ASUHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN PADA
PADA PASIEN
PASIEN DENGAN
DENGAN GANGGUAN
GANGGUAN
SISTEM
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETAL PADA
PADA NY.S
NY.S DIAGNOSA
DIAGNOSA MEDIS
MEDIS
FRAKTUR
FRAKTUR POST
POST OP.
OP. ORIF
ORIF FEMUR
FEMUR DEXTRA
DEXTRA
UMPP
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka
jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat
menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen
yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi
komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).
Penanganan fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu secara konservatif (tanpa pembedahan) dan
dengan pembedahan. Tindakan pembedahan salah satunya pemasangan Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang yang patah. Dengan
tujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran dan dapat menyambung
lagi dengan baik.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra
B. Etiologi
1. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan
b. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya
jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikula
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
2. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
a. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
b. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul salah
satu proses yang progresif
c. Rakhitis
d. Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra
C. Patofisiologi D. Pathways
Keparahan dari fraktur bergantung pada
gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati,
maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah
berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang dapat terganggu.
Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang
kuat bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur
Next ..
C.Patofisiologi
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat
bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur
dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang
lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di
korteks serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering
terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen
tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan
respon peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan
fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan
tulang.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra
E. Manifestasi Klinis
1. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
2. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar-memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut
dari fragmen fraktur.
5. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.
6. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya
fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur
vaskular yang terkait
10. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra
F. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang 11
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm
2. Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain :
a. Fraktur Terbuka
b. Fraktur Tertutup
c. Fraktur kompleksitas
3. Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain :
a. Fraktur transversal
b. Fraktur kuminutif
c. Fraktur oblik
d. Fraktur segmental
e. Fraktur impaksi
f. Fraktur spiral
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra
J. Pemeriksaan Penunjang
K. Penatalaksanaan Medis
• Penatalaksanaan kedaruratan
• Penatalaksanaan bedah ortopedi
• Terapi Medis
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama klien : Ny. S No. Register : 000264513
Usia : 49 Tahun Usia : 49 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal masuk : 27-11-2021
Tanggal pengkajian : 29 November 2021 Diagnosa medis : Fraktur femur dextra ( post op.
orif dextra)
2) Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur (post op. orif fremur
dextra)
3) Klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas tetapi dibantu keluarga seperti BAB
4) Klien mengatakan kesulitan berpindah dari duduk ke berdiri
5) Klien mengatakan sulit untuk merawat diri karena keterbatasan pergerakan
7) Perut
Inspeksi : bentuk bulat, tidak terlihat adanya benjolan, tidak ada luka operasi pada abdomen
dan tidak terpasang drain
Auskultasi : peristaltik usus 9 kali/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, dan tidak ada pembesaran pada
hepar
Perkusi : tidak ada nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal, shifting pulness tidak ditemukan
b. Pemeriksaan Fisik
8) Genetalia
a) Terpasang alat bantu selang kateter, produksi urine 2000 ml/hari, warna urine kuningdan bau khas
urine
b) Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada distensi kandung kemih
9) Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL pada tangan kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik
Bawah : post operasi orif femur dextra hari ke 1, terdapat luka di bagian paha kanan dengan panjang
luka 20 cm, edema pada kaki kanan
b. Persarafan
• Memori : panjang
• Perhatian : dapat mengulang
• Bahasa : komunikasi verbal menggunakan bahasa indonesia
• Kognisi dan orientasi : dapat mengenal orang, tempat dan waktu
• Fungsi sensorik : klien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan ringan pada anggota tubuh
• Fungsi motorik : klien dapat mengangkat kedua tangan
4. Prosedur Diagnostik dan Laboratorium
4. Prosedur Diagnostik dan Laboratorium
5. Analisa Data
Senin, 29 November 2021
Ds :
P : fraktur pada kaki sebelah kanan (nyeri post OP orif femur dextra)
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri pada kaki kanan bagian paha
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
DO :
a.Pasien tampak meringis kesakitan
b.Pasien mengalami fraktur femur dextra ( post OP orif femur dextra)
DO :
a.Aktivitas pasien dibantu keluarga
b.Terpasang balutan perban pada kaki kanan
DO :
a.Untuk memenui kebutuhan personal hygiene pasien dibantu oleh keluarganya.
b.Pasien tampak kelelahan.
