Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
FRAKTUR

Putri Rahmadani (1711311011)


Sekar Ayu Larasati (1711312041)
Dheana Mutia (1711313025)
Tika Nelsya Putri (1711313035)

KELOMPOK 12
ANATOMI & FISIOLOGI

Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung
dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur
tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Lebih dari 99 % kalsium tubuh total terdapat dalam tulang.
Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi
panas untuk mempertahankan temperature tubuh. (Brunner & Suddarth, 2002).

Tulang terbagi dalam empat kategori :

1.tulang panjan (mis: femur)


ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi- sendinya. Tulang
panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan.
2. Tulang pendek (missal metakarpal) terdiri dari tulang konselus ditutupi selapis tulang
kompak.

3.Tulang pipih (misal, sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis dan sering
memberikan perlindungan bagi organ vital.

4. Tulang tak teratur (misal vertebra) mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan
fungsinya. Osteoblast berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik
tulang dan terletak dalam osteon (unit matrik tulang).

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak
medial dan fibula/ tulang betis : tibia adalah tulang pipa dengan batang dan dua ujung.
DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
(A,Graham,A & Louis, S, 2000).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Brurner & Suddarth, 2005).
FRAKTUR TERBUKA FRAKTUR TERTUTUP
KLASIFIKASI

Menurut Sjamsuhidayat, 2005 , patah tulang dapat dibagi menurut :

1. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu :
- Patah tulang tertutup
- Patah tulang terbuka. Yang memungkinkan kuman dari luar masuk kedalam luka sampai
ketulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh
berat ringannya patah tulang.
1. Laserati = 2cm Sederhana , dislokasi (fragmen
minimal)

1. Laserati > 2cm, kontusio otot disekitarnya Dislokasi fragmen jelas

1. Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya Kominutif, segmental, fragmen tulang
ada yang hilang
2. Patah tulang menurut garis frktur

- Fisura tulang disebabkan oleh cedera tulang hebat atau edema terus
menerus yang cukuo lama seperti juga ditemukan pada retak stress pada
struktur logam
- Patah tulang serong
- Patang tulang tulang lintang
- Patah tulang tulang monitif oleh cedera hebat
- Patah tulang segmental karna cedera hebat
- Patah tulang dahan hijau : perist tetap utuh
ETIOLOGI

Menurut Oswart E,2000, penyebab fraktur adalah :

1. Kekerasan langsung : kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada


titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan hgaris patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung : kekerasan tidak langsung menybabkan patah tulang


ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan

3. Kekerasan akibat tarikkan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi, kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukkan, penekukkan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, penarikan.
MANIFESTASI KLINIS

1. deformitas
2. oedema
3. Hematome
4. Spasme otot
5. Parestesia
6. Nyeri
7. Syok
8. laserasi
PATOFISIOLOGI

• Fraktur gangguan pada tulang disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stree, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun.
• COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
• Hematoma akan mngeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
penumpukan di dalam tubuh.
• Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenal serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyamannyeri.
• Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
WOC
KOMPLIKASI

Komplikasi Awal
• Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT (Capillary refill Time) menurun, sianosis pada bagian distal,
hematoma melebar, tindakan reduksi dan pembedahan.
• Sindrome kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah pada jaringan parut. Hal ini
disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah
• Fat embolism syndrome (FES) adalah komplikasi serus pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi
rendah. Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan.
• Nekrosis avaskular terjadi karena aliran darah rusak atau terganggu sehingga
menyebabkan nekrosis tulang.
• Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler sehingga menyebabkan oksigen menurun.
Komplikasi Lama
• Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsulidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Delayed union adalah fraktur yang
tidak sembuh setelah selang waktu tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima
bulan untuk anggota gerak bawah.

• Non-union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-5 bulan dan tidak dapat
konsolidasi sehingga terdapat pseudoartosis (sendi palsu).

• Mal-union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau union secara
menyilang misal nya pada fraktur tibia-fibula.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Doengoes, 2000) pemeriksaan diagnostic fraktur diantaranya:

1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luasnya fraktur.

2. Skan tulang, tonogramm, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat


digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.


4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokosentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.

5. Kreatinin : trauma otot mengingkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal.


6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
atau cedera hati.
PENATALAKSANAAN

Prisnsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu:

1. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan


kemudian di rumah sakit.

2. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang


yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.

3. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi atas fraktur dan di bawah
fraktur.

4. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price, 2006).


Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003), adalah segabai berikut:
1. Terlebih dahulu perhatian adanya perdarhan, syok dan penurunan kesadaran, baru
periksa patah tulang.
2. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyawan, mencega komplikasi.
3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan
pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah :
- Merubah lokasi apakah masih hangat
- Observasi warna
- Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kopiler
- Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi
cedera
- Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi nyeri
- Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan
4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
5. Mempertahankan kekuatan kulit
6. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan intake protein
150-300 gr/hari
7. Memperhatikan imobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh.
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner dan Suddarth (2005):
1. Inflimasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom

2. Plorifelasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi revaskularisasi

3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang

4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang yang baru

5. Remodelling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati dan
reorganisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah nyeri. Nyeri tersebut bisa
akut/kronik tergantung lamanya seranagan.
3. Riwayat Penyakit sekarang
Pada pasien fraktur dapat disebabkan oleh trauma/kecelakaan, degenerative dan
patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang
mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan
kesemutan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini atau penyakit yang menular/menurun
sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga pasien pernah menderita esteoporoses, arthritis dan
tuberculosis/penyakit lain yang sifatnya menurun
6. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan/gangguan pada personal hygiene, misalnya
kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB, Bak

2) Pola nutrisi dan metabolism


Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan, meskpun menu berubah
misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan
penyakit dan diet pasien

3) Pola eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehar-hari, kesulitan waktu defekasi dikarenakan
imobiliasasi, feses warna kuning dan konsisten defekasi

4) Pola istirahat dan tidur


Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri,
misalnya nyeri akut akibat fraktur
2. DIAGONOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN

1) Nyeri b/d terputusnya 1. Kontrol Nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400)


kontinuitas jaringan - Mengenali kapan nyeri 1. Lakukan pengkajian
terjadi (5) nyeri yang komprehensif
yang meliputi lokasi
-Menggunakan tindakan karakteristik, durasi,
pengurangan nyeri tanpa
analgetik (5) frequensi kualitas,
intensitas atau beratnya
-Menggunakan jurnal harian dan faktor pencetus
untuk memonitor gejala dari 2. Observasi reaksi
waktu kewaktu (5) nonverbal dari
-Menggunakan analgesic ketidaknyamanan
yang direkomendasikan(5) Pastikan perawatan
analgetik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Tingkat Nyeri (2102) 3. Gunakan strategi
komunikasi terapetik untuk
Nyeri yang dilaporkan (5) mengetahui pengalaman
Panjangnya episode nyeri nyeri dan sampaikan
(5) penerimaan pasien terhadap
Mengerang dan menangis nyeri
(5) 4. Tentukan akibat
Ekspresi nyeri wajah (5) pengalaman nyeri terhadap
Tidak bisa beristirahat (5) kualitas hidup pasien
Mengernyit (5) ( misalnya
makan,tidur,hubungan,
performa kerja dan tanggung
jawab)
5. Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Pemberian Analgesik
( 2210)
1. Tentukan lokasi,
karakteristi, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis dan
frequensi
3. Cek riwayat alergi
4. Tentukan pilihan
analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
5. Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri secara
teratu
2) Kerusakan integritas kulit Integritas Jaringan : Kulit Perawatan Luka (3660)
b/d agen cedera kimiawi, & Mukosa 1. Monitor karakteristik
fraktur terbuka, pemasangan - Tekstur (5) luka, termasuk drainase,
traksi (pen,kawat sekrup) - Hidrasi (5) warna,ukuran, dan bau
- Integritas kulit (5) 2. Ukur luas luka yang
- Perfusi jaringan (5) sesuai
3. Berikan balutan yang
Penyembuhan luka sesuai dengan jenis luka
sekunder 4. Perkuat balutan luka,
- Ukuran luka berkurang (5) sesuai kebutuhan
- Pembentukan bekas luka 5. Pertahankan teknik
(5) balutan steril ketika
- Peradangan luka (5) melakukan perawatan luka
- Lubang pada luka (5) dengan tepat
- Bau busuk pada luka (5) 6. Anjurkan pasien dan
keluarga pada prosedur
perawatan luka
7. Anjurkan pasien dan
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala infeksi
•THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai