Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM

MUSKULUSKLETAL FRAKTUR

NAMA KELOMPOK :
1. ADVEN SITORUS 6. WIWIK TAMBUNAN
2. TRIYUNI W.TAMPUBOLON 7. YESICA LIMBONG
3. VIVI HUTAGALUNG 8. GRACE PANJAITAN
4. WINDA LUMBANTORUAN 9. DAMAL SIMATUPANG
5. WIRO SILABAN 10. WILXA MANALU

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH


KABUPATEN TAPANULI UTARA
TARUTUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi di istegritas tulang,
penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi factor lain sepperti
proses degenerative juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur
(brunner & suddart ,2008) . fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban
yang lebih besar dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut.
Fraktut dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat
menyebabkan kecacatan atau kehilangan fungsi eskrenitas permanen, selain
itu komplikasi awal yang berupa infeksi dan tromboemboli ( emboli fraktur)
juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera, oleh
karena itu radigrafi sudah nenastikan adanya fraktur maka harus segera
dilakukan stabilisasi atau perbaikan fraktur ( brunner&suddart,2002).
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik
perhatian masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat
menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur
terbuka.
Terjadiny kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan fraktur
seringkali membuat orang panik dan tidak tau tindakan apa yang harus
dilakukan . Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan
terhadap fraktur tersebut. Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat,
mungkin di karenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada
seseorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya pengetahuan
dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, Ia pergi ke dukun
pijat karena mungkin iya menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan
gejala orang yang terkilir. Oleh karena itu, kita harus mengetahui paling tidak
bagaimana penanganan pada korban fraktur.
Badan Kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2020 mencatat peristiwa
fraktur yang meningkat, tercatat kejadian fraktur kurang lebih 13 juta orang
dengan angka prevalensi sebesar 2,7%.

B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur ?
2. Apa saja klasifikasi fraktur ?
3. Apa saja penyebab terjadinya fraktur ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya fraktur ?
5. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur ?
7. Bagaimana tindakan pertolongan pada pasien fraktur ?
8. Apa saja komplikasi terjadinya fraktur ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Fraktur adalah rusaknya arau terputusnya kotinuitas tulang yang disebabkan
adanya ruda paksa yang timbul secara medadak. Selain itu, fraktur juga dapat di
definisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang normal yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang .
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat di absorbsi.
Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang
terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak
mampu untuk menahannya ( suddarth bunner).

B. Klasifikasi Fraktur.
Menurut hardiyani, fraktur dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (traktur humerus,tibia,klafikula,dan cruris,dll).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari ;
a. Fraktur komplit ( garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit ( bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang)
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit ( garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan )
b. Ftaktur sekmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan )
c. Fraktur multiple (garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlaian tempatnya , misalnya fraktur humerus, femur,dll).
4. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a) Fraktur tertutup ( patah tulang yang tidak merusak jaringan di
sekitarnya atau merobek kulit)
b) Fraktur terbuka ( adanya perlukaan dikulit )

C. Etiologi
Fraktur dapat di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan, pemuntiran
atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai tulang, besar
kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak yang ada disekitarnya pasti akan ikut rusak.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang – ulang. Keaadaan ini paling sering ditemukan pada tibia,
fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan
baris – berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalua tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang – tulang tersebut sangat rapuh.

D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang dating lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Ketika tulang patah, akan terjadi keruskan dikorteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini
menim bulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah
periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah
ditandai dengan fase dilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi
kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai
organ – organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin
pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan
masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan edema. Edema yang terbentuk
dan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama menyebabkan
syndroma comportement.

E. Manifestasi Klinis
1). Nyeri terus – menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma dan edema.
2). Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah .
3) Terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4). Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5). Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

F. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan lokasi
luasnya.
2). Pemeriksaan jumlah darah lengkap.
3). Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.

G. Penanganan Fraktur
Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa
penanganan fraktur, yaitu:
1). Reduksi
Merupakan proses manipulsai pada tulang yang terjadi fraktur
untuk memperbaiki kesejajaran , mengurangi penekanan dan
merenggangkan saraf dan pembuluh darah.
Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu didahulukan, tidak
boleh ada keterlambatan fraktur yang melipatkan permukaan sendi ini
harus direduksi sempurna mungkin karena setiap ketidakberesan akan
memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode
reduksi: tertutup dan terbuka.
2). Immobilisasi untuk mempertahankan Reduksi
Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:

A. Traksi
Traksi tulang menggunakan alat wire atau pin yang di implantasi di tulang,
kemudian diikat ke sambungan pemberat. Traksi tulang dapat menahan
beban hingga 9-14 kilogram, dan jangka waktu hingga 3–4 bulan jika
diperlukan. Alat ini dapat menarik secara longitudinal juga mengontrol
arah rotasi tulang.
B. Gips

Gips umumnya terbuat dari dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan
dalam. Lapisan luar cenderung lebih keras dan terbuat dari plester atau
fiberglass. Fungsinya adalah untuk melindungi tulang yang cedera dari
luar. Sementara, lapisan dalam gips memiliki tekstur yang jauh lebih
lembut untuk menghindari iritasi dan melindungi area tulang yang patah.

C. Fiksasi internal.
D. Fiksasi eksternal.

3). Rehablitasi , mengembalikan ke fungsi semula.

H. Komplikasi
Secara umum, komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain:
1). Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri

b. Compartement Syndrom
Kondisi menyakitkan dan berbahaya yang disebabkan oleh tekanan yang
muncul dari pendarahan internal atau pembengkakan jaringan.
c. Fat embolism syndrom
Gangguan aliran darah yang disebabkan oleh gelembung lemak di
pembuluh darah.
d. Infeksi
e. Avaskuler nekrosis
Kematian jaringan tulang karena berkurangnya suplai darah.
f. Shock
2). Komplikasi dalam waktu lama.
a. Delayed union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik.
b. Non union
Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap, kuat, dan stabil setelah 6 – 9 bulan.
c. Mal union
Keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan dengan fragmen
fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi buruk).

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC


Smelzer, Suzanne. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta : EGC
Zydlo, Stankey M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan
Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book.

Anda mungkin juga menyukai