Etiologi : Kelemahan
6.Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
O : Mengidentifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri, monitor kualitas nyeri, lokasi, integritas nyeri
dengan menggunakan skala, durasi dan frekuensi nyeri
R/ mengetahui faktor faktor yang menyebabkan nyeri
N : Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas dalam)
R/ untuk membantu mengurangi nyeri
E : Ajarkan klien dan keluarga untuk melakukan imajinasi terbimbing secara mandiri
R/ agar meminimalisir rasa nyeri yang dialami oleh klien
N : Memfasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat bantu, fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu,
libatkan keluarga dalam merencanakan dan memelihara program latihan fisik
R/ Membantu pasien dalam merencanakan program latihan fisik
E : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, anjurkan melakukan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
R/ Memberikan informasi mengenai mobilisasi sederhana
C : Kolaborasi dengan tenaga medis lain tentang pemberian terapi yang tepat
R/ untuk membantu proses penyembuhan
7. Diagnosa Keperawatan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : perawatan diri meningkat.
Kriteria hasil :
1)Kemampuan mandi meningkat 3) Memepertahankan kebersihan diri
2)Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
Intervensi :
O : Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia, monitor tingkat kemandirian
R/ mengetahui kebiasaan aktivitas pasien dan memonitor tingkat kemandirian
N : Mendampingi pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri, jadwalkan rutinitas perawatan diri
R/ untuk Membantu pasien dalam melakukan aktivitas
Respon Klien
S : Pasien mengatakan nyeri timbul saat ada pergerakan, pereda nyerinya merupakan obat nyeri dan
teknik non farmakologi (napas dalam), skala nyeri 3
TD : 200/90 mmHg, N : 94x/menit, S : 36,2ºC, Rr : 22x/menit
O : Pasien tampak tenang setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam dan nyaman
setelah diberikan injeksi keterolac
8. Implementasi Keperawatan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Tindakan keperawatan :
O : Memantau KU pasien selama melakukan mobilisasi
N : Meminta keluarga membantu dalam merencanakan program latihan pergerakan, mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
E : Menganjurkan pasien melakukan mobilisasi dini
Respon Klien
S:-
O : Keluarga berperan aktif dalam membantu pasien melakukan gerakan dini seperti mengangkat kaki
perlahan, membantu pasien untuk duduk secara perlahan
8. Implementasi Keperawatan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Tindakan keperawatan :
O : Mengobservasi pada pasien tentang perawatan diri seperti mandi
N : Membantu pasien dalam melakukan perawatan diri, jika pasien tidak mampu sendiri
E : Menganjurkan pasien dalam melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Respon Klien
S : Pasien mengatakan di seka dua kali sehari dengan dibantu keluarga
O : Pasien terlihat mulai melakukan perawatan diri meskipun ada bantuan dari keluarganya
9. Evaluasi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op. orif femur dextra)
S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan bagian paha, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 3 dan durasi saat nyeri timbul sekitar 1-2 menit
O : Wajah pasien terlihat meringis, pasien mengalami post op. orif dextra
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1) Monitor kualitas nyeri, intensitas nyeri dengan menggunakan skala
2) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborasi pemberian obat analgesik
9. Evaluasi Keperawatan
1. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas apakah ada kesenjangan antara
teori dengan kasus yang dikelola pada Ny.S dengan fraktur femur
dextra. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dilakukan pada
tanggal 29 November 2021.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra
2. PENGKAJIAN
Next...
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI
5. IMPLEMENTASI
6. EVALUASI