1711312035
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmatNya yang selalu
dicurahkan kepada seluruh makhlukNya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayahNya, penulis telah dapat
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Dr. dr. Susmiati, M.
Biomed sebagai pembimbing saya, yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran
membimbing saya dalam menyusun proposal ini. Selain itu saya juga mengucapkan terima
kasih pada:
1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
2. Dan pihak-pihak lain yang mendukung saya dalam menyelesaikan proposal ini
Terakhir, ucapan terima kasih tulus saya kepada kedua orang tua saya yang telah
Akhir harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin (adolescer) yang artinya
tumbuh. Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan
gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal (Susilowati
& Kuspriyanto, 2016).Menurut pandangan ahli gizi, masa remaja adalah masa
pertumbuhan penting dan tercepat kedua setelah masa bayi.Perubahan fisik dan
organ reproduksi yang pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan zat gizi serta
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
antara umur 10-20 tahun, dengan pembagian usia 10-40 tahun adalah massa remaja
awal, 15-17 tahun adalah massa remaja pertengahan, 17-20 tahun adalah massa
remaja akhir. Pada wanita mulai berfungsi sistem reproduksi ditandai dengan
datangnya haid pertama yang lazim disebut menarche. Menarche umumnya terjadi
Masalah Gizi Pada Remaja Menurut (Adriani & Wirjatmadi, 2014) yang sering
a. Obesitas (Kegemukan)
Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan di atas 20% dari batas
b. Ganguan Makan
Terdapat dua macam gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa.Anoreksia dan bulimia adalah gangguan pola makan yang tampak atau
sering terjadi pada remaja dan wanita dewasa, hanya sedikit laki-laki yang
terobsesi untuk menjadi langsing. Keduanya juga mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk membentuk tubuh ideal. Gangguan tersebut biasanya muncul ketika
dan makan siang. Tidak jarang mereka makan diluar rumah dengan komposisi
makanan mengandung nol kalori. Makanan dengan nol kalori ini biasanya
d. Jerawat
susu, kacang, gula dan cokelat adalah penyebab utamanya. Beberapa penelitian
menyimpulkan jika masukkan rendah zink dan konsumsi tinggi alkohol juga
remaja dan bisa terjadi pada usia dini yaitu sekitar 12 tahun. Baik kebiasaan
prilaku remaja.
f. Anemia
Remaja memiliki banyak kegiatan, seperti sekolah dari pagi hingga siang,
diteruskan dengan kegiatan ekskul (ekstra kulikuler) sampai sore, belum lagi
kalau ada les atau kegiatan tambahan. Semua kegiatan ini membuat mereka tak
sempat makan, akibatnya para remaja sering merasa kecapekan, lemas, dan
tidak bertenaga. Namun kondisi cepat lelah tadi bisa juga disebabkan anemia
B. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih
rendah dari pada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel
tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak
cukup ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar
besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu ikat besi total (TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang
2. Klasifikasi
Banyak jenis anemia yang dapat diobati secara mudah, tetapi beberapa pada
beberapa jenis lainnya kemungkinan berat, lama dan dapat mengancam jiwa jika
tidak terdiagnosa sejak awal dan tidak diobati segera (NACC, 2009).
rendah (hypochromic). Semakin berat kekurangan zat besi dalam darah, maka
makrostatik. Dalam anemia defisensi asam folat, keadaan sel darah merah tidak
normal dengan cirri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum
matang. Penyebabnya adalah asam folat dan atau vitamin B12 kurang di dalam
proses pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang (Almatsier, 2009).
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaanya dan gejala seperti
anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel-sel otak dan asam
lemak menjadi tidak normal serta posisi pada dinding sel jaringan saraf juga
2009).
4) Anemia defisiensi B6
gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboraturium, serum besinya normal.
(Almatsier,2009).
3. Etiologi
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau
ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan,
2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-
anak dan remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran darah
merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus,
macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia(Adriani &
Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017)
dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa
remaja memuncak pada usia antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu
sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi
kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja
perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif
remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah
rendahnya asupan dan buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi,
yang berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini
gizi besi. Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja
perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit Sering terjadinya penyakit infeksi dan
besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi
besi.
anemia, remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
f. Status Gizi Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali
dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung
oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
ditemukan pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait
anemia.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul kelainan
a) Kulit pucat
c) sulit bernafas
f) sakit kepala
5. Patofisiologi
besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses
penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum
tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari
diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi
keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum
jaringan.
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika
zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan
mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah
6. Dampak
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada remaja putri dan
penyakit infeksi
Dampak anemia pada remaja putri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi
gangguan neurokognitif
c. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini d. Meningkatnya risiko kesakitan
7. Pencegahan
asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan
sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka
ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi
Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi
Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati ikan daging dan
unggas, sedangakn dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan
jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain, seperti tannin, fosfor,
b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi bahan makanan yaitu
menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai
gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industry pangan,
untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan
makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah
tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan
vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan
dirumah tangga dengan bubuk tabor gizi atau dikenal dengan Multiple
mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat
besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu
RI, 2018)
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat
8. Penatalaksanaa
3. Transfusi darah.
C. Status Gizi
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
2009).Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang
sebagai refleksi dari keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan
Status gizi adalah kedaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi diklarifikasi menjadi empat yaitu status gizi
dan kwarsiorkor
biokinia, klinis dan biofisik. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan cara survey konsumsi, statistic vital dan faktor ekologi.
a. Pengertian Antropometri
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U merupakan indikator yang
paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga menggunakan
indeks TB/U dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi
b. Indeks Antropometri
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
ukuran tubuh, ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari
Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Riyadi (2001), IMT merupakan indeks
Menurut Depkes (2008), adapun penilaian IMT berbeda-beda untuk setiap kelompok umur:
Status gizi penduduk umur 10-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT
menentukan kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 Standar Deviasi (SD)
dari nilai rerata, dan berrat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2
2003)
batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada table 2.1 yang
Kategori IMT
Berat badan kurang <18,5
Berat badan normal 18,5- 22,9
Kelebihan berat badan 23,0
Berisiko menjadi obesitas 23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II >30,0
Tabel 2.1 Ambang batas IMT untuk Indonesia (Kemenkes, 2010)
rentang usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa
perlu diberikan kepada remaja terutama remaja putri (Dedeh et al, 2010).
