Anda di halaman 1dari 40

Gmail

ASUHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN PADA
PADA PASIEN
PASIEN DENGAN
DENGAN GANGGUAN
GANGGUAN
SISTEM
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETAL PADA
PADA NY.S
NY.S DIAGNOSA
DIAGNOSA MEDIS
MEDIS
FRAKTUR
FRAKTUR POST
POST OP.
OP. ORIF
ORIF FEMUR
FEMUR DEXTRA
DEXTRA

UMPP

1. Anjani Ayuningtyas KD (18.1422.S) 4. Eka Putri Nurazizah (18.1435.S)


2. Desi Prasetyaningsih (18.1427.S) 5. Faqih agustian (18.1438.S)
3. Edwin Donny Yahya (18.1434.S) 6. Firda Annisa (18.1441.S)

7. Riesma Damayanti F (18.1494.S)


Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka
jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat
menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen
yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi
komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).

Penanganan fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu secara konservatif (tanpa pembedahan) dan
dengan pembedahan. Tindakan pembedahan salah satunya pemasangan Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang yang patah. Dengan
tujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran dan dapat menyambung
lagi dengan baik.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

B. Etiologi
1. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan
b. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya
jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikula
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
2. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
a. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
b. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul salah
satu proses yang progresif
c. Rakhitis
d. Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

C. Patofisiologi D. Pathways
Keparahan dari fraktur bergantung pada
gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati,
maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah
berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang dapat terganggu.
Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang
kuat bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur

Sumber : (Wijaya, 2015)


Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

Next ..

C.Patofisiologi
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat
bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur
dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang
lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di
korteks serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering
terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen
tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan
respon peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan
fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan
tulang.
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

E. Manifestasi Klinis
1. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
2. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar-memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut
dari fragmen fraktur.
5. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.
6. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya
fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau
gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur
vaskular yang terkait
10. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

F. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang 11
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm
2. Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain :
a. Fraktur Terbuka
b. Fraktur Tertutup
c. Fraktur kompleksitas
3. Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain :
a. Fraktur transversal
b. Fraktur kuminutif
c. Fraktur oblik
d. Fraktur segmental
e. Fraktur impaksi
f. Fraktur spiral
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

G. Gejala Patah Tulang


Gejala utama patah tulang adalah nyeri hebat di area yang mengalami patah tulang. Nyeri akan bertambah
parah ketika bagian tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan. Secara umum, gejala yang bisa
timbul saat seseorang mengalami patah tulang adalah nyeri berat di area patah tulang.
Patah tulang terjadi ketika tulang menerima tekanan yang lebih besar dari yang bisa diterima oleh tulang
tersebut. Makin besar tekanan yang diterima tulang, umumnya akan makin berat pula tingkat keparahan
patah tulang.

H. Stadium Pada Fraktur I. Komplikasi


1. Stadium Pembentukan Hematom 1. Syok
2. Stadium Proliferasi 2. Sindrom emboli lemak
3. Stadium Pembentukan Kallus 3. Sindrom Kompartement
4. Stadium Konsolidasi 4. Kerusakan Arteri
5. Stadium Remodeling 5. Infeksi
6. Avaskuler nekrosis
Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

J. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.


2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada perdarahan selain itu
peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kretinin, trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal profil koagulasi, perubahan dapat
terjadi pada kehilangan darah, transfusiatau cedera hati
6. Profil kagulasi
7. Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera hati

K. Penatalaksanaan Medis

• Penatalaksanaan kedaruratan
• Penatalaksanaan bedah ortopedi
• Terapi Medis
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama klien : Ny. S No. Register : 000264513
Usia : 49 Tahun Usia : 49 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal masuk : 27-11-2021
Tanggal pengkajian : 29 November 2021 Diagnosa medis : Fraktur femur dextra ( post op.
orif dextra)
2) Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur (post op. orif fremur
dextra)
3) Klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas tetapi dibantu keluarga seperti BAB
4) Klien mengatakan kesulitan berpindah dari duduk ke berdiri
5) Klien mengatakan sulit untuk merawat diri karena keterbatasan pergerakan

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 35 tahun, sudah 14 tahun
menderita penyakit hipertensi dan jika hipertensinya kambuh klien langsung memeriksakan
diri ke klinik terdekat.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga dan klien mengatakan didalam anggota keluarganya ada yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi yaitu neneknya.
3. Parameter Umum dan Pemeriksaan Fisik
a. Parameter Umum
Kesadaran : Composmentis BB sblm sakit : 76 kg
Tekanan darah : 200/90 mmHg BB stlh sakit : 76 kg
Suhu : 36,2°C TB : 160 cm
Nadi : 94x/mnt IMT : berat badan : tinggi badan
Rr : 22x/mnt : 76 : 2.56
: 29.687 berat badan lebih
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher
Kepala : mesochepal, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
2) Mata dan telinga
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak mengalami gangguan penglihatan.
Telinga : tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
3) Hidung : Simetris, tidak ada polip
4) Mulut dan Tenggorokan : Warna bibir merah muda, mukosa lembab, ukuran tonsil normal, letak
uvula simetris di tengah
b. Pemeriksaan Fisik
5) Kulit : Turgor kulit baik, kulit sawo matang
6) Dada/jantung/paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, frekuensi napas 22x/menit, irama nafas teratur, pernafasan cuping
tidak ada
Palpasi : vokal premitus teraba di seluruh lapang paru, ekspansi paru simetris, pengembangan sama
di paru kanan dan kiri, tidak ada kelainan
Perkusi : sonor, batas paru hepar ICS 5 dextra
Auskultasi : suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan

7) Perut
Inspeksi : bentuk bulat, tidak terlihat adanya benjolan, tidak ada luka operasi pada abdomen
dan tidak terpasang drain
Auskultasi : peristaltik usus 9 kali/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, dan tidak ada pembesaran pada
hepar
Perkusi : tidak ada nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal, shifting pulness tidak ditemukan
b. Pemeriksaan Fisik
8) Genetalia
a) Terpasang alat bantu selang kateter, produksi urine 2000 ml/hari, warna urine kuningdan bau khas
urine
b) Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada distensi kandung kemih
9) Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL pada tangan kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik
Bawah : post operasi orif femur dextra hari ke 1, terdapat luka di bagian paha kanan dengan panjang
luka 20 cm, edema pada kaki kanan
b. Persarafan
• Memori : panjang
• Perhatian : dapat mengulang
• Bahasa : komunikasi verbal menggunakan bahasa indonesia
• Kognisi dan orientasi : dapat mengenal orang, tempat dan waktu
• Fungsi sensorik : klien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan ringan pada anggota tubuh
• Fungsi motorik : klien dapat mengangkat kedua tangan
4. Prosedur Diagnostik dan Laboratorium
4. Prosedur Diagnostik dan Laboratorium
5. Analisa Data
Senin, 29 November 2021
Ds :
P : fraktur pada kaki sebelah kanan (nyeri post OP orif femur dextra)
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri pada kaki kanan bagian paha
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul

DO :
a.Pasien tampak meringis kesakitan
b.Pasien mengalami fraktur femur dextra ( post OP orif femur dextra)

Masalah : Nyeri akut

Etiologi : Agen pencedera fisik (post OP orif fremur dextra)


5. Analisa Data
Selasa, 30 November 2021
Ds :
a.Pasien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kaakinya yang fraktur ( post OP orif femur dextra )
b.Pasien mengatakan masih bisa melakukan aktivitasnya seperti BAB.

DO :
a.Aktivitas pasien dibantu keluarga
b.Terpasang balutan perban pada kaki kanan

Masalah : Gangguan Mobilitas Fisik

Etiologi : Gangguan Muskuloskeletal


5. Analisa Data
Rabu , 01 Desember 2021
Ds :
Pasien mengatakan sulit untuk merawat diri karena keterbatasan pergerakan.

DO :
a.Untuk memenui kebutuhan personal hygiene pasien dibantu oleh keluarganya.
b.Pasien tampak kelelahan.

Masalah : Defisit Perawatan Diri

Etiologi : Kelemahan
6.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


(post op. orif femur dextra)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


gangguan muskuloskeletal

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op. orif femur dextra)
Tujuan : Nyeri berkurang atau menurun.
Kriteria hasil : 3) Frekuensi nadi membaik
1) Meringis menurun 4) Pola nafas membaik
2) Keluhan nyeri penggunaan analgesik 5) Tekanan darah membaik

Intervensi :
O : Mengidentifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri, monitor kualitas nyeri, lokasi, integritas nyeri
dengan menggunakan skala, durasi dan frekuensi nyeri
R/ mengetahui faktor faktor yang menyebabkan nyeri

N : Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas dalam)
R/ untuk membantu mengurangi nyeri

