NAMA: AMALIANI
NIM: 2215901002
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kasus yang
berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PUTRI DENGAN
ANEMIA RINGAN DI SMP SUNGAI PUTIH” ini tepat pada waktunya.
Responsi kasus ini disusun dalam rangka mengikuti program profesi bidan
2022/2023.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
maupun bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada ibuk Wati Hartini,STr.Keb,SKM selaku CI lahan dan ibuk Elvira
Harmia,SST,M.Keb selaku pembimbing akademik.
Penulis menyadari bahwa kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga kasus ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan
dan kebidanan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi. Angka
kejadian anemia pada remaja putri di negara-negara berkembang menurut
WHO sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang
remaja putri disebabkan karena keadaan setres, haid atau terlambat makan
(WHO, 2014).
Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel
darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defiensi salah
satu atau beberapa unsur makanan yang esensial dapat mempengaruhi
timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2010). Anemia dapat membawa
dampak kurang baik pada remaja seperti menurunnya kesehatan reproduksi,
perkembangan motorik mental, kecerdasan terhambat, menurunnya prestasi
belajar, tingkat kebugaran menurun, dan tidak tercapainya tinggi badan
maksimal (Andriani dan Wirjatmadi, 2013).
Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri sebagai calon ibu
yang nantinya akan hamil, remaja putri tidak akan mampu memenuhi zat-
zat gizi bagi dirinya dan juga janin yg ada dalam kandungannya dan juga
dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan, risiko
kematian maternal, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian
perinatal (Marlina dan Winda, 2015).
Anemia gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah
asupan zat besi tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan
meningkat, kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial
ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan yang rendah tentang zat besi (Puji,
2010).
Pencegahan dan penanganan masalah anemia pada remaja ada dua cara
yaitu farmakologi dan non farmakologi. Cara farmakologi yaitu bisa
dengan mengkonsumsi fe 1 kali/minggu dengan dosis 60 mg. Dan non
farmakologi yaitu asupan makanan yang mengandung zat besi salah
satunya adalah jambu biji (Sianturi, 2012). Jambu biji merupakan buah
yang sangat dikenal masyarakat sebagai sumber vitamin C. Jambu biji
dengan daging berwarna merah mempunyai kandungan vitamin C lebih
tinggi, dibandingkan buah jeruk, hal ini diungkapkan oleh Damayanti
(2020), bahwa dalam 100 gram jambu biji mengandung 200-400 mg
vitamin C, sedangkan pada 100 gram jeruk hanya mengandung 50-70 mg
vitamin C.
Hal ini sependapat dengan Cahyono (2010), yang mengatakan
kandungan gizi dalam 100 gram jambu biji merah adalah: 36-50 kalori,
77-86 g air, 2,8- 5,5 g serat, 0,9-1,0 g protein, 0,1-0,5 g lemak, 0,43-0,7 g
abu, 9,5-10 g karbohidrat, 9,1-17 mg kalsium, 17,8-30 mg fosfor, 0,3-0,7
mg besi, 200-400 IU vitamin A, 200 -400 mg vitamin C, 0,046 mg vitamin
B1. Di dalam buah Jambu biji merah mengandung senyawa yang dapat
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah, antara lain: zat besi dan
vitamin C, vitamin A. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dalam tubuh
dapat membuat seseorang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh
dan sering merasa lesu, hal ini merupakan salah satu penyebab anemia.
Sedangkang vitamin C membantu penyerapan dari senyawa besi pada
jambu biji yang dapat meningkatkan absobsi zat besi non heme (nabati)
hingga sebesar 0,06 dl/gram.
Pengubahan zat besi non-heme dalam bentuk senyawa etabolis Ferri
menjadi Ferro akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin
asam. Dengan pemberian jus jambu biji akan terjadi skema dalam tubuh
berupa penyerapan zat besi yang lebih cepat karena kandungan dari
vitamin C yang lebih tinggi didalam jus jambu biji, kemudian terjadi
pemenuhan zat besi yang membantu meningkatkan kadar hemoglobin
dalam darah ( Sianturi 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2017), pemberian
jus jambu biji merah 400 gram yang diberikan selama tujuh hari
menunjukkan terdapat pengaruh jambu biji merah terhadap kadar Hb saat
menstruasi. Studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 12 Februari 2020
pada remaja putri karang taruna mekarsari didapat hasil, bahwa 6 dari 10
remaja putri mengalami anemia ringan, setelah dilakukan wawancara pada
remaja putri di dapatkan hasil bahwa remaja sering mengalami, sulit
konsentrasi di kelas, sulit menerima pelajaran di sekolah, sering
mengantuk, sering pusing, warna pucat pada kulit dan konjungtiva. Dari
studi pendahuluan dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya peneliti
ingin mengambil judul “”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana peningkatan kadar Hb pada remaja putri ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan
bagaimana meningkatkan kadar hemoglobin pada remaja putri
2. Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan hasil pengamatan kadar hemoglobin pada remaja
putri.
