Anda di halaman 1dari 31

FRAKTUR

OLEH : KELOMPOK B2
DEFINISI
• Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa
(Sjamsuhidajat R., 1997).
• Fraktur adalah Patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Price and Wilson, 2006).
• Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang
dan tulang rawan (Mansjoer,dkk, 2000).
JENIS-JENIS FRAKTUR
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
Faktur Tertutup (Closed) dan Fraktur Terbuka
(Open/Compound).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur
1) Fraktur Komplit
2) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang seperti:
• Hair Line Fraktur (patah retidak rambut).
• Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan kompresi tulang spongiosa di
bawahnya.
• Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan
angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang
panjang.
JENIS-JENIS FRAKTUR
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma.
• Fraktur Transversal, Fraktur Oblik, Fraktur Spiral, Fraktur
Kompresi, dan Fraktur Avulsi
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
• Fraktur Komunitif, Fraktur Segmental,dan Fraktur Multiple
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap
tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih
utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen
tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum
(pergeseran searah sumbu dan overlapping).
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
JENIS-JENIS FRAKTUR
6. Berdasarkan posisi frakur.
• Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
• 1/3 proksimal
• 1/3 medial
• 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulangulang.
8. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis
tulang.
• Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
– Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
– Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
– Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
– Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
9. Berdasarkan jenis, Jenis fraktur ekstremitas
bawah dan atas adalah sebagai berikuit:
Jenis fraktur ekstremitas
Fraktur ekatremitas atas bawah
» Fraktur collum humerus » Fraktur collum femur
» Fraktur humerus » Fraktur femur
» Fraktur supra kondiler femur
» Fraktur suprakondiler
» Fraktur patella
humerus
» Fraktur plateu tibia
» Fraktur radius dan ulna » Fraktur cruris
(fraktur an tebrachi)
» Fraktur colles
» Fraktur metacarpal
» Fraktur phalang proksimal,
medial, dan distal
ETIOLOGI
1. Cedera traumatic
• cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang
patah secara spontan
• cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
• Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
• Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada
keadaan :
• Tumor tulang (jinak atau ganas)
• Infeksi seperti osteomielitis
• Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
PATOFISIOLOGI
• Tulang bersifat rapuh namun • Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah
cukup mempunyai kekeuatan serta saraf dalam korteks,
dan gaya pegas untuk marrow, dan jaringan lunak yang
menahan tekanan (Apley, A. membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena
Graham, 1993). Tapi apabila kerusakan tersebut dan
tekanan eksternal yang datang terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan
lebih besar dari yang dapat tulang segera berdekatan ke
diserap tulang, maka terjadilah bagian tulang yang patah.
trauma pada tulang yang Jaringan yang mengalami nekrosis
ini menstimulasi terjadinya
mengakibatkan rusaknya atau respon inflamasi yang ditandai
terputusnya kontinuitas tulang denagn vasodilatasi, eksudasi
(Carpnito, Lynda Juall, 1995) plasma dan leukosit, dan infiltrasi
sel darah putih. ini merupakan
dasar penyembuhan tulang.
TANDA DAN GEJALA
1) Deformitas
2) Bengkak/edema
3) Echimosis (Memar)
4) Spasme otot
5) Nyeri
6) Kurang/hilang sensasi
7) Krepitasi
8) Pergerakan abnormal
9) Rontgen abnormal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur.
2) Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3) Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
4) Hitung Darah Lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon
terhadap peradangan.
5) Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens
ginjal.
6) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati. (Nova, 2010).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan fraktur:
• Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmen-
fragmen ke posisi anatomi.
• Immobilisasi atau fiksasi dengan tujuan
mempertahankan posisi fragmen-fragmen tulang
tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.
• Penyambungan fraktur (union).
• Mengembalikan fungsi (rehabilitasi).
Prinsip dasar penanganan fraktur
• Revive, yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila
pernafasan ada hambatan dilakukan terapi ABC (Airway, Breathing,
Circulation) agar pernapasan lancar.
• Review, berupa pemeriksaan fisik meliputi: Look, feel,
movemen dan pemeriksaan fisik yang dilengkapi dengan foto
ronsen untuk memastikan adanya fraktur.
• Repair, yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan
konservatif. Tindakan operatif meliputi: ORIF, OREF, menjahit luka
dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan
konservatif berupa pemasangan gips dan traksi.
• Refer, yaitu berupa pemindahan klien ke tempat lain, yang
dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang
diderita.
• Rehabilitation, yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa
produktif (Lewis et al, 2000).
KOMPLIKASI
• Malunion, adalah suatu keadaan di mana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk
sudut atau miring.
• Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
menerus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
normal.
• Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
• Compartment syndroma, adalah suatu keadaan peningkatan
tekanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan
perdarahan masif pada suatu tempat. Ditandai dengan 5P (pain,
pallor, parastesia, paralisis, pulselesness)
• Shock, terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Anamesa
a. dentitas Klien
• Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
• Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut
atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
• Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
• Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, atau menusuk.
• Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
• Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala
nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan
fungsinya.
• Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari.
c. Riwayat Penyakit 11. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Sekarang • Pola Persepsi dan Tata Laksana
d. Riwayat Penyakit Hidup Sehat
Dahulu • Pola Nutrisi dan Metabolisme
e. Riwayat Penyakit • Pola Eliminasi
Keluarga • Pola Tidur dan Istirahat
f. Riwayat Psikososial • Pola Aktivitas
• Pola Hubungan dan Peran
• Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Pola Sensori dan Kognitif
• Pola Reproduksi Seksual
• Pola Penanggulangan Stress
• Pola Tata Nilai dan Keyakinan
PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran Umum Keadaan Lokal
• Harus diperhitungkan
1. Keadaan umum: baik atau buruknya
yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti: keadaan proksimal serta
• Kesadaran penderita: apatis, sopor, bagian distal terutama
koma, gelisah, komposmentis mengenai status
tergantung pada keadaan klien.
neurovaskuler (untuk status
• Kesakitan, keadaan penyakit: akut,
kronik, ringan, sedang, berat dan neurovaskuler _ 5 P yaitu
pada kasus fraktur biasanya akut. Pain, Palor, Parestesia,
• Tanda-tanda vital tidak normal Pulse, Pergerakan).
karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
2. Secara sistemik dari kepala sampai
kelamin
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
5. Resiko infeksi.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan dan kurang informasi.
ASKEP KASUS
• Tanggal kajian : 28 Agustus 2017 Ruangan : A Atas
• Tgl masuk RS : 28 Agustus 2017 Waktu Pengkajian : 09.00