E : Ajarkan klien dan keluarga untuk melakukan imajinasi terbimbing secara mandiri
R/ agar meminimalisir rasa nyeri yang dialami oleh klien

C : Kolaborasi dengan tenaga medis lain tentang pemberian obat analgesik


R/ untuk mengurangi rasa nyeri
7. Diagnosa Keperawatan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Tujuan : Mobilitas fisik meningkat.
Kriteria hasil :
1) Pergerakan ekstremitas meningkat 3) Rentang gerak (ROM) meningkat
2) Kekuatan otot meningkat 4) Kelemahan fisik menurun
Intervensi :
O : Mengidentifikasi kemampuan pasien beraktivitas, monitor KU selama melakukan mobilisasi
R/ mengetahui keadaan umum pasien selama melakukan aktivitas

N : Memfasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat bantu, fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu,
libatkan keluarga dalam merencanakan dan memelihara program latihan fisik
R/ Membantu pasien dalam merencanakan program latihan fisik

E : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, anjurkan melakukan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
R/ Memberikan informasi mengenai mobilisasi sederhana
C : Kolaborasi dengan tenaga medis lain tentang pemberian terapi yang tepat
R/ untuk membantu proses penyembuhan
7. Diagnosa Keperawatan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : perawatan diri meningkat.
Kriteria hasil :
1)Kemampuan mandi meningkat 3) Memepertahankan kebersihan diri
2)Kemampuan mengenakan pakaian meningkat

Intervensi :
O : Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia, monitor tingkat kemandirian
R/ mengetahui kebiasaan aktivitas pasien dan memonitor tingkat kemandirian

N : Mendampingi pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri, jadwalkan rutinitas perawatan diri
R/ untuk Membantu pasien dalam melakukan aktivitas

E : menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


R/ agar meminimalisir rasa nyeri yang dialami oleh klien
8. Implementasi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op. orif femur dextra)
Tindakan keperawatan :
O : Mengobservasi faktor pencetus dan pereda nyeri, monitor kualitas nyeri yang dirasakan seperti
apa, monitor intensitas nyeri dengan skala, memantau kemampuan pasien dalam beraktivitas
N : Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafaas dalam
E : Menganjurkan pasien memonitor nyeri secara mandiri
C : Memberikan obat keterolac 2x1 melalui IV sesuai resep dokter

Respon Klien
S : Pasien mengatakan nyeri timbul saat ada pergerakan, pereda nyerinya merupakan obat nyeri dan
teknik non farmakologi (napas dalam), skala nyeri 3
TD : 200/90 mmHg, N : 94x/menit, S : 36,2ºC, Rr : 22x/menit

O : Pasien tampak tenang setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam dan nyaman
setelah diberikan injeksi keterolac
8. Implementasi Keperawatan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
Tindakan keperawatan :
O : Memantau KU pasien selama melakukan mobilisasi
N : Meminta keluarga membantu dalam merencanakan program latihan pergerakan, mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
E : Menganjurkan pasien melakukan mobilisasi dini

Respon Klien
S:-
O : Keluarga berperan aktif dalam membantu pasien melakukan gerakan dini seperti mengangkat kaki
perlahan, membantu pasien untuk duduk secara perlahan
8. Implementasi Keperawatan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Tindakan keperawatan :
O : Mengobservasi pada pasien tentang perawatan diri seperti mandi
N : Membantu pasien dalam melakukan perawatan diri, jika pasien tidak mampu sendiri
E : Menganjurkan pasien dalam melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

Respon Klien
S : Pasien mengatakan di seka dua kali sehari dengan dibantu keluarga
O : Pasien terlihat mulai melakukan perawatan diri meskipun ada bantuan dari keluarganya
9. Evaluasi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op. orif femur dextra)
S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan bagian paha, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dengan skala nyeri 3 dan durasi saat nyeri timbul sekitar 1-2 menit
O : Wajah pasien terlihat meringis, pasien mengalami post op. orif dextra
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1) Monitor kualitas nyeri, intensitas nyeri dengan menggunakan skala
2) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborasi pemberian obat analgesik
9. Evaluasi Keperawatan

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


S : Pasien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kaki yang fraktur, pasien mengatakan masih
bisa beraktivitas tetapi dibantu keluarga
O : Pasien mengalami post op. orif dextra, aktivitas pasien terlihat dibantu oleh keluarga
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1) Identifikasi kemampuan pasien dalam beraktivitas
2) Monitor KU pasien selama melakukan mobilisasi
9. Evaluasi Keperawatan