Menurut sakti (2003) remaja putri sangat rentan menderita anemia. Salah satu
semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah konsentrasi Hbnya
ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT dan anemia, yang mana remaja
putrid dengan IMT tergolong kurus memiliki risiko 1,4 kali menderita anemia
dibandingkan remaja putrid dengan IMT normal. Berdasarkan hasil uji statistic
Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,002). Hal ini menunjukkan bahwa remaja
putrid dnegan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih
rendah dari pada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel
tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
kalangan remaja putri lebih tinggi dibanding remaja putra, selain berkurangnya
produktifitas yang dijalaninya, secara khusus anemia yang dialami remaja putri
akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan
hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu
melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah atau BBLR (Depkes,
2018).
asupan gizi pada remaja putri umumnya kekurangan zat gizi makro seperti
karbohidrat, protein, lemak dan kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin dan
mineral. Kurangnya zat gizi makro dan mikro dapat menyebabkan tubuh menjadi
kurus dan berat badan turun drastis, pendek, sakit terus menerus dan anemia.
Remaja sangat membutuhkan asupan zat besi untuk membentuk sel darah merah.
Zat besi diperlukan dalam pembentukan darah untuk sintesa hemoglobin. Hal ini
kekurangan zat besi dalam darah. Pada dasarnya asupan zat gizi pada tubuh harus
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh
keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka
teori hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja sebagai berikut :
Tingkat
Pengetahuan
Konsumsi
Makanan
Status Gizi
Klinis Antropometri
Biokimia
Biofisik
IMT
Berat Badan
Tinggi Badan
Diet ketat
mengganggu
absorbsi
Karbohidrat Protein
Lemak Mineral
Vitamin
Globin
Globin + Fe
Hb
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan diteliti untuk
tentang hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengetahui status gizi, angka kejadian anemia, dan hubungan status gizi dengan
kejadian anemia.
1. Populasi
Populasi penelitian adalah siswa remaja putrid kelas I dan II SMAN 9 Padang
yang terdiri dari 3 lokal kelas I dan 3 lokal kelas II dengan total 174 orang.
2. Sampel
1+ N (d2)
n= 174
1+174 (0,052)
1,435
Keterangan :
N= Jumlah Populasi
n= Jumlah Sampel
a. Kriteria Inklusi
1. Remaja putrid yang bersedia menjadi responden dengan
b. Kriteria Eksklusi
Penelitian ini akan dilakukan pada Remaja Putri di SMAN 9 Padang dan waktu
Operasional Ukur
1. Variable Kadar Diukur Dinilai 1. Anemia Ordinal
normalnya (WHO,201
3)
2. Variabel Asupan yang Timbangan Antropomet 1. IMT : Ordinal
gizi
seimbang 2. 18,5-
sehingga 24,9 :
diperoleh berat
kesehatan badan
yang ideal
maksimal
3. 25-29,9
: berat
badan
lebih
4. 30-39,9
:
gemuk
5. >40 :
sangat
gemuk
3. Status gizi diketahui dengan perhitungan IMT (indeks massa tubuh) dengan
pengukuran berat badan dalam (kg) dibagi tinggi badan dalam (m). skala yang
digunakan adalah ordinal. Klasifikasi status gizi yang digunakan sesuai IMT
F. Etika penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari pihak SMAN 9 Padang. Setelah
1. Inform Consent
menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan pada subjek . jika subjek
persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak
2. Anonymity
3. Confidentiality
1. Pengumpulan data
a. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sebagai berikut:
1) Penelitian ini akan dibantu oleh 3orag asisten peneliti yang sudah
disamakan persepsinya.
H. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat dimulai dengan mengumpulkan data awal yang masih acak
dan abstrak yang kemudian data diolah menjadi informasi yang informatif.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa data yang menganalisa dua variabel yang
Chi Square dengan derajat kepercayaan 0,05 jika nilai p < 0,05 dalam masing-
masing variabel yang diteliti maka secara statistik ada hubungan antara status
Adriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta : Kencana
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Gizi dan kesehatan balita peranan micro zinc pada
Almatsier, S. 2009. Prinsip ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Briawan, D. 2014. Anemia masalah gizi pada remaja wanita. Jakarta : EGC.
Briawan, D., & Hardinsyah. (2010). Faktor Risiko Non-Makanan Terhadap Kejadian
Anemia pada Perempuan Usia Subur (15-45 Tahun) di Indonesia. dalam S. Fikawati, A.
Dedeh dkk. (2010). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Penerbit Sarana
Bobo.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI
Jakarta
Fatmah. (2009). Anemia dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: PT.
RajaGrafindo Persada
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New York:
Gultom, L., 2003. Hubungan Beberapa Parameter Anemia dengan Derajad Keparahan
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta : Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
Riyadi H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antopometri. Bogor: Departemen Gizi dan
Supariasa, I. D. N, Bakri. B dan Fajar, I. 2012. Penilaian Statug Gizi. Jakarta : EGC.
Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Suyanto, 2009. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:Graha Ilmu
WHO. (2015). The Global Prevalence of Anaemia in 2011. Geneva: World Health
Organization