IDENTIFIKASIKLIEN
• Nama (Inisial) : Ny. N.E
• Tempat / Tgl Lahir : Ratahan, 18 Juni 1949 / 68thn
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Perkawinan : Menikah
• Jumlah Anak :2
• Agama/ Suku : Kristen Protestan / Minahasa
• Warga Negara : Indonesia
• Bahasa yang digunakan : Daerah
• Pendidikan : SLTA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat Rumah : Teling Atas Lingkungan 8
PENANGGUNG JAWAB
• Nama : Tn. D.R
• Alamat : Maumbi
• Hubungan dengan Klien : Anak

DATA MEDIK
• Dikirim oleh : UGD
Diagnosa Medik :
• Saat Masuk : Sus. Fraktur 1/3 distal tertutup sinistra
• Saat Pengkajian : Fraktur Supcondiler Femur Sinistra

KEADAAN UMUM/ KEADAAN SAKIT: Keadaan tampak sakit sedang


• Alasan/ Keluhan Utama : Baring lemah dan gelisah
• Penggunaan Alat Medik : IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/m
• TANDA – TANDA VITAL :
• Kesadaran
• Kualitatif : Compos mentis
• Kuantitatif : 15
• Skala Coma Glasgow : Respon Motorik 6
Respon Bicara 5
Respon Membuka Mata 4

• Tekanan darah : 130/90 mmHg


• Suhu : 36,2 oC
• Nadi : 70 kali/menit
• Pernapasan : 21 kali/mnt
• Irama : Teratur
• Jenis : Perut
PENGKAJIAN
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
• Nyeri pada kaki bagian kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