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


S : Pasien mengatakan sulit melakukan perawatan diri karena keterbatasan pergerakan
O : Pasien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene dibantu oleh keluarga, pasien terpasang
kateter
A : Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1) Monitor tingkat kemandirian

2) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


Pembahasan Asuhan
Keperawatan pada
Fraktur Post Op. Orif
Femur Dextra
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra

1. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas apakah ada kesenjangan antara
teori dengan kasus yang dikelola pada Ny.S dengan fraktur femur
dextra. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dilakukan pada
tanggal 29 November 2021.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra

2. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah pertama pada proses keperawatan


dengan mengumpulkannya data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau masalah. Proses
pengkajian yaitu melakukan pengumpulan riwayat kesehatan, melakukan
pngkajian kesehatan.
Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya
gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang,
periosteum, dan jaringan yangada di sekitarnya. Yang dimaksud dengan fraktur
ekstremitas adalah fraktur yang terjadi padakomponen ekstremita satas
(radius, ulna, dll) dan ekstremitas bawah (femur, tibia, fibula, dll).
(Desiartamadkk, 2015).
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra

Next...

Wawancara dengan klien (atau anamnesis) dan orang terdekat klien


tinggal sendiri.Dalam asuhan keperawatan yang diberikan Ny. S dengan fraktur
femur dextra yang dilakukan tanggal 29 November 202, didapatkan hasil
bahwa klien mengeluh nyeri dibagian kaki , nyeri tertusuk-tusuk , skala nyeri 3
berkurang saat diberikan obat.
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam jam atau
lebih, dansindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanent jika tidak ditangani segera. Tujuan utama dalam penanganan awal
fraktur adalahuntuk mempertahankan kehidupan pasien dan mempertahankan
baik anatomimaupun fungsi ekstremitas seperti semula.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat


menggambarkan kondisi klien yang observasi dilapangan, kondisi ini
dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial.
Pada kasus ini penulis mengangkat diagnosa keperawatan nyeri
akut b.d agen pencidera fisik (post op. Orif femur dextra), gangguan
mobilitas fisik b.d ganggan muskuloskeletal, dan defisit perawatan diri
b.d kelemahan.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Fremur Dextra

4. INTERVENSI

Dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan mahasiswa menggunakan


rencana asuhan keperawatan yang telah disusun oleh SDKI, SLKI dan SIKI sebagai
standar.
Dalam hal ini rencana asuhan keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang
dapat diterima secaralogis dan sesuai dengan kondisi pasien dilakukannya tindakan
keperawatan 1x24 jam. Dalam hal ini kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang
begitu berarti disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung diantaranya
hubungan komunikasi yang baik antara anggota kelompok, keluarga klien dan juga
perawat ruangan.
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperwatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah
terpenuhinya kebutuhan klien.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

5. IMPLEMENTASI

Tahap Implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang


didelegasikan kepada keluarga klien. Dalam tahap implementasi ini. Penulis tidak
mengalami kesulitan. Penulis mengambil aktivitas dari beberapa jurnal penelitian yang
telahdipublikasikan.
Implementasi pada tanggal 29 November 2021 dengan diagnosa keperawatan
nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post op. orif dextra) fraktur pada kaki kanan, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, skalanyeri 3, nyeri hilang timbul.
Implementasi pada tanggal 30 November 2021 dengan diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik b.d ganggan muskuloskeletal aktivitas klien terbantu oleh anggota
keluarga, terpasangnya balutan pada kaki pasien yang mengalami fraktur.
Implementasi pada tanggal 1 Desember 2021 dengan diagnosa keperawatan
defisit perawatan diri b.d kelemahan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene
dibantu oleh anggota keluarga dan terbatasnya pergerakan pada tubuh klien.
Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Fraktur Post Op. Orif Femur Dextra

6. EVALUASI

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Ny. S. Pada awal


pengkajian pada tanggal 29 November 2021 diharapkan Ny. S kondisinya
cepat pulih kembali. Penanganan dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan prioritas yang terdapat pada Ny. S yaitu nyeri akut b.d agen
pencidera fisik post OP orif dextra, gangguan mobilitas fisik b.d ganggan
muskuloskeletal, dan defisit perawatan diri b.d kelemahan.
Evaluasi dilakukan dengan metode SOAP (subyektif, obyektif,
assesment, planning).

Anda mungkin juga menyukai