. Jakarta: Tans Info
Media.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri, 2013. Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Jakarta: Nuha Medika.
Zairin Noor (2016). Buku Ajaran Gangguan Muskuloskeletal (Edisi 2). Jakarta: Salemba
Medika.