2. Mendiskripsikan hasil pengamatan kadar hemoglobin pada remaja
putri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikaan manfaat bagi :
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pembaca mengenai penanggulangan anemia pada usia remaja khususnya
pada remaja putri dengan konsumsi jus jambu biji dan sebagai sarana
pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah .
2. Manfaat Praktis
A. Bagi Pemerintah
Desa Hasil studi kasus ini dapat dijadikan informasi dan upaya
dalam meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat desa, khususnya
bagi remaja putri dengan gangguan anemia.
B. Bagi Bidan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat membantu rekan profesi
atau bidan dalam upaya menanggulangi masalah anemia yang banyak
terjadi pada kelompok perempuan khususnya remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia pada Remaja
1. Pengertian remaja dan klasifikasi
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju ke masa
dewasa. Pada masa itu remaja akan mengalami perubahan baik fisik, psikis
dan kematangan fungsi seksual. Masa remaja (adolescence) merupakan
periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kogntif, dan
sosio-emosional (Santrock, 2007 dalam Siahaan, 2012).
Menurut Depkes (2008) dalam Siahaan (2012) diterangkan bahwa
remaja putri adalah masa peralihan dari anak ke dewasa, ditandai dengan
perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya
alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun).
2. Pengertian anemia
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di
Indonesia, dimana terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil,
wanita dan lakilaki dewasa. Secara umum anemia merupakan keadaan
dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal. Adapun pengertian
anemia menurut Adriani dan Wijatmadi (2012), anemia merupakan suatu
keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada
nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas
untuk menetapkan prevalensi anemia. Kandungan hemoglobin yang
rendah mengindikasikan anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam
darah yang berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam
tubuh. Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin
darah yang lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan
jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksi guna
mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal sedangkan
anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat besi
sehingga pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu (Adriani dan Wijatmadi, 2012).
3. Penyebab anemia
Menurut Adriani dan Wijatmadi (2012), dalam masyarakat yang
diet sehari-harinya sebagian besar berasal dari sumber nabati, adanya
penyakit infemaupun investasi parasit sangat berperan dalam terjadinya
anemia gizi. Rendahnya kadar zat besi dalam diet sehari-hari maupun
kurangnya tingkat absorpsi zat besi yang terkandung dalam sumber
nabati hanya merupakan sebagian dari alasan tingginya angka prevalensi
anemia gizi di Indonesia. Investasi cacing dalam usus, terutama cacing
tambang dan penyakit infeksi yang lain banyak dijumpai dan menambah
timbulnya anemia.
Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan seseorang menjadi
anemia, yaitu kehilangan darah karena perdarahan akut/kronis,
pengerusakan sel darah merah, dan produksi sel darah merah yang tidak
cukup banyak. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi
pada usia remaja (health media nutrition series) adalah:
a) Adanya penyakit infeksi yang kronis
b) Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
c) Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
d) Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi,
vitamin B12, vitamin B6, vitamin C, tembaga.
Menurut Depkes (2003) dalam Nursari (2010), penyebab anemia pada
remaja putri dan wanita sebagai berikut:
a) Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan
wanita tinggi, dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe
tidak terpenuhi.
b) Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing
dan mempertahankan berat badannya.
Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yang
membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
4. Gejala anemia
Menurut Arisman (2004), gejala anemia biasanya tidak khas dan
sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas.
Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva
palpebra. Sedangkan menurut Depkes (1998) dan Supariasa (2002) dalam
Nursari (2010), gejala/tandatanda anemia antara lain 5 L (lelah, lesu,
lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut
jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang,
kadang-kadang pusing, dan mudah mengantuk.
Identitas Klien
Nama : Ny. C
Umur : 14 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Sungai Putih
1. Data Subjektif
Alasan Datang: Ingin mengikuti penyuluhan dan memeriksa keadaan fisik.
Riwayat dan kebiasaan sehari-hari Makan 3x/ hari dengan lauk ikan, tahu,
tempe, dan sayuran. Mandi 2 kali /hari, BAB 1 kali /hari, BAK 5-8 kali
/hari.
2. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
keadaan emosional : stabil
TB : 148 cm
LILA : 26 cm
BB : 53 Kg
TD : 120 /80 mmHg
N : 83 x/m
RR : 21 x/m
S : 36,50C
HB : 9,3
Konjungtiva : sedikit pucat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. C dengan anemia ringan,
penulis menyimpulkan sebagai berikut.
1) Anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel darah
merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl.
2) Anemia terjadi karena ketidakteraturan
3) Tanda dan gejala anemia yang terjadi pada Ny. C adalah keluhan yang
mengatakan bahwa ia cepat lelah dan pusing. Semua tanda dan gejala
tersebut merupakan tanda dan gejala dari anemia.
4) Bahaya yang mungkin akan terjadi dengan anemia
5) Pencegahan dan penanganan anemia
B. Saran
Pada akhir pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mengharapkan
semua tenaga kesehatan terutama bidan dapat terus meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan mengenai anemia dalam kehamilan
sehingga dapat memberiksan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
Selain itu, kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seorang bidan
harus dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dukungan kepada
setiap ibu hamil untuk terhindar dari anemia.
DAFTAR PUSTAKA