• Klien datang ke IGD dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri
pada kaki bagian kiri, nyeri pada kaki bagian kiri akibat terpeleset
saat berjalan dirumah. Nyeri dirasakan pada kaki bagian kiri nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri kaki bagian kiri bawah sampai ke paha
atas, skala nyeri 8, nyeri dirasakan hilang timbul.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Klien memiliki riwayat penyakit
Diabetes Melitus, Hipertensi, dan
vertigo 1 tahun yang lalu
11 POLA GORDON
KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
• Keadaan Sebelum Sakit : klien mengatakan aktivitas baik yaitu masak dan
mengikuti kegiatan organisasi lansia dan senam lansia.
• Keadaan Saat Sakit : klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti
biasaya karena patah tulang yang di alami
Aktivitas harian :
• Makan :2
• Mandi :2
• Berpakaian :2
• Kerapian :2
• Buang air besar :2
• Buang air kecil :2
• Mobilisasi tempat tidur :2
• Ambulasi :2
Pemeriksaan fisik :
• Perfusi darah perifer kuku :kurang dari 2 detik, akral hangat
Thorax dan pernapasan
• Inspeksi :
• Bentuk thorax : simetris, tidak ada otot bantu pernafasan
• Stridor : Negatif
• Dyspnea d’Efford : Negatif
• Sianosis : Negatif
• Palpasi : Vokal fremitus : Normal, getaran seimbang
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Suara napas : vesikuler
Jantung
Inspeksi :Ictus cordis : tidak terlihat
• Palpasi :Ictus cordis : ics V sebelah medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi :
• Batas atas jantung : Ics II linea parasternalis
• Batas kanan jantung : kanan bawah, ics III-IV parasternalis kanan.
Kanan atas, ics II parsternalis kanan
• Batas kiri jantung : kiri bawah ics IV linea media clavikularis kiri .
kiri atas, ics II linea parasternalis kiri
Auskultasi :
• Bunyi jantung II A : terdengar reguler. Ics II sternalis kanan
• Bunyi jantung II P : terdengar regular. Ics II-III linea sternalis kiri
• Bunyi jantung I T : terdengar regular. Ics IV sternalis kiri
• Bunyi jantung I M : terdengar regular. Ics V linea media clavikularis kiri
• Bunyi jantung Irama
• Gallop : Negatif
• Murmur : Negatif
• HR : 70 x/menit

Lengan dan Tungkai


• Atrofi otot : Negatif
• Rentang gerak : Tangan kanan dan kiri baik bisa digerakan
• Uji kekuatan otot : Kiri : Tangan kiri (5) Kaki kiri (1)
• Kanan : Tangan kanan (5) Kaki Kanan (5)
• Reflex patologi : Babinski, Kiri dan kanan (Negatif)

Laboratorium
• Kalium darah 3,34 meq/l
• HDL Cholestrol 29 mg/dl
• Chlorida darah 96,8 meq/l
• Natrium darah 134 meq/l

Terapi
• Kalium Karbonat 50mg 3 x 1 Po
• Amlodipin 10mg 1-0-0 Po
• Ketorolac 30mg 3 x 1 iv
• Ceftriaxone 1gr 3x1 iv
• Novorapid 3 x 6 u Sc - Levenir 1 x 10 u Sc
• Ranitidin 50mg 2 x 1 Iv
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan merasa nyeri pada - Wajah klien tampak meringis
kaki bagian kiri - TTV
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri Tekanan darah = 130/90 mmHg
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, Frek. Nadi = 70 x/menit
nyeri pada kaki bagian kiri bawah RR = 21x/menit
sampai ke atas bagian paha, skala SB = 36.20C
nyeri 8 (0-10), nyeri dirasakan hilang - Tampak kaki kiri di imobilisasi dengan gips
timbul - Tampak adanya luka ±3 cm pada kaki kiri
- Klien mengatakan kaki kirinya tidak akibat tirah baring/mobilisasi
bisa digerakan, nyeri bertambah
ketika digerakan
- Klien mengatakan adanya luka pada
kaki kirinya
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).
INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN
CATATAN PERKEMBANGAN
• H:\catatan perkembangan.doc

Anda mungkin juga menyukai