Anda di halaman 1dari 6

1.

Konsep Teoritis
A. Definisi
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000). Fraktur adalah
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur yang sering kita kenal
sebagai patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan
sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000).
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur secara
klinis biasanya berupa fraktur femur terbuka yang disertai dengan adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan, saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur
tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543).
B. Etiologi
Menurut Helmi (2012), etiologi fraktur femur antara lain :
1. Fraktur trauma tunggal Sebagian besar fraktur disebabkan kekuatan yang tiba-tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemontiran atau penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur kominutif yang disertai kerusakan
jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung dapat mengalami
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan tersebut,
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
Kekuatan dapat berupa :
a. Fraktur avusi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang Pemontiran (rotasi), yang dapat menyebabkan
fraktur spiral
b. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyeabbkan fraktur
melintang
c. Penekukan dan penekanan yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang
tetapi disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah.
d. Kombinasi dari pemontiran dan penekukan yang menyebabkan fraktur obliq
pendek.
e. Penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai
terpisah.
2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau
tulang itu sangat rapuh (misalnya penyakit paget).

C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur terjadi bila terdapat interupsi dari kontinuitas
tulang, yang diamana akan menyebabkan cedera jaringan di sekitar ligamen, otot,
tendon, pembuluh darah, dan saraf.
Tulang yang rusak ini akan mengakibatkan periosteum pembuluh darah pada
korteks dan sumsum tulang serta jaringan lemak rusak yang akan berakibat pada
perdarahan, hematom, dan jaringan nekrotik. Daerah femur merupakan tempat
pembuluh darah besar, sehingga apabila mengalami cedera berupa fraktur akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Terjadinya jaringan nekrotik mengakibatkan
adanya respon inflamasi berupa vasodilatasi dan saat itu tubuh mulai melakukan
proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera (Wu dkk, 2013)
D. Manifestasi Klinik
Menurut Sugeng Jitowiyono (2010) tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut :
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangandan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal
9. Syok Hipovelemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Lukman & Nurna (2012), pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan jenis
fraktur.
2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI : memperlihatkan tingkat keparahan
fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vascular.
4. Hitung darah kapiler
a. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
b. 2. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
c. 3. Kadar Ca kalsium, Hb.
F. Penatalaksanaan
G. Komplikasi
Menurut Abdul Wahid (2013) komplikasi yang biasa terjadi pada klien fraktur femur
adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, dan dingin pada ekstrimits yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.
2. Kompartement Sindrom
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang
terlalu kuat.
3. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan nafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
4. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan sepert pin dan plat.
5. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
6. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
2. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, setatus perkawinan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor registrasi dan tanggal masuk
rumah sakit.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur Femur adalah rasa nyeri
yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri
klien, perawat dapat menggunakan PQRST.
1) Provoking incident: Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri trauma pada
bagian pergelangn kaki.
2) Quantitas of pain: Klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.
3) Region, radiating, relief : Nyeri terjadi dibagian yang mengalami patah
tulang.
4) Scale of pain
5) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam atau siang hari.
c. Riwayat penyakit sekarang
Dikaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah tulang,
pertolongan apa saja yang telah didapat dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang menyebabkan fraktur
patologis sehingga tulang sulit menyambung dan selain itu penyakit diabetes
dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami osteomilitis akut dan kronis
dan penyakit ini menghambat penyembuhan tulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah factor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan dan kanker tulang dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
f. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga dan masyarakat, serta respondan pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
2. Pengkajian Fokus
a. Pada fase awal cedera, perlu dikaji adanya keluhan nyeri lokal hebat disertai
perubahan nadi, perufsi yang tidak baik (akral dingin pada sisi lesi), dan CRT
>2 detik pada bagian proksimal betis. Hal ini merupakan tanda-tanda penting
terjadinya sindrom kompartement yang harus dihindari perawat. Apabila tidak
segera dilakukan intervensi lebih dari 6 jam dalam batas waktu kemampuan
jaringan perifer, akan terjadi nekrosis jaringan distal.
b. Palpasi Adanya nyeri tekan (tendermess) dan krepitasi pada daerah paha
(Muttaqin, 2009).
c. Move (Pergerakan trauma lingkup gerak) Hasil pemeriksaan yang didapat
adalah adanya gangguan/keterbatasan gerak tungkai. Didapatkan
ketidakmampuan menggerakkan kaki dan penurunan kekuatan otot
ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan. Karena timbulnya nyeri dan
keterbatasan gerak, semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain (Muttaqin, 2009).
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai