Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

PEMBUATAN PANDUAN KONSUMSI BAGI REMAJA PUTRI BERBASIS


KETERSEDIAAN PANGAN

TIA GURMILA

NIM : 20162323074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

JURUSAN GIZI

PRODI DIV GIZI

TAHUN 2019/202
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan
remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa
pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab
anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk
tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak
pantangan terhadap makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan
besi banyak yang dibongkar. Keadaan seperti ini dapat mempercepat
terjadinya anemia (Dian Purwitaningtyas Kirana, 2015)

Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk
sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh
jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan
membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang
diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan
makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam,
selain itu bahan makanan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat
besi. Mengatasi persoalan kurang dan kelebihan gizi ini bisa dilakukan
dengan memahami dan mempraktekkan pola makan bergizi seimbang.
Caranya, konsumsi makanan bergizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan tubuh, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis.
Memperhatikan variasi makanan juga penting, selain menerapkan gaya
hidup sehat seperti olahraga rutin, mengontrol berat badan, dan menjaga
kebersihan diri. C (Pritasari, Didit Damayanti, 2017)

Dampak yang fatal dapat dilihat ketika remaja itu sudah menjadi
seorang ibu yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Mencegah anemia
pada remaja putri sangat penting, karena nantinya wanita yang menderita
anemia dan hamil akan menghadapi banyak resiko yaitu: abortus,
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami penyulit lahirnya
bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ataupun karena
tidak mampu meneran, perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat
kematian (Mursiti, 2016)

Zat besi mempunyai fungsi yaitu untuk pembentukan Hemoglobin,


mineral dan pembentukan enzim. Hemoglobin bertindak sebagai unit
pembawa oksigen darah yang membawa oksigen dari paru-paru ke sel-sel,
serta membawa CO2 kembali ke paru-paru. Defisiensi besi dapat
mengakibatkan cadangan zat besi dalam hati menurun, sehingga
pembentukan sel darah merah terganggu akan mengakibatkan pembentukan
kadar hemoglobin rendah atau kadar hemoglobin darah di bawah normal.
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang diperlukan
dalam pembentukan darah yaitu untuk mensintesis hemoglobin. Kelebihan
zat besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati,
sumsum tulang belakang, dan selebihnya di simpan dalam limfa dan otot.
Kekurangan zat besi akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar feritin
yang diikuti dengan penurunan kejenuhan transferin patau peningkatan
protoporfirin (Novitasari, 2014)

Zat seng (zinc) merupakan salah satu mineral penting bagi manusia.
Mineral ini merupakan mineral yang terbanyak kedua setelah zat besi yang
ada dalam tubuh manusia. Hampir 100 enzim yang ada dalam tubuh
mengandung zat seng. Zat seng memiliki fungsi penting dalam tubuh yang
dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu fungsi struktural, katalitik dan
regulasi. Mineral ini terlibat dalam proses homeostasis, respon imun, stres
oksidatif, apoptosis dan penuaan (Ridwan, 2012)

Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu


21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta
18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur,
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4%
pada kelompok umur 15-24 tahun (Zumrah Hatma, Rahayu Indriasari,
2014)

Pedoman gizi seimbang yang ada saat ini berisi pesan-pesan gizi
seimbang secara umum, berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan pembuatan panduan konsumsi bagi remaja
putri berbasis ketersediaan pangan. Sebagai petunjuk bahan makanan
beserta yang dikonsumsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui “Pembuatan Panduan konsumsi Bagi Remaja Putri
Berbasis Ketersediaan Pangan di Ngabang”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembuatan Pedoman konsumsi ramaja putri berbasis
ketersedian pangan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkat kadar Hemoglobin pada Remaja Putri
b. Untuk meningkatkan konsumsi makanan pada Remaja Putri
D. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan proposal skripsi ini, yaitu hanya pada lingkup seputar
kegiatan penelitian. Ruang lingkup yang dibahas dalam proposal ini
mengenai bagaimana pembuatan panduan konsumsi bagi remaja putri
berbasis ketersediaan pangan dalam upaya penurunan pravalensi anemia pada
Remaja Putri. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan ini mengenai,
hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu bagian, sehingga
data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam dan memudahkan peneliti
untuk menganalisis data yang diperoleh
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keilmuan
Sebagai salah satu alternatif, pembuatan panduan konsumsi bagi
remaja putri berbasis ketersedian pangan mengenai zat gizi.
2. Bagi Subtitusi
Hasi penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan dapat
dijadikan sumber dalam pembuatan panduan konsumsi berbasis
ketersediaan pangan.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pembuatan panduan konsumsi bagi remaja putri
serta sebagai pengalaman dan meningkatkan kemampuan belajar yang
lebih bermanfaat.
F. Keaslian Penelitian
1. Judul : Hubungan tingkat asupan protein, zat besi, Vitamin C dan seng
dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta
Nama Peneliti : Suci Novitasari
Tahun : 2014
Metode Penelitian : cross-sectional
Tempat penelitian : Di SMA Batik 1 Surakarta
Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein, asupan zat
besi, asupan vitamin C dan asupan seng subyek penelitian sebagian besar
asupan termasuk kategori kurang. Asupan protein 43,5%, asupan zat besi
73,9%, asupan vitamin C 71,0%, asupan seng 71,0% dan sebanyak 46%
yang mendrita anemia. Hasil uji korelasi hubungan tingkat asupan protein ,
zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin diproleh nilai p
>0,05.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Gizi Berdasarkan Daur Kehidupan
Daur kehidupan sering disebut dengan siklus kehidupan, dalam kamus
besar bahasa Indonesia Daur kehidupan berarti peredaran masa atau tahun
sedangkan siklus berarti putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian
kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur. Daur atau siklus
kehidupan berkaitan dengan tumbuh kembang. Tahapan daur atau siklus
kehidupan manusia dimulai dari masa kehamilan, masa menyusui, masa bayi,
masa balita, masa usia sekolah, masa remaja, masa usia dewasa dan masa usia
lanjut. Siklus atau daur kehidupan penting dipelajari karena kondisi kesehatan
pada satu tahap akan berpengaruh pada tahapan selanjutnya. (Pritasari, Didit
Damayanti, 2017)
B. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada
masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik karena
pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizi remaja. Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Masa remaja adalah
suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu.
Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial. Masa remaja juga merupakan periode dari
pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik dan
pertumbuhan akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi seseorang.
Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai
dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan
berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun)
(Oktalina, 2011)
C. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin
adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh
sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk
melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan
otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari
gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.
Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya
(Kementerian Kesehatan RI, 2016)
2. Klafikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel dan hemoglobin yang dikandungnya.
a. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar
dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis
anemia makrositik yaitu :
1) Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12,
asam folat dan gangguan sintesis DNA.
2) Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
b. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta
gangguan metabolisme besi lainnya.
c. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah,
ini disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya
volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik,
gangguan endokrin, ginjal, dan hati (Masrizal, 2010)
3. Penyebab Anemia
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi,
defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia
terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang
dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun.
Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
1) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting
untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel
darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting
dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan
vitamin B12.
2) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC,
HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia, karena
kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu
sendiri.
b. Perdarahan (Loss of blood volume) ?
1) Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
2) Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
c. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat
besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
1) Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sel darah
merah/eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan
akumulasi zat besi dalam tubuh.
Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia
terjadi karena kekurangan zat besi sebagai akibat dari
kurangnya asupan makanan sumber zat besi khususnya
sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat
besi adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati,
daging (sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek,
burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan hewani
(besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30%.
Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga
mengandung zat besi (besi non- heme) namun jumlah zat
besi yang bisa diserap oleh usus jauh lebih sedikit
dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi
non- heme (pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh
adalah 1-10%. Contoh pangan nabati sumber zat besi
adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong,
kangkung) dan kelompok kacang-kacangan (tempe,
tahu, kacang merah). Masyarakat Indonesia lebih
dominan mengonsumsi sumber zat besi yang berasal dari
nabati (Kementerian Kesehatan RI, 2016)
4. Dampak Anemia
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia terjadi pada
perkembangan fisik dan psikis yang terganggu, penurunan kerja fisik dan
daya pendapatan, penurunan daya tahan terhadap keletihan, peningkatan
angka kesakitan dan kematian. Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat
menyebabkan menurunya prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Selain itu pada remaja putri yang
anemia, tingkat kebugarannyapun akan turun yang berdampak pada
rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya dan tidak tercapainya
tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan
tinggi badan (peak higth velcity) (Dilla nursari, 2010)
5. Faktor pendorong anemia pada remaja putri
a. Adanya penyakit infeksi
Penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Selain itu,
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan
mengganggu produksi sel darah merah.
b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
Menstruasi pada remaja putri biasanya mengakibatkan anemia, karena
setiap bulan remaja putri mengeluarkan darah haid. Remaja putri lebih
sering terkena anemia dibanding remaja putra
c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau
kecelakaan.
d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil
kemungkinannya mengalami kekurangan zat besi, namun banyak
remaja dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan
bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya.
Remaja dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki
gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
e. Penyakit cacingan pada remaja
Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisa
Menurunkan kualitas hidup penderitanya, bahkan mengakibatkan
kurang darah (anemia) dan dapat mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40
hingga 60 persen penduduk Indonesia menderita cacingan dan data
WHO menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk dunia juga
menderita cacingan (Kaimudin, Lestari, & Dkk, 2017)
D. Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari "medium" yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat
populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya
juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Banyak ahli yang memberikan
batasan tentang media pembelajaran. AECT misalnya, mengatakan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen
dalam lingkungan pebelajar yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk
memberikan rangsangan bagi pebelajar agar terjadi proses belajar (Iwan
Falahudin, 2014)
E. Kerangka Teori

Anemia Remaja putri

In Intake Zat Besi Status Kesehatan

Penyakit Infeksi dan


Konsumsi Makanan Konsumsi TTD Peningkatan kronis
Sumber Fe Kebutuhan Zat Besi
Kepatuhan
Ke Kecacingan, Malaria, TBC,
P Pengetahuan dan Efek samping Menstruasi
dan Penyakit lainnya
Sikap minum TTD

Tumbuh Kembang
Pendidikan Gizi Pengetahuan
dan Sikap Remaja

Ketersediaan Minum TTD


Makanan
Pendidikan
Status Pendidikan
Daya Beli Gizi

Distribusi
Persediaan TTD

Harga

Penghasilan/pendapatan Status Pekerjaan

Sumber : Modifikasi (Siahaan, 2012; UNICEF/WHO, 1998)


BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep

1. 1. Konsumsi Zat Gizi Mikro 1. 1. Konsumsi Zat Gizi Mikro

2. 2. Kadar Hb 2. Kadar Hb
2.
Sebelum Sesudah

Buku Panduan

B. Hipotesis
1. Ada pengaruh pembuatan buku panduan konsumsi remaja putri sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi terhadap konsumsi zat gizi mikro
2. Ada pengaruh pembuatan buku panduan konsumsi remaja putri sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi terhadap Kadar Hb
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan
diteliti secara operasional di Lapangan. Definisi Operasional bermanfaat
untuk mengarah kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang akan diteliti serta pengembangan instrumen. Adapun
variabel-variabel pada penelitian ini adalah :
1. Buku Panduan
Buku Panduan adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dalam pemilihan makanan remaja
putri untuk mencegah tejadinya anemia. Buku panduan akan
berbentuk tabel yang berisi tabel bahan makanan, dan besar
bahan makanan dalam bentuk URT (Ukuran Rumah Tangga)
yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Remaja Putri.
2. Kadar Hemoglobin
Hemoglobin (Hb atau Hgb) adalah protein dalam sel darah
merah yang juga berisi zat besi. Darah berwarna merah karena
adanya kandungan protein Hemoglobin. Fungsi Hbemoglobin
adalah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, terutama paru-
paru.
Skala Ukur : Rasio
Alat Ukur : Hemoglobin Meter
Hasil Ukur : Hasil Hemoglobin dalam gr/dl
3. Konsumsi
a. Konsumsi Zat Besi (Fe)
Konsumsi zat besi adalah asupan zat besi dari
makanan dan minuman yang di konsumsi responden dalam
berat bersih.
Skala Ukur : Rasio
Alat Ukur : Formulir food recall
Hasil Ukur : Gram
b. Konsumsi Vitamin C
Konsumsi vitamin C adalah asupan vitamin C dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam
berat bersih.
Skala Ukur : Rasio
Alat Ukur : Formulir food recall
Hasil Ukur : Gram
c. Konsumsi Zinc
Konsumsi Zinc adalah asupan zinc dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam berat bersih.
Skala Ukur : Rasio
Alat Ukur : Formulir food recall
Hasil Ukur : Gram
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Ngabang dan SMAN 3
Ngabang Kabupaten Landak pada bulan Januari 2020
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri di SMA 1 Ngabang
dan SMAN 3 Ngabang
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dihitung
berdasarkan rumus Lemeshow.
Rumus Lemeshow:
𝑍𝛼2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄 𝑍𝛼2 𝑥 𝑃 𝑥 (1 − 𝑝)
𝑛= 2
=
𝐿 𝐿2
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Zα = Nilai standar dari distribusi sesuai α = 5% = 1,96
P = Prevalensi
Q = 1-p
L = Tingkat ketelitian 10%

D. Jenis Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui
wawancara di SMAN 1 Ngabang dan SMAN 3 Ngabang. Dalam
penelitian ini meliputi :
a. Identitas Responden
b. Data recall
c. Data FFQ
d. Buku Food Model
e. Data Kadar Hb
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung.
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu : Data gambaran umum
sekolah.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Data yang dikumpulkan memlalui wawancara yaitu, data konsumsi
dengan menggunakan recall sebelum dan sesudah intervensi, food
model, dan formulir FFQ.
b. Pengkuran
Pengukuran digunakan untuk mengukur kadar Hb responden sebelum
dan sesudah intervensi.
2. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan beberapa instrumen :
a. Formulir food recall
b. Formulir FFQ
c. Food Model
d. Hemoglobin meter
e. Buku Panduan

F. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari pengolahan data konsumsi, dan kadar Hb
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
a. Konsumsi
Data konsumsi makanan sebelum dan sesudah intervensi
yang didapat dari hasil recall dicek terlebih dahulu kelengkapan
datanya, jika data sudah dipastikan lengkap selanjutnya setiap bahan
makanan dikonversikan terlebih dahulu berat masak ke berat
mentahnya. Setelah itu menghitung jumlah zat gizi mikro
menggunakan software Nutrisurvey. Lalu data jumlah asupan zat
gizi mikro dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
berdasarkan AKG menurut umur untuk menentukan tingkat
kecukupan zat gizi mikro responden. Setelah itu data di entry dan
dianalisis menggunakan komputerisasi. Jika ditemukan data yang
tidak lengkap makan akan dilakukan pengambilan data ulang
b. Kadar Hb
Pemeriksaan kada Hb sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi dicek terlebih dahulu kelengkapan datanya, setelah data
dipastikan lengkap makadata dientry kemudian dianalisi
menggunakan komputerisasi. Jika ditemukan data yang tidak
lengkap makan akan dilakukan pengambilan data ulang.
2. Analisis Data
a. Univariat
Analisis univariat adalah untuk menganalisis variabel-variabel yang
secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dari subjek penelitian.
Analisis data pada penelitian ini merupakan analisis univariat untuk
mengetahui tingkat konsumsi remaja putri yaitu zat gizi mikro serta
kadar Hb remaja putri di SMAN 1 Ngabang dan SMAN 3 Ngabang.

G. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini akan berbentuk Textular
(tulisan), Tabular (tabel), grafik.
H. Etika Penelitian
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanyainformasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi,
sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan
keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,
kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti
mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk
mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi
subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subyek (nonmaleficence).
DAFTAR PUSTAKA

Dian Purwitaningtyas Kirana, A. K. (2015). Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola
Menstruasi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2
Semarang. Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Pola Menstruasi Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA N 2 Semarang, 21.

Dilla nursari. (2010). Gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMP negeri 18
kota bogor. Gizi Masyarakat, 9(1), 76–99.
https://doi.org/10.1558/jsrnc.v4il.24

Iwan Falahudin. (2014). Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Iwan Falahudin


A. Pendahuluan. Jurnal Liingkar Widyaiswara, (4), 104. Retrieved from
www.juliwi.com

Kaimudin, N. La, Lestari, H., & Dkk. (2017). Skrining dan Determinan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri SMA Negeri 3 Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–10. Retrieved from
media.neliti.com/media/publications/185793-ID-skrining-dan-determinan-
kejadian-anemia.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman pencegahan dan penanggulanngan


anemia pada remaja putri dan WUS. Direktorat Gizi Masyarakat, 97.

Masrizal. (2010). Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, II(1),


140–145.

Mursiti, T. (2016). Perilaku Makan Remaja Putri Anemia dan Tidak Anemia di
SMA Negeri Kota Kendal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 11(1), 1.
https://doi.org/10.14710/jpki.11.1.1-13

Novitasari, S. (2014). hubungan tingkat asupan protein, zat besi, vitamin c dan seng
dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di sma batik 1 surakarta. 1–11.
Oktalina, E. (2011). Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 1 Lubuk
Sikaping Kabupaten Pasaman Tahnun 2011. Universitas Indonesia.

Pritasari, Didit Damayanti, N. T. L. (2017). gizi dalam daur kehidupan.

Ridwan, E. (2012). Kajian Interaksi Zat Besi dengan Zat Gizi Mikro Lain dalam
Suplementasi. Jurnal Penelitian Gizi Dan Makanan, 35(1), 49–54.

Zumrah Hatma, Rahayu Indriasari, N. J. (2014). Persepsi Tentang Anemia Gizi


Pada Remaja Putri Penderita Anemia Di Sman 10 Makassar. 1–9. Retrieved
from http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11012

Anda mungkin juga menyukai